tag:blogger.com,1999:blog-31629296027865543382024-03-05T21:37:23.797-08:00Inersia HidupkuLovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-90079029179080703622015-06-30T04:12:00.000-07:002015-06-30T04:12:01.265-07:00Bodoh<div class="MsoNormal">
Arian bergegas mendatangi kamar Jonah, cemas.. Malam
sebelumnya Jonah hampir tertangkap pihak kepolisan akibat bisnisnya dan
terdengar sangat lemah saat menghubungi Ariana dan memintanya untuk datang.
Meski berusaha, tapi Jonah sudah begitu dalam masuk ke dalam relung hati
Ariana. Sebesar apa pun sakit dan penghinaan yang Jonah berikan, keselamatannya
masih menjadi kepedulian Ariana.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Terengah-engah dia mendatangi kamar lelaki yang sempat
menjadi mimpinya itu..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah membuka pintu dan memeluk Ariana. “Are you okay?” kata
Ariana sambil memeluk tubuh Jonah yang sangat dia rindukan itu. “I am fine,
Sayang, thank GOD. Thank you for warning me about the police. I did not want to
take that job actually but you know how things are. I desperately need the
money so I thought at least I can get small. But I know, small money always
bring problems. Thank you, Sayang.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Keduanya lalu duduk di ranjang Jonah, tempat mereka biasa
menghabiskan malam, memadu kasih, saling memeluk dan menukar isyarat cinta. “What
happened?” tanya Ariana dengan penuh cemas. “Well, all was going well but the
client got greede, so he wanted to get all. That was why he involve the police.
He does not want to get to me, he wants the money. See, this is the picture that
I showed him,” kata Jonah sambil membuka HP samsung putihnya. Tampak gambar dua
bocah di latar depan HP Jonah. Hati Ariana terhenyak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia mengenali wajah bocah 8 tahun, anak Jonah yang pertama
tapi siapa bayi itu? Siapa bayi lelaki di gambar itu? Tapi Ariana diam saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Who is he?” tanyanya dengan suara datar, “Who?” tanya
Jonah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“The baby on your phone.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Its Wako’s brother.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Oh, from who?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“My son, I told you she was pregnant when I left Africa.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Oh.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Usai Jonah menunjukkan gambar pekerjaan yang semula hendak
ditunjukkan, Ariana bangkit dan membereskan semua barangnya. Sambil terus
tersenyum hambar ke arah Jonah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Where are you going?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Home,” jawab Ariana singkat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“So because of that picture, you want to go? See, this is
why I did not want to tell you about her pregnancy. I know you will reacted
this way. I know you will be angry.” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana memandang Jonah dengan heran. Tuhan, kau pikir apa
aku ini, Jonah? Apakah aku bahkan begitu tidak berharga di matamu sehingga
tidak kau perkenankan aku merasakan sakit? Merasakan terluka dan terhina atas
pengkhianatanmu? Kau menghamili wanita lain di saat masih bersamaku. Kau
menuduhku selalu berkhianat, tapi sejatinya kau sudah sejak lama merencanakan
pengkhianatan itu. Hati Ariana hancur.. Selama ini, aku diam saat kau
menghajarku, aku diam saat kata-kata kasarmu mulai meluncur, untuk apa? Untuk
fakta bahwa sebenarnya kau lah yang tengah berkhianat? Siapa sebenarnya yang tidak
pantas dihormati, aku kah? Kau kah? Wanita mu itu kah? Kepala Ariana terasa pening.
Mereka berdua mulai saling melempar kata-kata makian, meski kosa kata Ariana
tidak banyak tapi luka dan duka membuat Ariana berusaha mengimbangi perkataan
Jonah. Keduanya berteriak, memaki, menghina, mengumpat, mengutuk..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana lalu terdiam, berlutut,.. menangis<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tuhan, aku bukan perempuan ini. Aku bukan pencaci, aku bukan
pengutuk.. Seumur hidupku aku menghindar dan berusaha diam agar tidak ada kutuk
atau murka keluar dari mulutku. Siapa aku ini, TUHAN?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana membalikkan tubuh dan meminta maaf pada Jonah.
Meminta maaf atas semua kata kutuk dan caci yang sempat dia ucapkan. Memberi
Jonah selamat atas kelahiran putra keduanya sambil matanya penuh dengan air
mata, sambil hatinya tercekat dan terluka.. Jonah tetap meradang..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kata-kata kasarnya terus terlontar..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana terpancing..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“You know what? Pay me!! I am not going to let you get away
that easy.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Pay you for what? You enjoy my dick too.. You should pay me
too.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“I pay you? Who is the prostitute here? You or I? You always
say I am an old street woman, so you pay me. For each night that we spend for
the past 3 years, pay me. Just see me as Jaksa street woman, give me that
money.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“What money? You look around, find the money.. You stupid
bitch.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Then let me sell these phones!!” Kata Ariana sambil
mengambil dua HP Jonah yang tergeletak di atas tempat tidur.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah meradang..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Direnggutnya pergelangan tangan Ariana dengan tangan kirinya
sambil tinju kananya terus menerus menghujam ke tangan Ariana, “Put my fucking
phones down, You Bitch!!”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana melepaskan HP itu dengan kesakitan. Satu tamparan
juga mendarat di pipinya dan Jonah melangkah pergi..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Don’t go, let us talk about it until all is clear.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“I have nothing to talk about with you, Bitch!!” teriak
Jonah sambil melangkah pergi.. Ariana merenggut dua HP Jonah dan memasukkannya ke
dalam tas untuk mencegah Jonah pergi. Ariana tahu Jonah tidak akan pergi tanpa
dua Hpnya ini. Tapi Jonah tetap melangkah pergi, membawa kunci pintu kamar yang
juga pemicu listrik. Dengan dicabutnya kunci, listrik di kamar Jonah mati dan
Ariana tertinggal di dalam gelap.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana terdiam sedih.. Hatinya makin hancur..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan lunglai Ariana keluar dari kamar, menenteng sandal
tingginya, berjalan keluar dari kamar menuju ke jalan raya.. Ariana menangis
sedih di sepanjang jalan. Membiarkan malam menyerap semua sedih dan lukanya..
Membiarkan malam mendengarkan keluhan hatinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
TUHAN, ke mana kakiku harus melangkah? Apa yang harus aku
lakukan? Selama ini aku sudah berusaha keras untuk bersabar, terus berpikir
positif dan berharap di tengah begitu deras guncangan dan cobaan. TUHAN,
mengapa KAU tempatku aku begitu rendah? Apa yang sudah aku lakukan? Apa salahku
hingga KAU letakkan aku begitu rendah? Kenapa KAU biarkan dua makhluk ini
mempermainkanku? Kenapa KAU biarkan mereka menghinaku? Kenapa KAU tempatkan aku
di posisi ini? Aku bukan perempuan mandul, TUHAN. Aku punya dua putra sebagai
saksiku, kenapa tak KAU biarkan aku hamil dan menjalani hidupku dengannya?
Kenapa tak KAU biarkan aku menjadi miliknya seorang? Oh TUHAN.. TUHAN..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana terus berjalan, melangkah, tanpa alas kaki,
membiarkan jalanan menyentuh kulitnya.. merobek kulitnya.. Ariana membiarkan
sakit di kaki itu menggantikan sakit di hatinya.. Ariana ingin melihat darah..
Ingin melihat wujud luka di hatinya. Dia berjalan terus tertatih dan menerjang
malam.. Ariana tahu dia tidak bisa pulang, dia hanya bisa berjalan menuju
TUHAN.. menuju Pendetanya.. menuju pulang..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tiba-tiba Hpnya berdering..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Sayang, where are you? I am home. I did not go far, I only
went down to buy water. Where are you? Please come back..Please.” Rengek Jonah
di telepon.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana tercekat, “You don’t need to ask me to come back,
your phones are not with me. Search your room. I did not bring your phones with
me.” Ariana berbohong. Tapi Ariana tidak mau kembali dan membiarkan dirinya
dimanfaatkan lagi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Sayang, this is not about the phone.. Please come back. Where
are you? Let me come for you..”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bodohnya, tololnya Ariana percaya.. Ariana luluh.. Dia
menaiki taksi dan bergerak kembali ke kamar Jonah.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sesampainya di kamar, Jonah terkejut melihat kaki Ariana
yang sangat kotor. “What are you doing? You walked?” tanyanya heran. “Yes, I
need to clear my mind. You know I always walk when I am confused.” Kata Ariana
sambil bergerak ke kamar mandi untuk mencuci kakinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Go and take shower,” kata Jonah seperti biasa.. Ariana memandangnya
dengan heran dan entah kenapa kali ini dia menolak mematuhi perintah Jonah. “No.
I will do that later.” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu Ariana duduk di ujung ranjang sementara Jonah berbaring
sambil memandangi Ariana dengan tatapan mata yang aneh.. menusuk dan
mengerikan..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Give me my phone!” katanya segera.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana langsung bangkit dari duduknya sambil terus mengapit
tas “I knew its all about the phones, I told you its not with me. Why did you
call me back?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah meradang..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dia bangkit dari tidurnya, merenggut tas Ariana dan menumpahkan
semua isinya keluar. Keduanya terlibat tarik menarik tas hingga tali tas kulit
itu pun putus. Ariana berteriak meminta Jonah melepaskan pegangannya. Jonah
makin marah.. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saat barangnya berserakan di lantai kamar Jonah, Ariana
membuka pintu, Jonah manarik gaun batik Ariana, menariknya masuk.. reflek
Ariana membuang beberapa barangnye keluar sambil berteriak minta tolong..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan kuat Jonah menarik Ariana, menghempaskannya ke
ranjang sambil menendang pintu agar tertutup.. Ariana yang terbaring terlentang
didudukinya, tangannya mencekik leher Ariana sambil berteriak meminta telponnya
diberikan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana berteriak marah dan meminta tolong.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah mengarahkan kepalannya ke wajah Ariana.. Ariana
menutupi wajahnya dengan lengan, akibatnya lengan itu menjadi sasaran amukan
Jonah. Ariana berusaha sekuat tenaga mendorong Jonah. Terlepas..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana bergegas mencoba lari.. Jonah menangkapnya kembali..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dihempaskannya lagi Ariana ke atas ranjang.. Ditamparnya
wajah Ariana dua kali, dijejakkannya kakinya ke tubuh Ariana sambil terus
berteriak-teriak meminta Ariana menyerahkan kedua Hpnya. Ariana terus berteriak
meminta tolong.. Ariana tahu, dia harus
lari.. tidak ada seorang pun yang bisa mendengar teriakannya jika dia ada di
dalam kamar ini. Pemilik kos tidak akan peduli, dia tahu karena sebelumnya ada
perempuan yang dihajar kekasih Afrikanya di kamar sebelah. Saat Ariana melapor,
mereka mengaku tidak punya hak untuk bertindak.. Oh..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Akhirnya kesempatan itu datang..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana menendang Jonah dan membuatnya mundur ke belakang..
memberi Ariana sedikit ruang untuk berlari keluar.. dan dia berlari, tanpa HP
yang sudah direnggut Jonah, tanpa dompet yang juga sudah direnggut Jonah..
tanpa sandal tingginya.. Ariana berlari.. kembali menembus gelapnya malam..
Menghentikan taksi yang lewat di depan gedung kos Jonah, hanya satu tempat yang terpikir.. rumah..
rumah TUHAN.. menuju ke Pendetanya..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana tiba di depan rumah Pendeta, membuka pintu dan
berkata, “Please help me pay the taxi, he tried to kill me over phones. I ran
away.. Please help me.”<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan dunianya gelap... Ariana terjatuh diam..<o:p></o:p></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-1883134190505954082015-03-04T00:24:00.002-08:002015-03-04T00:24:58.379-08:00Ariana ingin lupa<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dua minggu setelah perpisahanku dengan Jonah, semua terasa
gamang. Meski aku bisa lebih fokus ke pekerjaan karena tidak ada gangguan
permintaan-permintaan, namun tetap hatiku terasa kosong. Aku begitu terbiasa dengan
telepon Jonah, dengan sapaan sayangnya bahkan dengan kemarahannya. Aku berusaha
melupakan Jonah tapi lelaki yang sudah mengisi relung hidupku selama 3 tahun
itu jelas tidak mudah untuk dilupakan. Bukan karena dia begitu luar biasa tapi
aku memberinya ruang yang sangat besar hingga kekosongan itu terasa dengan
sangat, menyergap seluruh rasa dan menyedot semua kebahagiaan. Aku terjebak di
pusaran ketakutan, kesedihan dan perasaan tak berharga. Segala daya dan upaya
aku lakukan untuk melawan pusaran arus itu, kesedihan yang terus berusaha
mengambil alih seluruh pikirku, berusaha aku tepiskan. Dalam benakku aku
membayangkan betapa kata-kata firman TUHAN bak cahaya yang terus berusaha
menghalau kegelapan yang diakibatkan oleh depresiku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bahkan kamar baru yang kami tempati bertiga tidak mampu
mengibaskan luka dan kenangan akan kebersamaan kami berdua. Kamar besar dan
bersih berukuran 5x5 ini terasa menyesakkan. Meski tidak ada kenangan akan
Jonah di sudutnya, tapi kotak ini terasa membekapku. Aku tidak lagi bisa tahan
berada di dalam ruangan, aku terus merasa sesak. Helaan napasku terasa berat
dan penuh dengan kesedihan. Tuhan, aku tidak mau depresi itu kembali
melingkupiku. Aku tidak mau aku kembali masuk ke putaran yang sama. Ke
kegelapan yang sangat aku takuti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Entah seperti sudah ada kode di kepala dan semua saluran
komunikasiku, makin banyak pria Afrika yang mendekat dan menghubungiku. Dengan
gigih mereka berusaha meraih hatiku, kembali dengan kata-kata yang 3 tahun lalu
aku dengar dari mulut Jonah. Kata-kata yang sejalan waktu berubah menjadi
hinaan, bahkan cacian. Mulut yang menyanjung kebaikanku, kecantikanku dan
segala kelebihanku, yang sepengalamanku akan berubah menjadi mulut yang terus
mencercaku, mengkritikku dan menyalahkanku serta menghina. Aku yang dulu, akan
menikmati perhatian berlebihan itu dan memakainya untuk pengalih perhatian,
pelupa dan pengebas. Tapi aku tidak bisa lagi melakukan itu, aku sudah ikut
TUHAN. Aku sudah mendeklarasikan cintaku pada-NYA. Kesetiaanku dan niatku untuk
mengikuti-NYA dan melepaskan apa pun yang membuatku tidak bisa berlari kencang
ke arah-NYA. TUHANku merengkuhku dengan kuat, namun setan terus menarikku
turun, dia kesepian di dalam lubang gelapnya, dia ingin aku ikut, menemaninya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Malam itu aku baru kembali dari hari keduaku di kantor.
Kantor baruku cukup jauh dari rumah tinggal kami saat ini. Aku harus naik
angkot selama 20 menit ke belakang sebuah mall besar dan berjalan sejauh hampir
500 meter untuk naik bis ke arah Senen. Perjalanan dengan bis ini memakan waktu
sekitar 30 menit. Aku turun di terminal senin dan berjalan kaki sejauh 300
meter ke tempatku bekerja. Malam itu melelahkan, aku hanya berbaring di lantai,
mendengarkan kedua anakku berceloteh dan tetangga baru kami, seorang pria
Afrika kesepian yang mencari keluarga untuk menemani dia. Tiba-tiba teleponku
berdering<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Halo?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena : Hi Ariana, apa kabar?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Oh, Kakak, kabar baik, Kak. Ada apa nih, kok tumben
nelepon Ariana?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena adalah perempuan yang sudah sangat lama bergaul dengan
para pria Afrika. Pertemuan pertemaku dengan dia adalah saat aku harus mengurus
visa bisnis Jonah untuk pertama kalinya. Pelayanan pertama Nena cukup memuaskan
namun saat aku mengurus visa Jonah untuk tahun kedua, Nena membuatku dicaci
maki Jonah tiap malam, akibat kesalahan yang dia lakukan. Saat pertama bertemu
Nena dan berinteraksi dengannya, aku terkejut. Nena perempuan setengah baya n yang
baik, jauh di dalam hatinya dia sangat baik dan peduli. Tapi seperti
perempuan-perempuan lain yang aku kenal, yang sudah bersama Afrika, Nena juga
sudah tidak lagi memiliki pemikiran perempuan kebanyakan. Aku bahkan tidak bisa
mengidentifikasi pemikirannya. Nena bangga menyebutkan pengalaman-pengalaman
seksualnya dengan lelaki. Saat ini dia dibiayai dan diberi usaha oleh seorang
lelaki Afrika yang sudah menikah di negaranya. Keduanya bekerja bersama,
berhubungan seks, tanpa peluang untuk menikah. Nena juga dikenal banyak
memiliki lelaki Afrika selain lelaki ini, dan sang lelaki tidak peduli karena
Nena bukanlah istri atau pun calon istri, hubungan mereka hanya berlandaskan
kesamaan keuntungan duniawi, tidak ada sedikit pun sisi spiritual di dalamnya.
Meski sudah separuh baya, Nena cukup punya banyak penggemar, bukan karena wajahnya yang luar biasa cantik
atau bentuk tubuhnya yang sangat sangat terawat. Bukan itu yang dicari para
pria Afrika ini, tapi Nena sudah begitu paham seluk beluk kehidupan para pria
Afrika di Jakarta ini, Nena paham pekerjaan ilegal yang mereka lakukan dan
bahkan sesekali terjun ke dalamnya. Nena paham bagaimana diam saat para lelaki
ini menjalankan bisnisnya, bersenang-senang saat diperlukan dan tetap menjaga
penampilan kudus di depan orang banyak. Perempuan seperti Nena adalah surga,
mereka tidak perlu menjelaskan dengan kebohongan tentang alasan mereka datang,
menutupi dengan kebohongan tentang perempuan-perempuan lain yang menjadi
korbannya, tidak perlu menjelaskan dengan panjang lebar tentang apa-apa yang
mereka sukai dan inginkan. Bagi Nena, kebersamaan dengan mereka mengisi
kekosongan masa tuanya yang harus dia lalui tanpa anak maupun keluarga. Mereka
juga memberi Nena kehidupan yang dia inginkan. Perjalanan ke Malaysia, uang
saku yang lumayan besar, HP, Tablet, peluang memiliki perusahaan dengan namanya
sendiri, mobil, minuma keras dan segala yang di usia ini tidak bisa lagi dia
nikmati dengan pria Indonesia. Pertemuan dengan Nena membuatku terhenyak,
tidak, aku tidak bercerai untuk hidup seperti ini. Aku tidak meninggalkan biduk
rumah tangga semuku untuk kehidupan semu seperti ini. Aku tidak diciptakan
TUHAN untuk kehidupan seperti ini. Itu
sebabnya meski banyak dari perilaku, pemikiran dan perkataan Nena yang tidak
aku sukai dan setujui, namun aku menghormati dia karena dia membuatku tersadar
akan mimpi salahku. Nena adalah panutanku, bisa dibilang begitu. Bukan untuk
ditiru, tapi menjadi barometer akan segala yang tidak boleh aku lakukan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena : Cuma
kangen aja. Sudah lama Nena gak ketemu Ariana. Apa kegiatan Ariana sekarang? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Puji Tuhan
aku sudah bekerja, Kak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena : Ah luar
biasa. Puji Tuhan, bagus atuh. Apa kabar Jonah?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Oh, kami
sudah putus, Kak, tapi kurasa Jonah baik-baik saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena : Kenapa
putus? Kemarin sepertinya baik-baik saja. Jonah berulah lagi? Bagaimana sikap
dia setelah kembali dari Malaysia?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Sikap Jonah
berubah terus, Kak dan aku sudah lelah. Terakhir dia bentak dan hina aku hanya
demi perempuan dia di Afrika. Bagiku itu sudah cukup. Sejak urusan KITAS, aku
sudah kelelahan tapi aku bersaha bertahan, Kak tapi sekarang sudah tidak bisa lagi.
Ariana tidak bisa membiarkan Jonah terus
menghina dan menginjak-injak. Ariana memang mencintai Jonah, Kak tapi Jonah
perlu juga menghargai cinta Ariana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena : Sudahlah,
Ariana, kau tinggal saja si Jonah itu. Dia bukan lelaki yang baik. Aku tidak
pernah berkata apa-apa tapi sebenarnya aku tahu banyak. Ariana tahu Jonah punya
pacar di Malaysia?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Setahuku
tidak, Kak. Jonah tidak pernah tinggal di Malaysia tapi kalau di Bangkok ya,
ada perempuan Afrika dan perempuan Bangkok di sana yang menjadi kekasih dia
selama di sana. Keduanya juga tetap Jonah kunjungi apabila dia kembali ke
Bangkok untuk VISA. Tapi setahuku Jonah tidak bersama siapa pun selama di
Malaysia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena : Ah Ariana,
Jonahmu itu sangat buruk kelakuannya. Saya ini sering mondar-mandir ke
Malaysia. Sebenarnya basis saya itu di Malaysia hanya sesekali saja saya
kembali ke Indonesia. Saya tahu perempuan itu sekarang pindah ke Malaysia. Di
FB si perempuan itu ada banyak foto mereka berdua. Aku tahu tapi gak mau kasih
tahu Ariana karena kau tampak sangat cinta dan Jonah baik-baik saja memperlakukan
Ariana. Tapi nanti kalau kita ketemu, aku kan tunjukkan FB-nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Untuk apa,
Kak? Aku tahu semua kebusukan Jonah dan aku gak merasa perlu untuk mencari
bukti. Aku sudah cukup disakiti, Kak. Dan
Aku sudah memutuskan untuk pergi, tidak perlu lagi aku disakiti dengan
bukti-bukti yang sudah lewat. Biarkan aku mengenang Jonah sebagai lelaki baik
yang aku kenal, hatinya yang aku lihat, Kak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Nena : Ariana,
jangan buang waktumu. Jonah bukan lelaki baik. Kau terlalu baik dan lugu buat
dia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Terima
kasih, Kak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan aku menangis lagi. Semalaman aku sesenggukan bercerita
di atas balkon gelap kamar kami. Aku bertanya pada TUHAN mengapa aku tidak bisa
lepas dari belenggu kegelapan Jonah. Untuk apa mereka menelepon dan menyampaikan semua berita ini,
buat apa? Aku tidak mau tahu. TUHAN, jauh di dalam hatiku aku masih berharap
dan berdoa, Jonah bisa dijamah, bisa dimenangkan, tapi aku juga tahu saat ini
Jonah tidak ingin dijamah, tidak mau diubah. Jonah masih menikmati hembusan
lembut hangat neraka dan belaian lembut setan. Jonah masih menjadikan dunia
sebagi tuhannya. Setiap minggu dia ke gereja, memimpin doa, bersujud, berpuasa
tapi Jonah gagal memahami apa yang menjadi pesan TUHAN.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hari lain, sepulang dari kantor, aku berusaha menghubungi
agen KITAS kami untuk menanyakan surat ketenaga kerjaan asli yang akan aku
perlukan untuk mengurus perpanjangan KITAS Jonah. Meski kami tak lagi bersama, aku
merasa Jonah tetap berhak mendapatkan kebaikan. Sayang tiga nomor perempuan itu
tidak bisa dihubungi. Geramku berubah cemas, apakah perempuan ini baik-baik
saja? Lalu aku beranikan diri untuk menghubungi kekasih agen kami yang juga
pria Afrika.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Boby, how
are you? I am trying to reach your woman, but all of her phone were off. Is she
ok?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Boby : She is
fine, Darling. I think her battery are off. How are you my Darling?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : I am doing
fine. Thanks, just got my self a new job.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Boby : Ah
Darling, that is great!! I am happy for you. How is your family? And your
husband?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Me and my
boys are fine, thank you. My husband? Oh, you mean Jonah? We broke up, hehehe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Boby : Ah, its
about time, Darling. That man is fucked up. He made to many mistakes. Every
body is talking about him, Darling. They all call him a fool. He has you by his
side but he keeps on playing around. You know how the footballers call you?
They call you A Mugu. You are like his ATM. When they saw you, they said, you
are Jonah’s mugu. And I know how nice you are to him, Darling. It hurts me so
bad to hear those words. That fucking man have so many women in Jakarta. His
girlfriends are all over Jakarta. Not to mention his fucking wife in Africa.
Baby, leave him.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Boby, why
are you telling me this? I told you we broke up. I don’t need to know all of
these any more. It is over. Let me remember him as a nice person with a very
good heart as I knew him before. I don’t want to hate him, Boby, even though I
know I will never go back to him again.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Boby : So you
still love him, right?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Yes, sure.
He is my man for 3 years, how can I just stop loving him like that.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Boby : Then no
need to call me. Go back to your fucking boy friend. Go and get your self kill
with his dick.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ariana : Oh my, is
ok, good bye<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan aku pun menangis sedih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Aku tahu para pria Afrika ini tidak akan bisa memahami
betapa aku sangat mencintai Jonah, meski begitu aku tahu, aku tidak bisa
menerima dia kembali. Tidak apabila aku masih tetap berada di posisi yang sama.
Aku ingin Jonah hanya jadi milikku, dan bersama kita berjuang meraih hidup.
Jika masih ada perempuan-perempuan lain dalam hidupnya, lebih baik aku
menyingkir dan sendiri. Aku ingin lebih dekat ke TUHAN, ingin benar-benar bisa
bekerja tanpa ada rasa bersalah di dalam hatiku. Rasa bersalah atas dosa itu
lah yang selama ini menjadi belengguku. Sangat sulit bagiku untuk bisa menyanyi
lepas memuja TUHAN. Suaraku seolah tidak mau keluar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Namun sejak aku deklarasikan keinginanku untuk hidup kudus,
bahkan di depan Jonah dan berjuang sekuat tenaga untuk bertahan kudus, aku bisa
menyanyi dengan lantang, begitu banyak suara TUHAN yang aku dengar. Rhema yang
terus menggema di kepalaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dalam sedihku, aku sempat berdiskusi dengan pendetaku, dan
perkataannya sangat menampar wajahku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 106.35pt; text-indent: -106.35pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pendeta
Joshua : Sister, kita bukan
manusia biasa. Sister sendiri yang berkata bahwa sister ingin bekerja untuk
TUHAN. Bahwa Sister ingin menjadi pendeta. Saya tahu sister berkata dengan
tulus dan sungguh, karena saya melihat betapa hidup sister dibersihkan TUHAN.
Sister tidak bisa lagi main-main dan melihat diri dengan standar manusia. TUHAN
menuntut jauh lebih tinggi pada mereka yang ingin melayani-NYA. Hubungan yang
sister lakukan dengan Jonah bukanlah hubungan yang kudus dan apabila sister
terus melakukannya, akan ada lebih banyak keburukan yang terjadi dalam hidup
Sister. Sister harus membuat keputusan dan melangkah menjalankannya. Langkah
pertama memang sangat sulit, namun sister akan melihat begitu banyak mukjizat
di kala sister mengambil langlah itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Rhema minggu ini adalah kehidupan yang kudus dan keimanan
yang teguh. Aku tahu TUHAN ingin aku benar-benar mengerjakan itu. Dalam
kehidupanku yang kudus, aku tidak hanya dituntut untuk melepaskan diri dari
dosa perzinahan tapi juga melepaskan diri dari dosa kebencian. Rasa marah luar
biasa yang aku tanggung dalam hati, kebencianku pada perempuan di Afrika dan
perempuan-perempuan lain dalam hidup Jonah, pada mereka yang selama ini tahu
tapi diam saja dan membiarkanku tenggelam dalam kebodohan. Tidak, jika itu
masih ada di dalam hatiku, maka kau bukanlah manusia yang hidup dalam
kekudusan. Aku harus bisa memaafkan dan melepaskan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan kidung Mazmur pun terus menemaniku, memberiku damai yang
luar biasa di tengah tarikan depresi dan godaan bermain nakal yang terus begitu
deras melingkupiku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Aku seperti terdiam dan membiarkan tangan TUHAN menyelamatkanku.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">TUHAN, aku membutuhkan-MU...</span><o:p></o:p></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-5013366434823728902015-03-01T18:58:00.001-08:002015-03-01T18:58:14.947-08:00Mendaki menuju cita-cita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/wcJI6uX1T94/0.jpg" src="http://www.youtube.com/embed/wcJI6uX1T94?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<br />Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-36088720508204600642015-02-16T04:14:00.001-08:002015-02-18T03:21:41.087-08:00Dan Ariana terluka lagi..<div class="MsoNormal">
Malam itu aku duduk
termenung di pojok kerjanya. Ruangan kamar seluas 4X4 m ini menyala terang di
pagi buta, suara ketukan papan ketik dan alunan lagu rohani menemani pikiranku yang melayang jauh. Aku menatap nanar ke luar jendela unit apartemen di lantai
enam ini, sore nanti keluarga kecilku harus meninggalkan rumah yang sudah
kami tempati selama hampir 3 tahun itu. Sebuah tempat yang bagiku menggambarkan perbaikan hidup, peningkatan kualitas hidup, peningkatan kualitas
segalanya. Dan dadaku terasa makin sesak..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tahun ini dimulai dengan
sangat buruk, berita buruk demi berita buruk aku terima, terutama masalah
pekerjaan. Sejak dipecat dari perusahaan tempatku bekerja dengan alasan
yang hingga kini gagal aku coba pahami, segala hal yang coba aku kerjakan,
gagal. Aku memang bukan lagi aku yang dulu, yang dengan gigih mencari
uang di segala sudut kota, segala yang halal bagiku, patut dicoba. Kemiskinan
masa kecil membuatku tidak mau mengalami kondisi sama di usia tua. Aku yang dulu akan melakukan 4-5 pekerjaan sekaligus, bekerja 7 hari selama 24 jam,
bekerja dan bekerja. Aku yang baru lebih menikmati duduk diam dalam bait
Allah, mendengarkan dan mendiskusikan ayat di Injil, mengikuti doa dan kajian
alkitab sambil belajar berdoa dan berdoa. Namun terpaan kehidupan masih juga
membuatku gamang. Aku sering kali merasa tidak berada di pijakan yang tepat, tidak berada di bumi yang benar, tidak menjadi diriku sendiri. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah sendiri sibuk
dengan kegelisahannya, karena perempuan Afrika yang selama ini dia banggakan
menjadi istri tauladannya, kini mengacuhkannya karena Jonah gagal mengirimkan
dana 1,100 USD sesuai permintaan, setelah 1,200 USD yang sudah dia kirimkan
sebelumnya. Meski tidak dibicarakan, aku bisa menebak dari makin jarangnya
Jona tenggelam di dalam HP-nya, makin jarangnya Jonah berfoto ria di pagi
maupun sore hari. Jonah tampak sedih dan terpukul, beberapa kali dia kembali
meragukan kemampuannya, sesuatu yang di tahun pertama hubungan mereka, sering
kali Jonah lakukan. Setiap itu muncul, aku akan menyanyikan lagu yang sama,
mengagungkan kemampuan Jonah, menyanyikan lagu pujian dan terus menyatakan
cinta meski Jonah akan menjawab dengan sekedarnya saja. Aku perempuan Jawa yang
dibesarkan dalam tradisi pengabdian perempuan kepada lelakinya, hanya bisa
memandang sedih ke lelaki yang sangat kucintai ini, sulit bagiku untuk
memahami bagaimana seorang perempuan hanya bisa mengukur keberhasilan sang
lelaki dari uang yang dihasilkan, betapa perkembangan pribadi yang bahkan bagiku yang baru 3 tahun mendampingi tampak jelas terjadi dalam diri Jonah, tidaklah
menjadi pertimbangan utama. Dalam ajaran budayaku, harga diri suami adalah yang paling utama. Seluruh kehidupan akan runtuh saat kepercayaan diri suami kita juga runtuh. Sejak kecil ditekankan bahwa seberapa pun besar pendapatanku, sangat lah penting bagiku untuk menjaga harga diri suamiku, menempatkannya di depan dan mendengarkan pendapatnya, sekonyol apa pun pendapatnya itu. Bertahun lalu, saat pernikahanku masih berlaku, aku berusaha melakukan hal yang sama dan kini saat kekasihku mengalami hal serupa, meski selama 3 tahun ini tidak banyak yang dia lakukan untukku, aku harus tetap menjaga harga dirinya, menjadikannya lelaki yang kuat, menjadi sandaran yang bersikap seolah dia yang bersandar.<br />
<br />
Namun bagiku juga sulit memahami, bagaimana Jonah
terus menerus membuktikan diri, mengejar dan jatuh untuk cinta yang begitu
materalistis sembari menginjak, meremehkan dan tidak menghargai dirinya yang
selama 3 tahun duduk diam dalam terpaan badai kehidupan mereka berdua. Aku tidak memahami mengapa Jonah tidak bisa memandang dirinya, tidak bisa memandang apa pun yang sudah aku lakukan dan bersikap seolah semua yang aku lakukan adalah kewajaran. Jonah tidak pernah mengindahkan kediamanku meski aku tahu dia terus mengirimkan duit ke Afrika sembari menyatakan padaku bahwa dia tidak punya uang dan memintaku berbagi beban. Juga saat dia memilh untuk menghamburkan uangnya di pub-pub jalanan sementara beberapa tagihan tetap menjadi tanggung jawabku. Aku tidak mengerti apa pun yang terjadi dalam hidupku belakangan ini...<br />
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Beberapa tagihan sudah terlambat dibayarkan, sewa rumah, cicilan mobil dan
tunggakan-tunggakan lainnya. Meski bingung, aku tahu dan paham bahwa ini
hanyalah sebuah tahapan dalam hidup. Bertahun lalu, saat masih menjadi istri,
aku juga pernah menjalani hal yang sama, menyelesaikan masalah satu per satu
sembari menjaga harga diri dan percaya diri sang suami bukanlah tugas yang
mudah. Menjaga agar kapal rumah tangga tetap mengapung, menjaga anak-anak tetap
positif dan seimbang, menjaga agar suami tetap percaya pada kemampuannya,
termasuk menjaga agar kewarasannya tetap menempel di kepala bukanlah tugas yang
ringan dan aku tahu benar itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekarang, enam tahun
kemudian, aku kembali mengalami hal yang sama, bedanya lelaki ini belum
menjadi suaminya, lelaki ini memiliki perempuan lain yang dia banggakan,
perempuan yang baginya dia sanggup mengadu nyawa namun lelaki ini menyandarkan
diri padaku untuk dukungan moral dan keyakinan karena perempuannya kurang
pandai merangkai kata penguat. Hinaan demi hinaan, kemarahan demi kemarahan,
tagihan demi tagihan harus aku telan sambil terus tersenyum dan menyanyikan
lagu penguat kepercayaan diri ke telinga Jonah dan Jonah terus tenggelam dalam sedihnya,
matanya memandang nanar ke sososk di belakangku yang tak nampak, yang tak
berwujud. Dan kembali aku terus menelan sedih dan luka. Berusaha terus
mencari wajah TUHAN di dalam semua masalah-masalahnya. aku memang sejatinya
seorang Ibu..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
Baby, I think we need to rent the car, cause we have not pay the installment
for almost over a month now. What do you think? At least we can pay the car
then when you have money, we can continue to pay it again. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Jonah :
Ah, Ariana, what are you talking about? Anyway, if that what you think is best for you, then do it.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
For me? I thought it is all about us. Well Sayang, I know you need the car,
that is why I offer it for daily rent. That way when they don’t use it, you can
use the car and hustle for your money.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Jonah :
Daily? Then who is going to drive the car?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
I will. I am quite a good driver, and that way I know our car is safe.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="text-indent: -78pt;"><br /></span>
<span style="text-indent: -78pt;">Jonah terdiam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di lain waktu, aku yang terusir dari apartemennya, mendiskusikan pilihan sewa pada lelaki yang
terus berusaha ditunjukkan rasa cinta dan pengormatan seorang perempuan, tanpa
melibatkan kemampuan keuangan. Aku sendiri yang akan mencari biaya sewa
rumah, namun bagaimana pun sebuah bentuk penghormatan dan penghargaan apa bila
dia mengajak Jonah berdiskusi sebelum membuat keputusan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
Baby, I am looking for a room to rent. The owner doesn’t allow me and my children to stay there anymore. I don’t want to put her into trouble, better we move and start all over again.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Jonah :
And the children?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
Of course they will be with me.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Jonah :
You cannot put them to their father until you can go back to your feet?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
Oh My, that would never happen. They are my responsibility. I would never let them go for anything. I will fight until my last drop for them. GOD will punish me if I gave them up. I am a mother, Jonah, no mother can do that.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Jonah :
Ah Ariana, many women do that. Most of them put their children to their grandparents or ex husband then they go and live with their boyfriend. (dan ini benar adanya. Setiap bertemu pacar lelaki Afrika, mereka menanyakan hal yang sama, kenapa kami tidak tinggal serumah. Jawabanku selalu, anak-anakku. Aku tidak mau anak-anak terbelenggu akan kewajiban menerima Jonah dalam hidup mereka. Dan tidak mau anak-anak terluka kembali apabila hubungan mereka memburuk. Bagiku, lelaki yang bisa tinggal bersama dengannya adalah suaminya.)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
(Diam)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Jonah : But baby, why don’t you just pay the rend with that money for a new room. I know I am going to get money this month, I will pay for you after that.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
Ah, better we safe the money to build a business. I don’t want to spend to much on place to stay. You are right when you said we should economize.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Jonah :
(memandangku dengan wajah sedih dan putus asa, merasa tak berdaya menolong
perempuan yang ada di sampingnya selama dia di Jakarta ini).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Perpindahan pun
dilakukan, Aku menemukan tempat yang nyaman di atas gereja, tempat yang luar
biasa menurutnya, karena tempat itu jelas makin mendekatkannya dengan TUHAN.
Dan hatiku makin menguat dan tenang. Aku tahu Jonah tengah bergumul
dengan pikirannya, menimbang perjuanganku dan tuntutan perempuan di Afrika
serta ibunya yang kian hari kian berulah. Aku tahu kenapa sang ibu berulah dan
terus menuntut uang tidak seperti biasanya tapi aku tidak berani berbicara.
Lewat kisah yang dituturkan adik Jonah di Afrika, terungkap betapa perempuan
ini tidak peduli dengan kondisi keluarga Jonah. Mereka merasa perempuan ini
hanya mengincari uang Jonah dan menginginkan Jonah berada di bawah
kekuasaannya. Sesuatu yang sebenarnya tanpa perlu melihat pun sangat kuat aku rasakan. Itu sebabnya sang ibu berubah. Dia tidak rela anaknya direnggut oleh perempuan yang sudah terbukti tidak peduli, perempuan yang terus menerus mengingatkan Jonah untuk tidak membuang uangnya selain untuk dirinya dan sang anak. Hal yang sama pernah dia sampaikan lewat sms yang tanpa sengaja aku baca. Dengan penuh sedih Jonah meyakinkan perempuan itu bahwa dia tidak menghamburkan uangnya untuk siapa pun di Indonesia. Sebuah pertanyaan yang bagiku sangat menghina. Aku kah yang dia pertanyakan? Aku kan yang dia takutkan akan merembut uang lelakinya? Uang yang mana? Selama ini Jonah hidup dengan pas-pasan. Bulan ke bulan hanyalah bentuk perjuangan, aku belum pernah diajak berlibur, belum pernah dibelikan barang mahal, belum pernah diperlakukan mewah. Selama hubungan kami, aku hanya melihatnya menanggung beban demi beban. Lebih menyakitkan lagi saat dia mendapatkan uang, Jonah bergegas pulang ke negaranya, membeli bermacam barang, membeli bermacam buah tangan, bahkan minum keras yang mahal. Setiap hari aku mendengarnya tertawa, tersenyum, bersenang-senang. Melihat foto-fotonya berpesta, menikmati hidup, kemudian dia akan kembali lagi kepelukanku dengan tangan hampa, membawaku kembali ke lingkaran perjuangan tiada hentinya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun meski kondisi keuangan
mereka sangat buruk, aku merasa sangat bahagia. Jonah menunjukkan
perubahan, dia tidak lagi berbicara kasar, tidak lagi membentak, tidak lagi
meremehkan. Meski selaput duka masih tampak di matanya, Jonah tampak bingung,
cintanya pada ibu anaknya namun juga kenyataan yang dia lihat di kehidupan
nyatanya bersamaku membuat Jonah berpikir bagaimana dia bisa menyelesaikan
pelik ini. Beberapa kali Jonah mulai bicara tentang pernikahan, tentang
kehidupan bersama di masa depan, tentang strategi bagaimana di masa depan
mereka berdua bisa menghadapi masa-masa sulit seperti saat ini,<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Sayang, I think its
better for you to find a job. You know my business always down at the beginning
of the year. Last year you were the one who supported us until I get my money
on March. But this year, we both are down, this is not good, Sayang.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di waktu yang berbeda,
Jonah menawarkan untuk mengantarkan pulang,<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Love, we are not in a
good situation, we need to support each other. The money that you spend on taxi
can be used for other expenses. Tomorrow you need to go out for an interview
right? So I better bring you home.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hatiku sangat
bahagia. Meski kehidupan menghimpitnya dari segala sudut, tapi aku bahagia.
Himpitan ini membuat Jonah berubah pandangan tentang hubungan mereka. Jonah
melihat perjuanganku, betapa aku mampu dan mau mengerjakan segala yang halal dan tidak
tergoda untuk mengerjakan bisnis kotor Jonah. Aku tetap diam, tidak
berbicara tentang uang, berusaha menyelesaikan masalahku sendiri sambil terus
mendampingi Jonah, menemaninya saat dia merasa tidak mampu, melayani keperluan
Jonah semampuku, mengesampingkan kebutuhanku sendiri demi menjaga agar Jonah
nyaman dan tidak merasa terabaikan karena kondisi keuangan kami. Aku berjuang,
aku berusaha.. Menekan semua marah dan sedih, mengesampingkan kebutuhanku sendiri, kecemasanku sendiri, kepanikanku, karena menyadari kekuatanku adalah ketenangan Jonah. Meski mulutnya berkata lain, terus dia minta Jonah
bertahan dan kuat,<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“My Strong Love, please
stay strong. You know you are my inspiration. Looking at you being so strong, inspired
me to stay strong also. You believe to GOD, inspired me to believe in HIM also.
I know GOD have big plans for you, and since the day I met you, I believe that
you are destined to be great. And I am so honored to be part of your journey. I
love you”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ini bentuk sms yang
secara berkala kukirimkan ke Jonah. Demi menjaga perasaanya, menjaga harga
dirinya. Jonah adalah suami bagiku. Jonah adalah sosok yang di depan TUHAN
telah dijanjikan akan didukung sampai tujuannya tercapai. Jonah adalah hidup
bagiku. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan hari Minggu itu
tiba..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Seperti biasa au memakai mobil untuk kegiatan gereja dan seperti biasa, aku harus
mengembalikan mobil itu di hari Senin. Namun Senin ini seperti saran Jonah,
aku menerima panggilan wawancara untuk bekerja. Karena itu akan sulit
apabila aku harus mengembalikan mobil keesokan harinya. Jonah kemudian
menawarkan untuk mengantarku dan anak bungsuku pulang di malam hari
sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan dana taksi. Kemudian..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Jonah :
Sayang, Barcelona is playing tonight. If I bring you home, I will not be able
to watch my football. Why don’t you come tomorrow and I will drop you?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Ariana :
(hmm apabila aku kembali besok, pasti akan terlambat dan sangat pagi) Its going to be difficult for me, Sayang. Why don’t
we just stop by and go home by taxi?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Jonah :
Just bring you son home, Sayang then come to me.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Ariana :
Then how will I get home?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Jonah :
You can stay and go in the morning.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Ariana :
Ok, what time do you want me to come?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Jonah :
Anytime you are ready, My Love. I am home.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
Ariana :
Ok.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jam menunjukkan pukul 12
malam saat aku mulai menuju rumah Jonah. Seperti biasa, aku mengirimkan
pesan, mengabarkan kedatangannya dan Jonah bahkan menelepon memintanya membeli
sayuran untuk dia masak keesokan paginya. Semua masih sangat indah..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku tiba di rumah Jonah
pukul 12.30 dini hari, setibanya di parkiran, aku menghubungi Jonah, namun
telepon dimatikan, tidak dijawab. Aku pun turun dari mobil, menanti di depan
lift sampai Jonah datang menjemput. Namun setelah hampir 10 menit, tidak ada
gerakan. Kembali aku mencoba menghubungi Jonah, tapi HP selalu dimatikan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Akhirnya salah satu
penghuni apartemen tersebut naik ke atas lewat tangga, memberiku kesempatan untuk ikut masuk dan naik ke lantai tiga tempat Jonah tinggal. Dengan tas
laptop di punggung, tas tangan dan ikatan kangkung, aku mendaki tangga
setinggi 3 lantai. Kelelahan yang aku rasakan karena sejak pagi mondar-mandir
mengurus Jonah kemudian melayani di 2 gereja, benar-benar membuat kakiku sakit dan napasnya terengah-engah, namun aku terus melaju, lelaki yang kucintai
menanti di ujung tangga, aku harus naik, harus meninggalkan lelah, menuju
pelukan kekasih, suami, panutan yang sangat kucintai itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setibanya di atas, aku bisa mendengar suara Jonah berbicara di telepon, rupanya Jonah sedang sibuk.
aku mengetuk pintu dengan lembut, pintu terbuka, Jonah memintaku masuk
sambil tetap memegang HP putih yang selalu dia genggam. Lalu perempuan itu
menelepon kembali, Hatiku sedih namun membiarkan Jonah berbicara. Godaan untuk
bersuara agar perempuan itu tahu keberadaannya sangat besar. Aku ingin
dikenali, aku ingin diakui, aku ingin dimanusiakan. Aku bukan pelacur,
aku bukan teman tidur, aku bukan tumbal.. tapi semua itu kutahan, Aku sudah berjanji pada dirinya untuk menghormati perempuan di seberang, karena
Jonah menjanjikan bahwa perempuan itu pun menghormatiku. Meski hatiku berontak, meski hatiku terluka, aku merasa bahwa siapa pun berhak
mendapatkan penghormatan, siapa pun berhak mendapatkan peluang untuk bahagia,
siapa pun itu, termasuk diriku. Tapi kelelahan akibat naik tangga membuat
napasku sesak, dan aku pun terbatuk.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah segera bangkit dari
duduknya dan bergerak ke balkon kamar sembari menutup pintu di balkon. Hatiku sangat sakit. Aku tahu apa yang terjadi, tahu siapa yang menelepon, tahu
kenapa Jonah pergi, tahu mengapa aku dibiarkan menunggu di depan lift begitu
lama.. Aku tidak berarti, aku tidak bermakna, aku bukan manusia, tidak
cukup pantas untuk dihargai dan diberi cinta, begitu selalu yang dikatakan
Jonah dalam marahnya, dan malam itu semua menjadi begitu nyata. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Akhirnya Jonah
menyelesaikan pembicaraannya, sambil membuka pintu dengan kasar, Jonah menatapku dengan nanar:<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah : “Every time you are here,
I cannot do anything that I want.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana : Memandang Jonah dengan
heran, “What have I done?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah : “You always try to put me
into problem.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana : “What? What problem?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah : “Why are you coughing?
Are you having a cough? You just want to make problem.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
Ariana :
“Climbed the stairs to come here, and you know I am not good with stairs. I
cough because I could not breathe. Why would I want to put you into problem?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kelelahan, mengantuk,
tidak paham, membuatku sulit mengendalikan amarah. Tapi apakah aku tidak boleh marah, Tuhan? Apakah aku tidak berhak tersinggung? Apakah bahagia
hanya milik orang lain, Tuhan? Meski aku sudah berjanji menjadi pelayan
manusia, tapi apakah aku harus dihina seperti itu?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ariana : “Hey, I did not come here
by my self ya, you are the one who ask me to come.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah : “Ya, because I cannot
agree with your stupid idea.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
Ariana :
“What idea? I told you we could just go home by taxi, instead you asked me to come and stay over? Ah what are you doing, Jonah? Who do you think I am? I am
not a prostitute. I am not some cheap woman, I am a mother. How dare you to
treat me like that? If you have problem with other woman, that is not my business and don’t ever blame it on me.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku terluka sangat,
aku meraih tas punggungku dan berjalan keluar. Saat itu sudah pukul 1 pagi,
Aku keluar dari kamar Jonah tanpa menutup pintu. Dengan sedih dan terluka aku menunggu lift yang akan membawaku ke lantai B1. Aku tahu, Jonah tidak akan
berlari menghampiri, Jonah tidak akan peduli. Aku terluka, Aku sangat
sangat terluka.. Tidak ada air mata keluar dari mataku, hanya kemarahan dan
kebencian yang meluap.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Terdengar Jonah
membanting pintu dengan keras..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku berlari ke jalan,
berjalan mencari taksi yang akan membawanya pulang. Saat itu sudah pukul 1.30
pagi. Jalanan di depan apartemen Jonah sudah mulai ramai oleh pedagang pasar, dan aku bisa merasakan mata mereka memandangiku dengan aneh. Aku memang tidak memakai pakaian untuk pub atau semacamnya, aku berpakaian rapi karena rencananya besok akan langsung ke tempat wawancara, namun tetap saja pandangan mata aneh diarahkan padaku. Aku berjalan dengan marah, tidak ada air mata yang menetes, hanya kemarahan luar biasa. Aku merasa dilecehkan, tidak dihargai, tidak dianggap dan diletakkan jauh lebih rendah dari perempuan yang bahkan tidak pernah mengenalku. Siapa pun dia, siapa pun aku, tak seorang pun pantas diletakkan di bawah. Bahkan aku menghormati pelacur yang pernah menjadi kekasih Jonah, tidak sekali pun aku berbicara dengan menghina, lalu mengapa aku ditempatkan serendah ini? Mengapa Jonah tega membentak dan menuduhku di saat dia yang memintaku datang? Tidak bisakah dia mengendalikan perempuannya, memintanya menghormati aku yang bagaimana pun adalah pengurusnya di Jakarta ini, penanggung jawabnya di sini. Dan hatiku yang sudah didera begitu banyak masalah, patah...<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Kembali aku terluka.. </div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-78704023606792945372015-01-25T22:50:00.001-08:002015-01-25T23:55:15.555-08:00Siapakah Kami Bagimu...<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lia :
Who can stand this, ya? When money banyak, you go and chase pussy all over
Jakarta. Indonesia, Afrika, all kind. You enjoy, pay for her everything but
when things gone bad. Sudah sakit begini, no body wants to take care of him.
All call me. Enak aja.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"> Kau
mungkin tahu, Ariana, Jonah juga pasti tahu. Itu pelacur Sierra Leon, dia juga
sering dibawa ke gerejamu kok. Ada kok fotonya sama Jonah dan latar belakangnya
gerejamu. Masa kau gak tahu, Ariana? Coba kau lihat chat mereka di FB. Kau lihat,
tuh cewek selalu manggil duluan (sambil membuka lama FB kekasihnya). Lihat, dia
bilang “apa adikmu tidur?” ini ngomongin barang dia, Ariana. Tuh lihat, dia bilang
“I love you” segala. Maaf ya, Ariana. Tapi sampai
hari ini, sudah tiga hari Andy tergeletak seperti ini dan dia sama sekali gak
muncul. Adiknya kemarin muncul dan waktu aku berikan resep dokter yang kudu
ditebus, dia langsung ngibrit hahahaha Takut dia, Dik. Takut kudu ikut biayai
kali. Padahal resep yang aku kasih murah banget, paling cuma seratus ribu
rupiah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku hanya
bisa tersenyum kecil sembari memandangi kekasihku yang dengan wajah kuyu lelah
dan prihatin memegang tangan teman senegaranya itu. Andy, kekasih mbak Lia,
adalah satu teman dekat Jonah di negara ini. Mereka sering beroperasi berdua.
Aku sendiri kurang suka dengan pertemanan mereka, karena Andy memang sangat
doyan minum dan juga perempuan. Setiap kali Jonah beroperasi dengan Andy,
hampir bisa dipastikan akan terdengar suara kikik perempuan di latar belakang.
Mereka akan beroperasi dengan seks dan merayakan keberhasilan dengan minuman keras
dan seks lagi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sekitar 8 bulan yang
lalu, aku mengirimkan pesan singkat ke Andy dan kekasihnya. Meminta mereka
untuk berhenti berbicara denganku. Aku lelah mendengarkan kata-kata terlalu
positif dari Andy tentang kekasihku dan kemudian semua keburukan tentang
kekasihku dari kekasihnya. Semua suara itu membuatku bingung dan membuat
hubungan kami memburuk hingga Jonah menghajarku. Sejak itu Andy menolak berbicara
denganku, Lia bahkan memaki-maki aku di depan Jonah. Dan hubungan kami pun
berhenti. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Saat ini
Andy tengah terbaring lemah, stroke melanda dan melumpuhkan tubuh kirinya.
Lelaki bertubuh besar ini berbaring gelisah. Mulutnya terus menceracau akibat
tekanan darah di otaknya. Lelaki ini tampak lusuh, kotor dan lemah. Segala
marahku sirna. Aku hanya melihat lelaki lemah, sendiri, tak berdaya dan dia berada
di kotaku, di negaraku. Tangan kirinya yang
tak bisa digerakkan, ditusuk jarum infus yang bahkan pacarnya pun tidak bisa
menjelaskan untuk apa. Aku yang terbiasa bertanya tentang segala hal, sama
sekali tak bisa memahami, mengapa dia bisa membiarkan begitu banyak benda masuk
ke tubuh pria yang dia cintai tanpa dia tahu apa nama dan bahkan guna apa lagi
dampaknya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kak Lia tampak
sangat tua, sangat lelah. Sudah tiga hari tiga malam dia ada di rumah sakit
ini, menemani kekasihnya. Kekasihnya ini terjatuh dalam diam ,setelah beberapa
hari sibuk bersenang-senang, mabuk sampai pagi dan tidak mengindahkan perasaan sang
perempuan. Dia baru selesai melakukan perjalanan ke Malaysia bersama perempuan
Afrikanya (entah bagaimana aku harus mendefinisikan perempuan ini) menikmati
seminggu penuh kemesraan sambil membiarkan perempuan yang mendampinginya selama
3 tahun di Indonesia dalam kegelapan. Dan perempuan ini hanya bisa diam dan
menangis, seperti kebanyakan perempuan lain yang ada di sisi para pria Afrika. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lia :
Dua hari setelah Natal, anak-anakku menunggu Andy untuk datang. Tapi Andy tidak
datang dan tidak menelepon. Waktu aku telepon, dia malah memaki-makiku dan
kemudian mematikan teleponnya. Aku sakit, Dik. Aku gak peduli kalau dia hanya
menyakiti hatiku, tapi ini menyangkut anak-anakku. Mereka tidak berhak
disakiti. Mereka tidak pantas dilukai. Mereka gak tahu apa-apa, Dik dan mereka
sudah diabaikan oleh ayah kandung mereka. Tapi aku diam saja, Dik. Aku jemput
dia saat tengah mabuk berat. Semua bilang aku harus datang karena Andy
bertingkah aneh. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dia selalu bilang gak punya duit, tapi semua foto perempuan
brengsek itu selalu nampak mereka sedang bersenang-senang. DI pantai lah, di
restoran lah. Semua hanya menghamburkan duit. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Cewek Sierra Leon tuh, Ariana, kalau di sini gak ada kerjaan.
Mereka gak ikut bisnis seperti para lelaki ini. Gak jualan di Tanah Abang, apa
lagi coba yang mereka kerjakan, selain jual pussy-nya. Mereka ini kan cuma cari
lelaki Afrika yang cukup goblok untuk mau ngurusin mereka. Gimana gak goblok,
Dik. Punya cewek Afrika di luar negeri berarti kudu ngurusin juga kan? Emang
kita, Ariana. Bisa urus diri sendiri? Mereka mah kudu dibayarin VISA, belum sewa
rumah di sini, makan, kirim uang ke Afrika. Andy aja bego. Ariana cuma mau cari
pussy aja. Padahal juga apa bagusnya kan?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ariana : Lalu kenapa Andy melakukannya, Kak? Untuk apa dia mencari cewek Afrika? Kenapa
gak cari cewek lokal aja kalau memang mau main-main?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lia :
Karena membanggakan buat mereka, Dik. Punya cewek Afrika itu membanggakan.
Sekarang coba? Kita kan yang kelimpungan? Kenapa coba saat senang dia ingatnya
nomor cewek-cewek lain? Kalau susah, kenapa nomor kita yang dia putar?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Teriakan
perempuan ini sebenarnya mewakili begitu banyak perempuan lain yang tengah
berhubungan dengan pria Afrika di Indonesia. Siapakah sebenarnya kami ini di
mata mereka? Siapakah sebenarnya kami ini di dalam hubungan dengan mereka?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selama di
Indonesia dan di negara mana pun di dunia, mereka membutuhkan perempuan untuk
menjadi teman tidur, untuk menemani dan mengurus keperluan fisik mereka selama
mereka jauh dari keluarga. Tidak hanya
seks, namun banyak kebutuhan lainnya.
Kebanyakan, di awal hubungan akan dijanjikan pernikahan di ujung
hubugan. Sesuatu yang masih sangat didambakan oleh kebanyakan perempuan di
dunia. Dengan berbekal mimpi akan dinikahi, akan diajak menemui keluarga di
Afrika, para pria ini menjerat perempuan-perempuan di dunia. Bagaimana jeratan
ditabur? Tergantung bagaimana ikan yang akan dijerat. Mereka bisa berubah
menjadi apa pun yang diinginkan perempuan ini, ya, karena mereka menebarkan
ilusi, mimpi dan bukan sejatinya dirinya.
Tapi apakah mimpi itu ada?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Beberapa
teman Afrika sebangsa Jonah pernah berkata bahwa pria Afrika akan menikahi
perempuan Indonesia yang membantunya dalam bisnis. Perempuan yang membantunya
mendapatkan banyak uang. Dan kebanyakan perempuan ini juga menikahi sang pria
karena tidak mau pria ini membagikan uangnya ke perempuan lain. Pria Afrika
kebanyakan hanya akan menikahi perempuan dari negaranya, karena di sini dia
tidak bisa berinvestasi dan menginvestasikan uang atas nama perempuan lokal
sangatlah beresiko. Begitu banyak kisah pria Afrika yang dihabiskan hartanya
oleh perempuan yang sudah menjadi kekasihnya. Namun aku juga tidak bisa
menyalahkan para perempuan ini. Banyak dari kami yang sudah dirusak oleh gaya
hidup dan pemahaman materialistik para pria Afrika ini. Kebanyakan dari mereka
adalah perempuan muda dari keluarga sederhana dan pendidikan yang rendah.
Kepada mereka diperkenalkan kemewahan yang disebutkan didapat dari “permainan”
mereka. Betapa mudah sebenarnya mendapatkan uang dan betapa manisnya kehidupan
saat kita punya uang banyak. Mereka inilah yang “beruntung” dinikahi para pria
Afrika. Keduanya kemudian menjalani kehidupan yang mewah di satu saat dan
kemudian miskin di saat yang lain. Meski sedang miskin, para pria Afrika ini
tetap hidup di atas standar miskin Indonesia. Mereka tinggal di apartemen,
berkeliling menggunakan taksi, minum bir hampir tiap malam, memegang HP mewah
dan berpakaian keren serta wangi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku sudah
menemani Jonah selama 3 tahun, dan tidak sekali pun aku terlibat dalam
permainan-nya. Di awal pertemuan aku sudah menyatakan bahwa aku belum tertarik
untuk menikah dan apabila Jonah memang menginginkan pernikahan, lebih baik kami
tidak memulai apa pun, karena aku tahu aku akan jatuh cinta dan juga akan
terluka. Tapi Jonah tetap meminta kami bersama, dia mengatakan juga tidak
tertarik untuk menikah. Dua tahun berlalu dan Jonah mulai menjejaliku dengan
kebaikan-kebaikan ibu dari anaknya di Afrika dan betapa dia pantas dinikahi sementara
aku tidak. Berulang Jonah menyebutkan betapa dia tidak akan pernah bisa
menikahiku. Selalu saja digunakan fakta bahwa aku pernah bercerai sebagai
alasan. Katanya dia tahu aku akan pergi begitu ada masalah, dia tak peduli
betapa aku memerlukan waktu 14 tahun sebelum memutuskan bahwa aku harus keluar
dari pernikahanku. Dalam setiap pertengkaran kami, dia selalu meyebutkan
kebaikan perempuan itu dan menyatakan cinta luar biasanya kepada perempuan ini
dan aku selalu terpuruk diam dan menangis.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setiap Jonah
mengalami masa buruk, pikiranku melayang.. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di
kepalaku. Siapakah kami ini? Saat harus dihadapkan pada situasi seberat ini,
bagaimanakah kami harus bersikap? Apakah menjadi pacar sementara, seperti yang
selalu didengungkan oleh Jonah di telingaku? Lalu apakah seorang pacar
sementara akan meluangkan waktu dan tenaganya demi menjaga dan menyelamatkan
lelaki pasangannya? Apakah kami harus mengorbankan segalanya saat bahkan posisi
dan status kami tidak jelas? Saat Jonah mengalami masalah di imigrasi, siapakah
aku hingga aku harus melepaskan semua urusanku demi membantu dia menyelesaikan
masalahnya? Saat Andy terbaring lemah dan sakit, siapakah kak Lia, hingga dia harus mengorbankan segala waktunya
untuk lelaki yang bahkan di saat uang datang, hal pertama yang dia lakukan
adalah pulang ke negaranya, sendiri?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kami di sini
untuk menemani para lelaki ini berjuang. Kami ada saat mereka tidak punya uang
sama sekali, menemani saat mabuk, menemani saat sakit, menemani saat dia
marah-marah akibat stres tekanan kebutuhan di sini dan di Afrika, menelan ludah
saat dia ketahuan berselingkuh, menelan marah saat kata-kata mereka menjadi
kasar akibat mabuk. Menutup mata melihat semua pesan mesra di FB, Badoo, WA,
LINE dan banyak alat komunikasi lain, karena kita tidak tahu mana klien dan
mana yang dia rencanakan untuk menjadi kekasih berikutnya. Menelan ludah dan
menahan hati saat dengan bangga dia memasang foto perempuan Afrikanya, memuja
bak dewi dan menyebutnya pasangan hidup, sementara semua sakit kami yang
rasakan, kami yang tanggung. Lalu saat uang datang, mereka bergegas pulang,
bersenang-senang di negaranya dan berharap kami menunggu, menghormati dan
setia?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sampai tahun
ketiga kami bersama, aku tidak pernah bisa memahami konsep hubungan ini. Tiap
tahun Jonah pulang, aku selalu mengatakan bahwa ini adalah akhir hubungan kami.
Bahwa dia sudah menemukan kekasihnya dan aku tahu betapa aku sangat mudah untuk
digantikan, maka aku rela digantikan. Bagiku, aku tidak melihat Jonah sebagai
pasangan sementara. Bagiku dia adalah kekasihku, pasanganku, mitraku, orang
yang sangat aku kasihi, yang sangat aku cintai, aku hanya tahu satu bentuk
cinta. Tapi aku tidak pernah bisa memahami apa yang dia inginkan dalam hubungan
kami. Dia seolah memisahkan kehidupannya di Afrika dengan kehidupannya di
Jakarta. Well itu juga bisa dilakukan, tapi kudu konsisten. Jangan pernah kau
menceritakan kehidupan Jakarta mu kepada dia di Afrika seperti kau putuskan
hubunganku dengan semua keluargamu di Afrika.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mungkin
memang benar, aku terlalu naif untuk bisa memahami bentuk hubungan seperti ini.
Kebanyakan perempuan yang berhubungan dengan pria Afrika akhirnya beradaptasi.
Mereka melihat si lelaki hanya sebagai sumber kesenangan. Karena itu mereka
melindungi si sumber dengan segenap kekuatan. Mereka akan menendang, mencakar,
menghancurkan perempuan lain yang berusaha merusak sumber ini. Tak peduli
dengan apa yang ada di negara lain, selama “kebutuhan” mereka terpenuhi. Mereka
menerima lelaki lain sebagai teman bermain, karena tekanan hubungan begitu kuat
dan untuk apa setia? Toh hubungan ini tidak akan membentuk apa pun. Kebanyakan
dari mereka kemudian terjebak dalam kehidupan bersenang-senang, melompat dari
satu pelukan ke pelukan yang lain, menikmati kehidupan bebas dan penuh
kesenangan duniawi. Aku pernah hampir terjatuh ke dalam kehidupan itu. Aku
tidak memandang lelaki Afrika sebagai lelaki, melainkan hanya sebagai sumber
kesenangan. Lelaki Afrika menyenangkan, karena mereka membutuhkan perempuan
paling tidak untuk seks. Dalam kebutuhan itu, mereka akan menempatkan diri di
bawah si perempuan, berusaha keras membuatnya bahagia, setidaknya di saat itu.
Berbeda dengan pria Kaukasia, mereka terlalu percaya diri. Terlalu yakin rasnya
tertinggi dan akan selalu didambakan oleh ras yang lebih rendah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan aku
tercenung...<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kakaku yang
baik, kau begitu terberkati. Kau diberi kesempatan untuk menunjukkan baktimu pada
TUHAN. Seperti yang selalu aku katakan pada diriku sendiri, tiap kali aku harus
melalui api demi menemani Jonah di negara ini. Aku melakukannya untuk TUHAN.
Karena hanya DIA yang tidak akan pernah mengecewakanku. DIA melihat semua
usahaku untuk menemani dan berlaku baik pada lelaki yang DIA kirimkan ke
kehidupanku. Aku tahu tiap manusia punya tujuan saat dia hadir dalam hidup
manusia lain. Aku punya tujuan saat hadir di kehidupan Jonah, begitu pula Jonah
punya tujuan saat hadir di kehidupanku. Meski peluangku tampak sangat kecil,
bahkan hampir tak munkin. Meski dalam pikiran logika aku tampak bodoh dan memperjuangkan
sesuatu yang tak mungkin, tapi aku tahu TUHAN bisa mengubah segalanya.
Berkali-kali TUHAN menolongku di saat sempit, berkali pula DIA menunjukkan
kuasa-NYA dalam perkara-perkara kecil. DIA ingin aku mempercayai-NYA untuk
perkara yang lebih besar.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">TUHAN, aku
tidak tahu ke mana arah hubungan kami dan kurasa itu bukan bagianku. Bukan
urusanku. Itu adalah pekerjaan-MU. Tugasku hanyalah memastikan semua langkahku
sudah sesuai dengan petunjuk-MU. Bahwa aku memberikan cinta sesuai dengan apa
yang kau inginkan, bahwa aku berbuat baik sesuai dengan kebaikan-MU padaku. </span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 107%;">TUHAN-ku,
KAU tahu hatiku, KAU tahu tangisku dan KAU akan mengubah segala tangisku
menjadi senyuman.</span></div>
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Demikian juga kau, Kakakku Sayang. TUHAN akan membayar
lunas semua peluhmu untuk lelaki yang kau cintai. DIA akan menggantikan semua
lukamu dan sakitmu dan DIA akan turun tangan untuk segala perkara dalam hidupmu..</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Malam itu, Jonah memelukku erat..</span></span><br />
<span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">"Ariana, I love you.." Dan aku kembali terhanyut.. TUHAN, aku mencintai lelaki ini.</span></span>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-19989233810274538662015-01-09T04:59:00.002-08:002015-01-09T04:59:42.374-08:00Debar Tahunan<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hari
ini aku gelisah luar biasa. Hal biasa kalau bulan sudah masuk ke Oktober. Bukan,
bukan karena sebentar lagi Natal, bukan karena sebentar lagi Tahun Baru atau
karena ulang tahun kebersamaan kami, tapi karena sebentar lagi VISA bisnis Jonah
akan habis masa berlakunya dan sekali lagi, seperti tahun-tahun yang lalu, aku
harus berurusan dengan para Agen pengurus Visa ini. Dan sungguh, bulan-bulan ini adalah bulan
yang membuat jantung habis berdenyut kencang dan air mata terkuras habis. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tahun
pertama aku berkenalan dengan tata cara pengurusan visa bawah tangan adalah
saat Jonah terpaksa harus menyerahkan urusan ini padaku. Saat itu Agen yang dia
gunakan untuk mengurus VISA gagal memberikan Telex dari Imigrasi dan membuatnya
terdampar di Bangkok selama 2 minggu. Tak ada pilihan lain, Jonah memintaku
untuk melakukan sesuatu agar dia bisa kembali masuk ke Indonesia. Aku bingung..
Selama ini aku selalu hidup dengan aturan yang ketat, aku tidak suka melanggar
aturan apa pun. Aku tergolong kaku untuk urusan satu ini tapi kini kekasihku
memintaku untuk melihat apa yang bisa aku lakukan. Sampai hari itu aku bahkan
tidak tahu, izin tinggal apa yang mereka
gunakan, bagaimana mengurusnya, siapa yang mengurusnya.. Aku sama sekali buta.
Tapi jelas aku tidak mau Jonah terlantar di Bangkok, aku tidak mau dia tidak
bisa masuk ke negara ini, aku tidak mau kehilangan pria yang saat ini menjadi
sangat penting dalam hidupku. Dia kekasihku, rajaku, pelindungku.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Secara
natural aku mencoba mencari tahu apa yang bisa kau lakukan sesuai aturan yang
berlaku di negaraku ini. Sebagai perempuan berpendidikan dan berpengalaman
kerja cukup panjang, bukan hal sulit bagiku untuk mencari koneksi di Imigrasi
dan menanyakan secara gamblang apa yang bisa aku lakukan untuk mengundang calon
suamiku ini ke Indonesia dan jawabannya sangat mengecewakan. Aku diminta untuk
berpikir ulang tentang hubungan kami. Dan apabila aku melanjutkan keputusanku
untuk mengundang lelaki ini ke Indonesia, pihak Imigrasi akan benar-benar
mempersulit prosesnya. Proses normal akan membutuhkan waktu 3 bulan dan izin
tinggal hanya bisa diberikan untuk 1 bulan. Tuhan..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Akhirnya
aku menghubungi salah satu kawan Afrikaku di gereja, aku tahu mereka pasti
menggunakan jalur yang sama dengan kekasihku untuk mengurus izin tinggal
mereka. Aku sampaikan aku membutuhkan bimbingan, aku minta dipertemukan dengan
agen pengurus izin tinggal mereka di Indonesia. Aku ingin tahu bagaimana
prosedurnya dan berapa biayanya. Ya, aku perempuan yang terbiasa berpikir
dengan cara memahami masalah, menganalisa peluang lalu membuat rencana
tindakan. Aku tidak biasa terjun tanpa memahami apa yang terjadi, dan
bergantung sepenuhnya pada perlindungan lelaki. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Seorang
teman Afrika dari negara yang berbeda dengan kekasihku membawaku ke seorang
Agen yang juga berasa dari Afrika. Lelaki ini sudah bertahun-tahun berada di
Indonesia dan bahkan sudah memegang paspor Indonesia. Dia sudah sangat dikenal
di kalangan kaum Afrika di Indonesia dan bahkan di luar negri. Posisinya
sebagai sesama Afrika memberinya keuntungan, karena mereka yakin sesama Afrika
tidak akan merugikan atau mencelakakan saudaranya. Sebuah persepsi yang sangat
amat keliru..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Singkat
cerita, aku dibawa ke kantor Darameh yang berada di sudut wilayah yang dikenal
sebagai wilayah kulit hitam di Jakarta. Di kantor berbentuk Ruko 2 lantai
tersebut, Darameh menempati ruangan 4X6 di lantai bawah. Ruangan itu dia sekat
dengan kubik kaca untuk membedakan antara ruangannya dan ruangan umum untuk
tamu dan pegawai lainnya. Di kantor tersebut, Darameh menggantung baju-baju agar
di mata orang luar dia tampak sebagai pengusaha legal yang berdagang pakaian,
seperti stereotipe kulit hitam di Jakarta. Kalau bukan berdagang baju ya pemain
bola hehehehe.. Pegawainya sebenarnya hanya satu perempuan muda yang sudah
bertahun-tahun menjadi sekretaris pribadinya. Perempuan ini mengurus segala
sesuatu di kantor Darameh. Dia yang setiap hari akan selalu ada sementara
bosnya berkeliling mengurus segala urusan bisnis kantor kecil ini. Perempuan
ini berjilbab, tampak sudah berusia 25 tahunan, pendek dan agak berisi. Dia
tampak riang dengan bahasa Inggris yang dicampur bahasa Indonesia, dia menyapa
orang-orang kulit hitam yang datang silih berganti ke kantor kecil itu. Para
lelaki Afrika ini memang sangat suka berkelompok, entah karena mereka berada di
tanah rantau ataukah sudah merupakan
kebudayaan asli mereka. Tapi satu saudara yang memiliki kantor, maka dia akan
menjadi tempat berkumpul para lelaki Afrika lainnya. </span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Kebanyakan mereka
berkelompok menurut negara asal. Pernah seorang lelaki dari Sierra Leon
bercerita padaku tentang pengalamannya pertama kali menginjakkan kaki ke
Jakarta. Dia mendarat di Jakarta pukul 9 malam, tanpa tujuan, dengan uang hanya
40 dolar di saku dan tanpa siapa pun yang dia kenal di negara asing ini. Tapi
itu</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">bukan hal baru bagi para pengelana
ini. Bagi mereka, perjalanan ke negara lain adalah perjalanan Iman. Dia hanya
berdoa, membiarkan TUHAN memilihkan tujuan langkahnya kemudian terbang dengan
keyakinan bahwa TUHAN akan mengurus mereka di tempat tujuan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lelaki
ini meminta supir taksi mengantarkannya ke tempat berkumpul orang Afrika di
Jakarta. Dia tahu, langkah pertama adalah mencari saudara senegara, dia akan
membantunya memulai hidup di negara asing ini. Supir taksi mengantarkannya ke
daerah tempat Darameh berada, karena malam sudah larut, wilayah itu pun mulai
sepi, beruntung seorang pria dari negara lain melihatnya berdiri di tepi jalan
dengan koper di tangan. Dia dibawa ke kantor Darameh dan diizinkan untuk
tinggal bersama salah satu lelaki di rumah kost-nya dengan catatan dia harus
datang setiap hari ke kantor Darameh dan membantu membersihkan ruangan. Chris
(Sebut saja begitu) tahu, ini konsekuensi dari hidup dengan saudara yang bukan
senegara, posisi dia memang harus merendah. Sudah beruntung dia bisa ditampung
di sana.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kantor
Darameh selalu dipenuhi oleh para lelaki Afrika dari bangsanya, sang istri,
yang juga perempuan Afrika, dengan setia datang di jam makan siang dan makan
malam, membawakan makanan untuk semua pria yang ada di kantor. Negara ini
biasanya memiliki istri yang sangat patuh dan buta huruf. Mereka hidup
berkelompok di satu wilayah dan cukup tertutup. Meski pemampilan mereka sangat
mencolok dibanding sekitarnya, tapi jarang sekali kita bisa melihat mereka di
tempat umum. Biasanya para pria menyediakan semua kebutuhan wanita agar kaum
wanita ini tidak perlu keluar dari rumah mereka. Tugas mereka hanya mengurus
rumah dan anak, selanjutnya adalah bagian dari lelaki. Sebuah pembagian peran
yang sangat tradisional dan berjalan dengan lancar di tengah hiruk pikuk
modernisasi di Jakarta. Para lelaki di kantor ini akan saling tanggung
menanggung biaya makan, sedangkan mereka
yang saat itu sedang tidak memiliki uang boleh menikmati makanan secara gratis.
Hidup seperti ini yang membuat mereka bisa bertahan hidup di mana pun. Segalanya
dibagi bersama, baju, properti seperti TV, HP dan bahkan kadang perempuan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Teman
Afrika-ku memperkenalkanku kepada Darameh, seorang pria kecil kurus berwajah
alim. Darameh memiliki reputasi yang baik di kalangan teman sebangsanya,
kebetulan aku punya beberapa sahabat dari bangsa ini dan mereka semua merekomendasikan
pria ini. Dia berpenampilan sederhana, tidak seperti Jonah yang selalu tampak
perlente. Tidak ada aroma harum yang menguar dari tubuhnya, hanya bau jalanan
akibat perjalanan dengan ojeknya tadi. Berbicara dengan Darameh tidak terkesan
cerdas atau pun perlente, dia menggunakan kalimat-kalimat sederhana yang
sesekali ditingkahi dengan bahasa Indonesia jalanan. Bahasa yang kurang suka
aku gunakan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Aku
duduk di depan Darameh, dibatasi meja kerja besar di dalam ruang kantor
Direkturnya. Teman Afrika-ku duduk di sampingku dan sibuk menjelaskan mengapa
dia membawaku kemari. Darameh memandangiku dengan penuh selidik, sambil tersenyum
penuh arti (yang sampai detik ini, 2 tahun kemudian, aku masih tidak tahu apa
makna senyumnya). Aku tahu bagaimana orang Afrika memandang perempuan
Indonesia, aku tahu stigma apa yang mereka miliki pada kami, aku tahu
pentingnya tampil menawan dan melepaskan diri dari stigma buruk tersebut. Karena
itu aku sengaja menggunakan baju kerja yang rapi dan duduk dengan sangat sopan,
mata memandang lurus ke mata Darameh (sesuatu yang bagi mereka tidak biasa, karena perempuan tidak
boleh memandang mata lelaki saat dia berbicara). Mike (teman Afrika-ku ini)
memperkenalkanku sebagai temannya di gereja, dan aku membutuhkan bantuan
Darameh untuk mengurus surat tinggal suamiku yang berkebangsaan N. Dia
menyebutku ibu yang baik dan belum pernah mengurus hal ini sebelumnya. Aku
hanya duduk tegak dan mengangguk dengan anggun atau setidaknya kurasa anggun.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Darameh
berkata bahwa memang ada orang dari negara kekasihku yang datang mengurus surat
padanya, tapi karena telex visa belum juga keluar di saat yang dijanjikan,
Darameh mengembalikan uang lelaki itu dengan janji akan dibayarkan kembali saat
telex keluar. Darameh menunjukkan selembar kertas permohonan Visa dengan nama Jonah
di atasnya, dalam hati aku terkejut. Tapi sebagai perempuan dari pria Afrika
yang bergelut di bisnis ini, aku sudah terbiasa menyembunyikan fakta bahwa aku
mengenal kekasihku. Sering kali akan lebih aman bagiku untuk berpura-pura tidak
mengenal, sehingga resiko hukumku berkurang. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Darameh
lalu berbicara seolah sudah tahu bahwa aku datang untuk lelaki ini </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">dan
menjelaskan panjang lebar bagaimana kekasihku menjadi panik dan sangat marah..
Hmmm itu memang kekasihku, aku sangat mengenal temperamen panas dan mudah
paniknya. Bagi dia dunia ini cepat sekali runtuh, segala masalah sering kali
dipandang sebagai pertanda dari TUHAN yang menunjukkan bahwa dia tidak
seharusnya berada di situasi itu. Baginya jalan TUHAN haruslah mudah dan mulus.
Setiap masalah yang timbul, itu bisa menjadi tanda bahwa TUHAN tidak menginginkan
dia berada di sini. Hmm terlalu sederhana.. sebenarnya TUHAN menempatkan
masalah di jalan kita agar kita bisa lebih menghargai jalan tersebut saat kita
ada di ujungnya. Karena pertanda dari-NYA bukanlah kemudahan, tapi kelegaan
hati, kedekatan kita pada-NYA dan kedamaian yang kita rasakan. Meski jalan itu
terasa mudah dan lapang, namun apa bila itu membuat kita lupa akan kekuatan dan
peran-NYA, maka itu bukanlah jalan TUHAN. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Selama
empat hari kemudian, aku duduk di ruangan itu selama 2-3 jam, mendengarkan
Darameh yang terus memberiku alasan demi alasan tentang kenapa sampai hari itu
telex untuk kekasihku belum juga muncul. Dan aku harus duduk diam, menekan
marah dan perasaan tidak nyaman karena harus berada di tengah sekitar 10 pria
Afrika tanpa kekasihku di sana. Sementara di Bangkok Jonah terus mabuk dan tiap
malam melontarkan hinaan dan cacian karena ketidakmampuanku mengurus hal ini. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Darameh
menyebutkan bahwa perusahaannya telah mengirimkan surat permohonan sponsor Visa
bisnis ke pihak Imigrasi dan saat ini “bos” (demikian dia menyebut kontaknya di
imigrasi) sedang mengurusnya. Sang “bos” perlu menandatangani surat persetujuan
permohonan sponsor sebelum kemudian imigrasi mengirimkan surat pendaftaran visa
ke kedutaan Indonesia di negara yang hendak dituju oleh penerima sponsor. Bisa
Thailand, Malaysia, Singapura atau mana pun di Asia. Setelah itu pihak kedutaan
akan mengirimkan surat rekomendasi ke Kehakiman yang kemudian mengirimkan
persetujuan atas permohonan tersebut. Maka Imigrasi akan mengirimkan telex ke
kedutaan dan si penerima sponsor diminta datang ke kedutaan Indonesia di negara
tersebut dan menukarkannya dengan visa di paspor mereka. Untuk itu mereka harus
membayar 100 USD. Menurut Darameh, saat ini aplikasi kekasihku sudah ada di
meja si “Bos” dan menurut pembicaraan terakhirnya dengan si “Bos”, surat Jonah
akan keluar besok. Dan kisah yang sama akan dia sampaikan keesokan harinya dan
keesokan harinya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Di
hari kedua pertemuan kami, aku bertanya kemungkinan apa yang bisa terjadi,
bagaimana aku bisa mengatasinya. Aku sampaikan bahwa aku bukan tidak percaya,
tapi aku suka menyiapkan rencan-rencana pendukung untuk berjaga apabila rencana
awal kami gagal. Aku tidak suka kejutan, aku suka apabila aku sudah
memperkirakan lebih awal. Risk assesment kalau bahasa kerennya, dari sana baru
aku melakukan risk mitigation.. hehehehe Untuk pertanyaanku itu, Darameh
berkata aku tidak perlu cemas, karena dia juga tidak ingin surat ini gagal
(belakangan aku tahu semua agen akan mengatakan hal yang sama meski kenyataannya
jauh berbeda).<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Darameh :
Don’t worry my Sister. Your husband will get his Telex. I also don’t want to
spoil my name. I have done this for more than 10 years and I have a good
reputation. That was why I told your husband to keep his money until I can give
him his letter.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
I am sorry Sir, but what should we do if the letter did not come out? I need to
know what steps we need to take. We don’t have money right now, and I don’t
want to make him trapped into any bad situation. This is very important for us.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Darameh :
I will give him 1 month entry because once they deny my application, he have to
apply using different sponsor.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
No, Sir, I don’t think one month is enough. You see, we need to start the
process again, and as you said, it will take us another month. And we also need
to find money, for him to fly to Bangkok the second time. I think at least he
needs 2 months.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: -3cm;">Darameh</span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: -3cm;"> </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-indent: -3cm;">:
It will not happen, but yes, I will give you 2 months.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
Wow, thank you. Excuse me, Sir, may I know how much I should pay for the
letter? Again we are not rich so we need to prepare for every thing.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Darameh :
Oh Sister, I will give you the letter for free. It is a compliment because I
have let my client down and I have failed to do my job.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
Wow, thank you.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dengan
janji itu, aku merasa tenang. Setidaknya aku tahu Jonah akan tetap bisa masuk
dan masih punya cukup waktu untuk mengurus visa lagi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hari
ke hari aku lewati dengan duduk di kantornya, mendengarkan kisah-kisahnya. Aku
diam menyimak dan tersenyum sopan, meski hati terasa lelah dan capek. Tuhan,
aku hanya ingin kekasihku bisa masuk kembali ke Indonesia dengan selamat. Aku hanya
ingin dia segera kembali, karena di sana aku tahu, dia akan sibuk “hang out”
dengan teman-teman lamanya dan mabuk sampai pagi. Izinkan dia pulang, Tuhan, jangan
biarkan dia kembali ke kebiasaan lamanya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Hari
keempat akhirnya Darameh mengirimkan email langsung ke kekasihku di Bangkok dan
betapa terkejutnya kami saat melihat bahwa telex undangan tersebut hanya untuk
1 bulan tinggal. Kekasihku sangat marah dan kebingungan. Tapi dia memutuskan
untuk tetap datang karena tidak ada yang bisa dia lakukan di Bangkok. Biaya
hidup di Bangkok juga jauh lebih mahal dibanding di Jakarta. Sebenarnya ya
lebih karena di sana dia hanya bersenang-senang, mabuk tiap malam dan
bercengkrama dengan kekasih lamanya. Ya, Jonah pernah 2 tahun tinggal di
Bangkok, tentu dia punya mantan pacar atau bahkan mungkin perempuan yang
diam-diam masih dia pacari di belakangku.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Aku
sebaliknya, merasa sangat marah dan dipermainkan. Aku mencoba menghubungi
Darameh lewat nomor telepon yang dia berikan padaku, tapi tidak pernah dia
angkat. Semua pesan singkat yang aku kirimkan tidak pernah dia balas. Padahal,
aku sebagai perempuan jawa tidak akan pernah bisa mengirimkan atau mengatakan
pesan-pesan marah dan kasar, dengan sopan aku meminta penjelasan mengapa surat
yang keluar tidak seperti yang dijanjikan. Bahkan apabila surat permohonan
setahun visa Jonah ditolak, Darameh berjanji akan memberikan surat masuk untuk
2 bulan dan bukan 1 bulan. Akhirnya aku meminta tolong Mike untuk menghubungi
Darameh dan bertanya mengapa. Tidak mungkin bagiku untuk datang ke kantor
Darameh lagi. Jonah sudah mendengar bahwa aku mendatangi Darameh, dan memintaku
untuk tidak datang ke sana lagi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mike
kemudian menghubungiku, dia berkata bahwa menurut Darameh, dia tidak bisa
memberikan kekasihku sponsor untuk 1 tahun karena kekasihku tidak pernah
melunasi biaya yang disepakati. Oh ya, biaya untuk pengurusan Visa tahunan ini
mencapai 1,300 USD. Angka yang tidak
sedikit. Mengapa begitu mahal? Karena negara asal kekasihku termasuk salah satu
daftar negara yang ada di dalam daftar hitam, sehingga persetujuan masuknya
perlu diberikan oleh 10 lembaga utama di Indonesia, termasuk Intelijen.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
What? But you were there with me when he told us how he returned my boyfriend’s
money as a token of good intention? How come he said that my boyfriend never
paid the fee?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mike :
I don’t know. I am also confuse. I also remember about that. I said that to him
but he became more angry.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
Please tell him my message ya.. I know he hold an Indonesian passport, but I am
still the citizen. He can not tell me that my husband is a liar. If you guys
come from Africa and have a hot temper, I also come from Surabaya. If you asked
any body in Jakarta, they will tell you Surabaya people are very hot temper.
They would rather kill and die then to be called a liar or a thief. I am a lady
but I am still a Surabay lady. I will not stand still if ever you told people
that my husband is a liar. Even though he lied, you cannot tell me that. I will
come and kill you with my own hands.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 3.0cm; text-indent: -3.0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mike :
Please be patience, Baby. Stay calm, we will find a way.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Aku
merasa sangat marah. Aku tidak pernah berhadapan dengan situasi seperti ini, di
mana aku sudah membayar jasa tapi tetap diperlakukan seolah aku mengemis belas
kasihan. Memang benar, kami bergantung padanya untuk mendapatkan izin tinggal,
well bisa dibilang hidup kami bergantung padanya, tapi itu tidak memberinya hak
untuk bersikap bak dewa yang menentukan hidup mati seseorang. Dan semua berujung pada uang. Hanya uang yang
berbicara dan bermakna di lingkungan ini. Ya, semua di lingkungan ini, baik itu
dari Afrika maupun dari Indonesia, sedih..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Aplikasi
berikutnya aku menolak untuk berhubungan dengan orang Afrika dan memilih untuk
berurusan dengan orang dari bangsaku sendiri. Jonah mengamini dan membiarkanku
melakukan tugas ini sesuai caraku. Aku meminta sang Agen membuat surat
perjanjian dan menolak membayar sekaligus dimuka, meski ini bukan urusan legal
namun aku memperlakukannya seperti urusan legalku lainnya. Lengkap dengan
kwitansi, surat penjanjian bermaterei dan alamat kantor yang jelas. Kali ini
aku selalu berusaha dekat dengan si Agen untuk memastikan bahwa dia melakukan
segalanya sesuai dengan apa yang mereka jelaskan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tahun
ke tahun aku berurusan dengan agen yang berbeda, tapi mereka punya satu sikap
yang sama. Sikap yang menunjukkan bahwa kami sangat membutuhkan mereka, meski tahu
bagi pria Afrika dan keluarganya di Indonesia ini adalah masalah hidup dan mati
tapi bagi mereka ini hanya bisnis. Bahkan pandangan ini pun tidak bisa
diaplikasikan ke cara mereka berkerja. Tidak satu pun dari para agen yang
kutemui yang bisa menjelaskan dengan baik urutan kerja mereka, tidak bisa
memberikanku timeline yang jelas meski
kebanyakan dari mereka sudah menjalankan usaha ini selama lebih dari 7 tahun.
Setiap mendekati akhir tenggat, mereka selalu menyanyikan lagu yang sama, “Kalau
tahu kau akan serewel ini, aku tidak akan menerima pekerjaan ini darimu.” Oh
my, lalu apa yang seharusnya aku lakukan? Diam saja dan membiarkan mereka
mengangkangi hidup kami? Membiarkan mereka bersikap seolah kami adalah manusia
bodoh yang hidup dan matinya bergantung pada kebaikan hati mereka. Selalu saja
menekankan pada kapan kami bisa membayar tagihan yang selalu membengkak karena
keperluan ini dan itu, tapi saat janji ditagih, mereka akan berlindung pada
fakta bahwa semuanya tergantung pada para raja di Imigrasi. Well bukankah kami
sudah membayar mahal untuk pelayanan para “raja” yang menjadi “raja” berkat
uang darah kami? Lalu mengapa kami juga tetap harus menghiba dan menghamba? Setiap
tahun lelakiku akan berteriak marah dan panik dari negara seberang, menanti
agar dia bisa kembali ke Jakarta dan bekerja. Sementara para Agen akan dengan
mudah mengangkat tangan dan memintaku menunggu atau datang sendiri ke Imigrasi
jika tidak percaya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tahun
kedua, aku melakukannya. Aku datangi kantor Imigrasi menanyakan prosedur yang
berlaku, karena tidak satu pun agen yang mau dan mampu menjelaskan bagaimana
aturan mainnya. Bahkan aturan main resminya, cerita mereka selalu berbelit, berputar dan intinya
hendak mengatakan betapa mereka tidak berdaya. Namun saat aku ke Imigrasi, Agen
yang aku gunakan saat itu menjadi sangat marah. Mereka takut pihak Imigrasi
akan memblack list mereka. Apabila seluk beluk ini diketahui umum, maka mereka
akan mendapatkan akibatnya. Tapi aku ke sana bukan untuk mencelakakan siapa
pun, aku hanya tidak suka berada di tempat gelap, tidak tahu apa yang terjadi,
dibohongi hari demi hari, dan tidak berdaya, tidak bertenaga. Aku ingin bisa
berbicara dan memahami apa yang terjadi dan bagaimana aku mempersiapkan
rencana-rencana cadangan apabila rencana awal gagal. Aku juga nekad menghubungi
atase Visa di negara tujuan Jonah. Beliau menerimaku dengan sangat baik, sangat
ramah. Beliau menyampaikan bagaimana urutan kerja surat tersebut dan berapa
lama aku harus menunggu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Secara
resmi segala pengurusan visa ini hanya memakan waktu seminggu, entah mengapa
justru dengan membayar upeti ke para “raja” ini membuat urusan jadi lebih lama.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ah
semoga tahun ini akan berbeda kisahnya..</span><o:p></o:p></span></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-84514530002462679432015-01-05T02:50:00.000-08:002015-01-13T03:31:05.332-08:00Hidup yang terbelit sulit<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Malam itu aku baru kembali dari doa tutup tahun yang setiap
tahun diadakan oleh gereja tempatku dan Jonah menyembah. Jalanan dipenuhi
orang-orang yang berdiri menantikan momen tahun baru. Aku beranjak pulang
dengan taksi yang melenggang lancar. Rupanya semua orang menuju ke pusat kota,
sementara aku menuju ke tepi kota di mana rumahku berada. Sejak sore Jonah
mengirim pesan di BBM yang menyatakan bahwa dia tidak keluar rumah sehingga
tidak bisa bergabung denganku untuk doa tutup tahun, dia memintaku berdoa untuk
kami berdua (tentu saja, Sayangku. Aku selalu berdoa untuk kita berdua). Bagus
juga, pikirku. Overstay membuat dia enggan keluar rumah, yang berarti kekasihku
tidak akan mabuk malam ini. Dia punya sebotol Gin di rumah tapi itu tidak akan
membuatnya terlalu mabuk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Blackberry-ku berbunyi. Rupanya
salah satu sahabat tampan kulit hitamku menelepon. Dengan suara yang terdengar
gugup dan panik dia menyapaku:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick :
Hi, Love. How are you?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
I am fine. Happy new year.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick :
Happy new year too, Darling. Where are you?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me :
I am on my way home from the church. What’s up?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : Sweetheart, I am having problem
with her again. I don’t think I can do this anymore. I cannot live my life as
if I am in prison. I am a man, I need my freedom. I need to free my self.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me : Hmm.. I agree with
you, Yannick. Is there anything I can help you with?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : Baby, can I crash in your
place just for tonight? I be with my suitcase though. Not many, just one lugage
and one backpack. Do you think you can do that for me?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me : Hmmmm.. Ok, just
come.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : Ok, Sweety. When I get my
taxi, I will call you.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Me : Ok, take care of your
self.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick adalah lelaki tampan yang aku kenal dari seorang
teman. Saat itu malam ulang tahunku dan teman ini membawaku ke apartemennya
untuk bertemu dengan sepasang kekasih Kulit Hitam yang tengah terlibat
pertengkaran. Mereka saling memukul dan menggigit hingga menimbulkan keributan.
Akibatnya mereka berdua diusir dari tempat kost dan terpaksa harus mengungsi. Selain
luka fisik, hati, malu, mereka juga kebingungan mencari tempat untuk tinggal.
Kebetulan temanku itu hendak pulang ke negaranya, jadi dia menawarkan apartemen
kecilnya untuk ditempati mereka berdua. Aku diminta hadir untuk merayakan ulang
tahunku di sana dan juga untuk berbicara dengan kedua pasangan ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pertama kali aku melihat Yannick, mataku benar-benar terbuka
lebar dan rahangku hampir terjatuh ke tanah. Lelaki ini sangat tampan, dengan
tinggi hampir 2 meter dan badan langsing tegak, mata lembut dibingkai wajah
bulat telur dengan jambang tercukur rapi, membuat Yannick tampak bak patung
dewa kulit hitam. Dia tengah berdiri di depan pintu unit apartemen, menunggu
kekasihnya membuka kan pintu. Saat disapa, Yannick mengeluarkan suara yang
sangat lembut. Terlalu lembut untuk perawakan tinggi besarnya. Terlalu lembut
untuk wajah garangnya. Jika dipandang sepintas, maka kau akan melihat sosok
yang mengintimidasi, tapi bila kau diberi kesempatan untuk memandang kedua
matanya, TUHAN, sorotnya begitu lembut dan bahkan hampir seperti ketakutan.
Membuat siapa pun yang memandang ingin memeluknya, menenangkan sorot takutnya
dan membiarkannya menjadi sorot mata bahagia. Ah Yannick, TUHAN sangat
mencintaimu. DIA menciptakanmu begitu indah.. Perkenalan kami singkat saja,
Yannick terkesan tidak terlalu bisa berbahasa Inggris karena dia berasal dari
negara di Afrika yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa nasional
mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saat kami akhirnya masuk ke dalam aparetemen berukuran 32m2
itu, aku melihat sesosok perempuan Afrika yang juga tidak kalah tinggi. Dengan
rambut keriting yang terusai masai, tubuh yang lentur dan langsing. Perempuan ini
tampak sedih dan kosong. Tubuhnya tampak penuh luka, mata kanannya kehitaman
akibat tonjokan. Perempuan ini berusaha tersenyum, namun ada sesuatu dari
wajahnya yang tidak bisa aku gambarkan. Ada kekosongan yang luar biasa hampa,
ada ketidak percayaan, kecurigaan dan begitu banyak tanda tanya di wajahnya.
Meski dia berusaha tersenyum dan menyapaku dengan ramah, namun ada jarak dan jurang
yang aku tidak bisa gambarkan. Perempuan ini terasa jauh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sejak awal pertemuan yang kemudian diikuti dengan dua
pertemuan berikutnya, Yannick selalu menceritakan atau tepatnya mengeluhkan pola
hubungan mereka yang penuh kekerasan. Vanessa selalu curiga, selalu cemburu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : I never go out without her.
We do our job together. We go out together, hang out together. Everything we
do, we do it together. She will check my phone, my Facebook, my Tango,
everything. If I went out alone, she will smell my underwear, looking for a
trace of sperm. She will smell my penis to check if I made love to another
woman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> If ever we
had a fight, she would threaten to kill her self or at least hurt her self. She
loves me so much. She is a nice woman but I can never marry her. Not because I
don’t love her, but because she is married in our country. She has 2 children
and until now, they are still together. So I cannot marry her unless she
divoces her husband. She is older than me, she is 45 years old and I am 30 but
that doesn’t matter. She has done a lot for me and I am determine to make her
happy.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> One night I
came home from meeting my client. A woman, you know we have to sleep with the
client in order to gain her trust and to get her pay. I my self, I don’t like
it. To me making love is with someone you love not a client. Even though the
lady was not ugly but still I cried when I made love with her. But I had to do
it. I had to.. We needed the money. When I came home with 15 million from the
client, I gave her all 10 million and took 5 million for my own expenses. I
told her she is the lady of the houose, so she has to manage our money. But
after received my money, she started to insult me. She said she is ashame of
me, because I am like a gigolo who have sex for money. But she took the money,
and she use it for her life. I felt so hurt, Baby. So humiliated. I felt bad
about my self, about my life. I was not always like this, Baby. And this is not
the life I wanted.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 78.0pt; text-indent: -78.0pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"> Vanessa did
the same thing before, and it was I who told her to stop. It is not good for a
woman to use her body to get money. But I have to admit, since then, it is very
difficult for Vanessa to get money. But I cannot let the woman I love do such
thing, Baby. She is going to be my child’s mom one day. I want her to live a
good life.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mendengarkan kisahnya bak mendengarkan kisah dari dunia yang
berbeda. Aku bak mendengarkan dongeng yang terasa berjarak. Seolah tak mungkin
hal seperti ini terjadi di dunia kita. Seorang laki-laki yang begitu tampan,
duduk di sebelahku, memandang nanar ke kehampaan, menceritakan kisah hidupnya
sebagai penipu. Tidak mudah memang menjadi penipu, kau harus benar-benar
meyakinkan klienmu bahwa kau memang punya sesuatu yang bisa mereka andalkan.
Bagi beberapa bangsa, mereka menggunakan kekuatan cinta. Seperti yang aku
tuliskan di bab sebelumnya, kita perempuan sangat mengagungkan cinta. Sering
kali kita melepaskan akal dan nalar demi cinta. Baik cinta pada seorang lelaki,
anak atau bahkan diri kita sendiri. Sangat penting bagi perempuan untuk
memiliki cinta yang dia perjuangkan, menjadikannya alasan hidup, menjadikannya
dorongan hidup dan perjuangan. Kita akan merasa bersalah apabila kita tidak
memiliki cinta itu, apabila tidak ada kekasih, suami atau pun anak yang bisa
kita jadikan kredo hidup kita. Dan itu yang mereka makan, itu yang mereka cari.
Dengan meyakinkan mereka bahwa dia adalah cinta sejatinya, maka para perempuan ini lalu melakukan apa pun demi
menyenangkan lelaki ini, cinta ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pernah satu kali di sampingku Yannick menerima telepon dari
salah satu kliennya. Dengan wajah yang tiba-tiba memelas, bahasa Inggris yang
sangat terbatas dan suara yang sangat lemah, Yannick berkomunikasi dengan
perempuan asal Papua yang juga memiliki kemapuan berbahasa Inggris minim.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick :
Honey, where are you?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Papua Woman : Me home.
Where are you?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick :
Me home too. Honey, me sad. Me confuse. Why you don’t love me anymore?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Papua Woman : Why sad? Why confuse. I love you, Honey. But
me waiting for me brother. He in Papua but come to Jakarta next week. He come
with money for your money, Honey.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : Good, Honey, but me need money
now. Me cannot eat. Me have to pay the room. Honey, me confuse. Me don’t want
to live in the street. (dengan suara menangis) Honey, me confuse.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Papua woman : But me give you money for food. Don’t cry,
Honey. Me give you money again. Come to me home. Me pay taxi ya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : Honey, me no money. Cannot
taxi. No money (kali ini dengan tangis yang lebih keras dan aku memukul dahiku
penuh tawa).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Papua woman : Come, Honey. Me pay taxi, me give you
money. Brother come Monday. He give money for your money. We go Papua and
married.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : I love you, Honey. Wait for
me.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mendengar perbincangan ini aku ingin tertawa geli tapi juga
kasihan. Berapa banyak perempuan seperti perempuan Papua ini. Bagi mereka bukan
uang yang jadi indikator kau calon korban atau bukan, tapi kesepianmu.
Kerinduanmu akan memiliki. Kekosonganmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Malam itu Yannick datang dengan kopornya. Memintaku untuk
membayar taksi yang dia gunakan untuk datang (di jam macet seperti itu, biaya taksi
yang seharusnya 80 ribu membengkak menjadi 200 ribu) dan naik ke ruang kamarku.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sambil memelukku seperti anak kecil yang mencari
perlindungan ibunya, Yannick menceritakan kesalahpahaman mereka. Tanpa sengaja
Yannick mendengar Vanessa berbicara dengan salah satu teman perempuan mereka
betapa muak dia dengan lelaki ini. Bahwa dia lah penyebab Vanessa tidak lagi
bisa mendapatkan uang. Bahwa Vanessa tengah bersiap untuk meninggalkan lelaki
ini selamanya. Dia sudah bertekad untuk meninggalkan Indonesia, meninggalkan lelaki
ini dalam kebingungan. “He will cry,” Kata Vanessa. “He will know who I am.”
Dari mana Yannick tahu semua itu? Dalam curiganya, Yannick meninggalkan
ponselnya dalam kondisi merekam dan berpura-pura ke kamar kecil. Lalu kembali
untuk mendengarkan hasil rekamannya di kamar kecil. Menurut Yannick dia begitu
kaget dan syok. Dan merasa harus segera pergi karena meski cintanya begitu
besar bagi perempuan ini, namun lebih baik dia pergi karena dia yakin perempuan
ini akan mencelakainya. Aku hanya tersenyum. Hubungan apa yang tengah kalian
rajut? Sebuah cinta dan hubungan seharusnya dilandasi rasa percaya dan bukan
curiga. Hmmm.. jadi terpikir hubunganku sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jonah pun tidak pernah benar-benar mempercayaiku. Dia selalu
takut aku akan mencelakakannya apa bila ada hal yang tidak sesuai mauku. Selama
tiga tahun kami bersama, Jonah selalu memastikan dia tidak terikat erat
denganku, dan bahwa aku tidak punya celah untuk mencelakakannya. Dalam tiap
pertengkaran kami, Jonah selalu menyebutkan segala peluang yang bisa aku
gunakan untuk mencelakakan dia. Hal yang sama sekali tidak terlintas dalam pikiranku.
Aku mencintainya dengan tulus, atau setidaknya aku merasa begitu. Aku tidak
punya harapan apa pun, selain harapan agar kami bisa bersama dan saling mendukung. Bahkan tidak untuk pernikahan. Aku
tidak punya tujuan selain tujuan untuk menjadi satu dengannya dalam TUHAN. Bagaimana
bentuknya? Hanya TUHAN yang tahu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Malam itu Vanessa tengah larut dalam pesta bersama
teman-temannya. Dia tidak peduli lelakinya tengah kesakitan (meski hanya
pura-pura) dan memilih untuk berpindah dari satu klab ke klab yang lain,
menikmati malam pergantian tahun. Meski setiap 2 jam dia akan menelepon Yannick,
sekedar mengabarkan di klab mana dia kini berada dan menayakan di mana Yannick
berada. Setiap kali Yannick selalu menjawab dia ada di rumah. Jawaban yang
tidak bohong meski tidak benar, memang dia ada di rumah, tapi di rumahku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lalu tibalah saat yang dinantikan, akhirnya Vanessa
kelelahan dan memutuskan untuk pulang. Aku hanya bisa membayangkan wajahnya
saat dia melihat rumah kosong dan kekasihnya tidak ada. Dan telepon Yannick
berdering lebih sering..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Vanessa :
Where are you?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : I am gone, Vanessa. You don’t
love me and you talk about me in a bad way with our friend. I don’t know how
many others you talk like that.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Vanessa :
Ok, have fun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan telepon ditutup.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sekitar 30 menit kemudian, telepon Yannick berdering lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Vanessa : Yannick, what have I done?
(sambil menangis). Please come back, I cannot live without you. I did not say
anything. I love you, Yannick. Please come back. I rather die then live without
you. Do you want me to kill my self?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannick : You don’t need me. You are
sick of me. You said that to her last night.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dan kejadian
ini berulang sampai pagi menjelang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Vanessa akan menelepon menghiba dan berkata bahwa dia sudah
menusuk tubuhnya dengan pisau dan kini darah terus mengalir, Yannick akan
terdiam dan merenung tapi memutuskan untuk memelukku lagi dan tidur. Kemudian
telepon berdering lagi, kali ini Vanessa berteriak marah dan mengancam akan
mencelakakan Yannick, kembali Yannick tersenyum dan memelukku. Dan berdering
lagi, Vanessa mengeluh perutnya kesakitan karena darah sudah begitu banyak mengucur.
Dia perlu ke rumah sakit dan tidak ada satu pun yang bisa dia hubungi. Bahwa
dia membutuhkan Yannick untuk membantunya. Yannick tampak bingung dan terdiam
tapi tetap memutuskan untuk tidur sambil memelukku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dering telepon sepanjang malam, dan keberadaan lelaki di
sampingku benar-benar mengganggu tidurku, aku memutuskan untuk bangun dan
berdoa. Dalam doaku tiba-tiba aku begitu digerakkan untuk duduk memegang
tangannya dan berdoa. Aku doakan lelaki ini agar keduanya menemukan kedamaian,
agar keduanya kembali ke TUHAN dan menyerahkan segalanya ke tangan yang Kuasa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Yannickku sayang, demikian kataku, kehidupan apa yang sedang
kau jalani ini? Kau berada jauh dari rumah, mengerjakan pekerjaan yang tidak
disukai TUHAN dan menjalani hubungan yang penuh dengan kekerasan dan
kecurigaan. Hidupmu tidak tenang, kau terus gelisah. Kau tidak lagi muda meski
belum setua aku, tapi kau menjalani hubungan bak anak 17 tahun, yang masih
menempatkan ego di atas segalanya. Pekerjaan kalian membuat kalian berdua terus
mempertanyakan diri, uang yang menjadi TUHAN kalian telah begitu dalam merusak
persepsi kalian tentang cinta. Selalu saja semua dihubungkan dengan uang. Kau
bertahan karena perempuan ini sudah banyak membantumu, dia bertahan karena
keyakinan bahwa suatu saat kau akan berhasil dan dia ingin menikmati
keberhasilan itu. Sejatinya kalian berdua memiliki kegelisahan yang sama
seperti para perempuan dan lelaki yang jadi korban kalian. Kebohongan dan
cerita yang kalian gunakan untuk menjerat mereka begitu detail dan mendalam,
membuat kalian sulit membedakan mana yang fakta dan bualan. Aku tidak meminta
kalian untuk putus, tapi aku meminta kalian untuk mengubah bentuk hubungan
kalian. Cara pandang kalian, aku memintamu untuk kembali ke TUHAN. Kau sudah
begitu jauh, Sayang. Kekasihmu begitu kosong. Kau pun begitu bingung, resah dan
gelisah.</span><br />
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
Seorang teman kulit hitam lain yang aku kisahkan tentang Yannick
mengatakan bahwa Yannick tidak akan pernah bisa meninggalkan perempuan itu,
karena dia juga berasa dari Afrika. Bagi mereka sangat penting untuk menjaga
nama harum mereka di tanah asal. Tak banyak yang tahu apa yang mereka kerjakan
di luar dan penting bagi mereka untuk menjaga hal itu. Perempuan mereka di
Afrika adalah jaminan nama baik, jaminan kelayakan dan pencitraan. Mereka tidak
peduli apa pun yang terjadi di negara tempat mereka mencari uang. Nama mereka
boleh hancur asal perempuan di rumah tetap memberikan nama baik. Ah Jonah,
itukah juga yang sedang kau lakukan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Apakah aku hanya alat bagimu? Apakah aku hanya persinggahan
sementara? Apa yang kau pikirkan tentangku dan banyak perempuan lain yang
pernah kau singgahi? Apakah bagimu kami ini tidak punya perasaan atau kah
perasaan kami tidak bernilai sehingga layak untuk disinggung? Apakah perempuan
Afrika jauh lebih berharga dan kami lebih tidak bernilai? Mengapa sangat
penting bagi kalian untuk menjaga hati perempuan Afrika tapi dengan seenaknya
kalian menghancurkan hati perempuan-perempuan lain di dunia? Kalian begitu
bingung dan gelisah saat perempuan Afrika kalian menangis dan meradang tapi
melihat kami terluka, kalian hanya tersenyum dan menghina. Kami juga manusia..
Kami juga perempuan. Mungkin ada sebagian dari kami yang punya niatan berbeda
tapi ada juga yang berhati tulus dan mencintai kalian hanya sebagai lelaki,
bukan kulit hitam bukan penis besar.. tapi lelaki. Pada perempuan-perempuan ini
dianugerahkan hati yang tulus dan cinta yang besar, tidakkah kau pikir TUHAN
akan mendengarkan tangis mereka? Tidakkah kau pikir TUHAN akan melindungi
mereka? Tidakkah kau takut akan karma? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br />
Siang menjelang, Yannick membersihkan diri di kamar mandi,
saat aku menyetrika baju yang akan digunakannya. Dengan tersenyum Yannick
memelukku. "Semua kebaikanmu akan selalu dikenang, dan TUHAN akan membalasnya.
Kau begitu baik dan manis, kau tidak bertanya dan tidak mengharapkan apa pun.
Belum pernah aku diperlakukan selembut ini oleh perempuan," demikian bisiknya. Dan aku hanya tersenyum.
Perempuanku adalah perempuan lembut, kami hanya tahu memberi dan melayani. Kami
tidak pernah dikenalkan dengan tuntutan. Meski hati kami terluka, kami akan
tetap tersenyum dan memberikan pelayanan yang sama lembutnya bagi lelaki yang
ada di hidup kami. Yah, kau bisa sebut
itu kebodohan tapi bagiku itu sebuah kelebihan yang tidak ingin aku hilangkan.
Aku peluk dia dengan hangat..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Take care of your self, Yannick. Please rely your self to
the LORD. Don’t ever leave your pray. Be a man and act like one. No, not to be
hard and harsh but to be firm and kind. You are a very handsome man. GOD bless you with a good mind
and apperence. Use it wisely, My Dear. I know we will never be together,
because we have the same way of loving, for that we need to be with other kind
to make us complete. But I believe when GOD said those who are united by GOD no
man can seperate, was not only talking about marriage. Baby, just be the you
that GOD wants, then let everything in HIS hands. If she is for you, My Love,
there is nothing you can do to push her away but if she is not for you, there
is nothing you can do to make her stay. Let GOD be your center, Sayangku, and
rely your self on HIM. People will always let you down, but when you see HIM,
what ever you face in your relationship will feel easier.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lalu aku kecup keningnya sebagai tanda perlindungan dan
mengantarnya turun ke lobby.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Setelah Yannick pergi, aku kirimkan pesan singkat ke teleponnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Yannick, I love you very much but I refuse to be one of
your hiding place. Please take care of your self and stay close to GOD. This
will be my last text and I will block you from my phone. Don’t call me anymore,
if you want to see me, come to church, I will gladly welcome you there. God be
with you.”<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">“Thank you.”</span><o:p></o:p></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-63795537966144071512014-12-30T05:06:00.001-08:002014-12-30T05:14:25.707-08:00Ah Kamu..<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah tiga bulan menunda pertemuan dengan Jonah, akhirnya
aku kehabisan alasan untuk menolak. Disamping itu ada rasa penasaran untuk
melihat lelaki yang sudah setahun ini menjadi salah satu teman chattingku di FB
ini. Perbincangan kita selalu menarik. Pengetahuannya luas dan dia tampak
seperti pria yang senang membaca, kualitas yang jarang aku temui di diri para
pria Afrika ini. Hanya foto yang beberapa hari ini dia kirimkan lewat MMS tidak
begitu meyakinkan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Berbicara dengan seseorang selama setahun tanpa sekali pun melihat
wajahnya di kamera membuatmu perlahan menciptakan citra wajah yang kau
inginkan. Lewat foto yang mereka pasang di FB, dengan sedikit keterangan hidup
yang mereka paparkan, kita mulai menciptakan sosok yang sesuai dengan gambaran
benak kita. Dan itu lah yang selalu digunakan oleh para pria Afrika dalam
mencari target sasaran mereka. Apabila cara beroperasi mereka adalah dengan
menggunakan kekuatan sosial media, maka mereka akan memasang foto pria tampan
mapan berkulit putih. Mengapa kulit putih? Karena orang Asia entah mengapa
secara budaya lebih mempercayai pria atau pun wanita berkulit putih. Ada
harapan masa depan yang indah dan cerah apabila ada pria kaukasia mendekati
perempuan kita. Terbayang indahnya kehidupan di Eropa atau Amerika, bahagianya
hidup dalam dekapan romantisme pria kulit putih seperti yang sering kita tonton
di film-film Hollywood. Anak-anak turun kita yang pasti akan cantik dan tampan luar
biasa, seperti anak-anak indo yang kita tonton di TV, yang sukses menjadi
bintang di semua yang hendak mereka lakukan. Mimpi, itu yang mereka permainkan.
Emosi, itu yang mereka andalkan. </span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 107%;">Para lelaki ini bak binatang pemangsa yang
sangat pandai mengendus kelemahan targetnya. Hanya dengan memandang foto kita
saja, mereka bisa menceritakan dengan gamblang apa yang ada dalam kehidupan
kita, apakah kita bisa mereka jadikan target dan kemudian memberikan banyak
uang untuk mereka. Dalam marahnya di kemudian hari, Jonah sering berkata bahwa
semua yang mereka lakukan adalah bentuk balas dendam atas kejahatan yang sudah
dilakukan oleh dunia pada benua mereka. Keserakahan yang mendorong dunia
mengeksploitasi benuanya, merusak manusia di dalamnya dan juga alam sekitarnya.
Karena itulah, kami punya hak untuk bergerak dan membalas, memanfaatkan kalian
untuk kehidupan kami sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam kesempatan lain, seorang pria Afrika berkata bahwa
mereka terpaksa melakukan semua ini karena rasialisme yang masih begitu kental
di Asia. Tidak ada pekerjaan untuk mereka di Asia ini. Kebanyakan dari mereka
yang keluar dari Afrika bukanlah orang-orang terpelajar, mereka keluar mencari
penghidupan, mencari pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk menghidupi
keluarganya di rumah. Tapi di Asia tidak ada pekerjaan. Orang Asia selalu jijik
memandang mereka. Seolah mereka barang kotor yang tidak berguna.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“So please don’t blame my brothers,
Sweety. They are just doing what they can do to survive. We spent quite a lot
of money to come all the way here. We have to go back with something. So please
don’t curse them.” Demikian katanya padaku.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semula aku meyakini alasan kedua, memang benar, aku menyaksikan
sendiri bagaimana bangsaku memperlakukan para kulit hitam ini. Mulai dari cara
mereka membicarakannya, memandang dan bahkan memperlakukan mereka. Sering kali
aku malu dengan apa yang aku lihat. Bangsaku terkenal sebagai bangsa yang ramah,
bangsa yang penuh sopan santun tapi rupanya hanya kepada kulit tertentu saja.
Aku masih ingat betapa sulit masa kecilku, yang selalu dibully dan dihina hanya
karena kulitku yang tergolong hitam untuk kebanyakan perempuan jawa. Aku juga
masih ingat bagaimana mantan mertuaku selalu berkata bahwa aku beruntung
memiliki suami yang berkuit putih, sehingga anak-anakku tidak hitam seperti
ibunya, perbaikan keturunan itu istilah yang sering kita gunakan. Seolah anak
yang hitam bukanlah keturunan yang baik, seolah anak yang berkulit terang
adalah segala kebaikan. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam kehidupan masa dewasaku pun aku menemukan begitu banyak
kisah memilukan perlakukan bangsa kita terhadap saudara-saudara yang berbeda
warna ini. Salah satu teman Afrika-ku pernah bercerita bagaimana dia berenang
di sebuah hotel bintang lima di Jakarta, dan semua orang di sana menyingkir
karena melihatnya masuk ke air. Betapa mata selalu memandang ke arah mereka,
dan bahkan sering kali Jonah disentuh kulitnya dan digosok karena orang mengira
hitamnya adalah daki yang begitu tebal karena mereka begitu jorok. Secara
bercanda teman-temankku sering berkata, “Aku gak keberatan dengan kulit hitam,
asal setampan Will Smith atau sehebat Denzel Washington.” Sering kali aku
berkerut mendengarnya, bagaimana mungkin kalian memberikan syarat pada manusia.
Tidak keberatankah kalian apabila mereka juga memberikan standar yang sama pada
diri kita? Bahwa mereka hanya mau berbicara dengan kita asal kita secantik Siti
Nurhaliza? Berapa banyak dari kita yang seberuntung itu? Yang berwajah cantik dan berotak hebat? Meski
sering kali aku dibuat kagum dengan kepintaran, kecerdasan dan kemampuan
adaptasi teman-teman Afrika ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Namun makin aku menyelami apa yang terjadi, makin aku
menyadari bahwa Jonah benar. Ini bukan tentang tidak ada pilihan. Dalam hidup
pilihan selalu ada. TUHAN selalu menyediakan pilihan itu untuk semua umat-NYA. Mereka
sudah membuat pilihan, mereka merasa menjadi korban besar rasialisme dan
karenanya beranggapan bahwa mereka berhak melakukan apa pun. Ini khas psikologi
seorang korban. Meski mereka tampak garang dan kuat, tapi jauh di dalam hatinya
mereka hanya jiwa-jiwa rapuh yang marah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kembali ke gambar emosional kita tentang pria yang kita ajak
chatting di FB. Banyak dari perempuan Indonesia yang menjadi korban penipuan
cinta para pria Afrika ini. Dengan menggunakan rayuan yang bahkan bukan tingkat
Don Juan, tidak perlu, para perempuan kita haus akan perhatian, kurasa aku
sudah menyebutkan itu di depan. Dari sana impian kita dijalin, gambar emosional
kita diperkuat. Impian dan harapan, kerinduan kita akan sosok yang secara
logika tidak akan mungkin kita dapatkan di dunia nyata makin memperkuat
keyakinan semu kita akan sosok ini. TUHAN sudah menjawab doa kita.. Akhirnya,
kita dipertemukan oleh sosok yang sudah lama kita impikan. Duka dan derita kita
selama ini akan segera terbayarkan. Kenapa kita? Karena kita berhak mendapatkan
kebahagiaan, karena kita sudah berbuat baik, karena kita sudah begitu pasrah,
karena kita sudah bersabar, tidak seperti perempuan lain, tidak seperti orang
lain. Keserakahan dan sikap korban kita akhirnya mendorong kita untuk masuk ke dalam perangkapnya, para pria ini
mengendus impian kita. Mereka sudah punya pola dan cara, persis seperti bagaimana
para pelatih MLM (Multi Level Marketing) mengajarkan langkah-langkah sukses
mendapatkan klien, demikian pula para penjerat cinta dan uang di dunia maya
ini. Ada langkah-langkah standar yang harus mereka ikuti guna menjerat
perempuan-perempuan kesepian di dunia maya ini. Dan bak penjual dari pintu ke
pintu, dari begitu banyak perempuan yang mereka jerat, pasti ada satu atau dua
orang yang terjerat dan memberikan penghasilan untuk mereka.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Kembali ke Jonah, wajah dan suaranya sudah begitu melekat di
benakku dan menimbulkan gambar emosional tertentu namun foto yang dia kirimkan
kurang meyakinkan. Ada sedikit kecewa melihatnya tapi seperti paparanku
sebelumnya, gambar emosional itu begitu kuat. Aku yakin Jonah tampak seperti
yang aku bayangkan, lelaki cerdas dan lembut. Lucu, jenaka dan tampan luar
biasa.. Mirip-mirip Will Smith lah </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 107%;">J</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"> Itu membuatku makin penasaran tapi
aku juga tidak ingin terkesan terlalu bersemangat, tidak, bukan begitu caranya,
Jonah harus juga ingin bahkan lebih ingin dariku untuk menemuiku, Jonah harus
lebih penasaran, harus lebih ingin.. kurasa tiga bulan sudah cukup..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Untuk kesekian kalinya Jonah menghubungiku lewat telepon
menanyakan waktuku untuk bertemu.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : Hi
Baby, what’s up? How are you this morning?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me :
Hi, Jonah. I am fine. How are you today?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : I am fine, Baby. I just got
back from Bangkok and been looking forward to meet you. When do you have time
to see me, Baby? I know you are busy, but maybe we can just sit and have our
self a cup of coffee.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me : Ha ha, Jonah, you are right.
I don’t want to sounds like I am playing hard to get. I do have small gap of
time this afternoon. I will be at Sarinah area to wait for my next meeting
time. For that I will have about 2 hours time to spend. Is that ok with you?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : What time to be exact?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me : Around 5pm? I will have
another meeting by 7pm at one hotel near that area so maybe we can meet at
Starbuck?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : That will be perfect, Baby. I
am so exited to meet you after a long time. I be there by 5pm. Have a nice day,
Baby.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me : You too, Jonah. I am looking
forward to meet you too.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">...<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jam menunjukkan pukul 5 sore tepat saat sesosok pria kulit
hitam masuk ke Starbuck tempatku duduk. Lelaki ini tampak sangat rapi, dengan
baju dan celana kain hitam, lengan panjangnya ditekuk sampai ke lengan.
Sepatunya tampak tersemir rapi, rambut dipotong hampir gundul, mata ramah dan
wajah tenang, dia berjalan dengan perlahan dan penuh percaya diri ke dalam
ruangan yang segera menoleh dan memandang sosoknya dengan penuh rasa ingin
tahu. Wow, ini Jonah yang sudah lama aku banyangkan, dan lelaki ini jauh lebih
tampan dari apa yang ada dalam bayanganku. Dia tepat waktu! Ini juga sesuatu
yang baru bagiku, biasanya pria Afrika akan terlambat setidaknya 1 jam dari waktu
yang dijanjikan. Tidak ada pria Afrika yang pernah datang tepat waktu seperti
ini.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 107%;">Hmmmm...</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 107%;">Jonah menjabat tanganku dengan hangat namun percaya diri. Ada
sorot ragu di matanya yang terpancar hangat dan ramah. Mata Jonah menyiratkan
lelaki yang lembut dan inosen. Badannya tegap, tidak gemuk namun juga tidak
kurus. Dia memandangku dengan lembut dan suaranya terdengar utuh, persis
seperti suara penyanyi R&B yang sering kita dengar di TV, sosoknya sangat
tinggi bagiku, dengan sepati but hak 9 cmku aku hanya sampai ke dadanya. Oh Tuhan,
lelaki ini sangat tampan.. Jantungku berdetak keras, mataku berbinar menandakan
kebahagiaan dan kekaguman. Meski aku menjabat tangannya dengan lembut dan
tenang tapi hatiku melompat-lompat gembira.. Aku menemukannya!! Lelaki idamanku
berdiri tepat di depanku!!!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kami duduk berhadapan, Jonah menawarkan untuk membelikanku
segelas kopi. Hmmmm, nilai dua untuk lelaki ini. Kebanyakan lelaki Afrika tidak
akan mau mengeluarkan uang untuk pertemuan pertama, kecuali jika pertemuan itu
sudah dipastikan akan berakhir di tempat tidur atau apabila perempuan yang dia
temui adalah calon korban untuk bisnis mereka. Yang pertama sudah jelas,
membelikan makan dan minum adalah termasuk paket untuk kesenangan seksual. Toh
seksnya sudah gratis, tidak masalah mengeluarkan sedikit uang untuk makan malam
dan taksi juga hotel. Yang kedua, sangat penting untuk menunjukkan pada calon
korban bahwa kau pria berduit. Karena seorang investor pasti punya banyak duit
dan akan sangat aneh apabila sang investor bahkan tidak mampu membayar kopi di
starbuck.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lelaki ini kurasa tidak melihatku sebagai calon korban,
karena sejak awal dia tahu aku bukan perempuan kaya. Aku juga menutup jaringan
teman-temanku di FB agar lelaki ini tidak tahu teman-teman seperti apa yang aku
miliki di sana. Baginya aku hanya aku, perempuan sederhana yang hidup dari gaji
ke gaji. Atau mungkin semula dia berharap dia menemukan calon korban, tapi
melihat penampilan sederhanaku dia kecewa, mungkin itu kenapa tatapan matanya
tampak terkejut dan ragu. Bagaimana pun, sikapnya yang menawarkan membayar
kopiku adalah nilai tersendiri bagiku.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selama dua jam perbincangan kami berjalan dengan lancar.
Jonah terus memandangku dengan lekat. Tangannya disimpan dengan sopan di atas
kedua kakinya. Dia duduk tegap, berbicara dengan bahasa Inggris yang jelas dan
suara yang tegas. Kami berbicara tentang banyak hal. Tentang perjalanannya ke
Bangkok, tentang pengalamannya datang ke Indonesia untuk kali pertama, tentang
kesannya tentang negaraku ini, tentang semua kecuali seks. Itu normal katamu?
Sebenarnya tidak, pengalamanku berinteraksi dengan Afrika, mereka akan merasa
sudah begitu akrab dengan kita hanya karena kita sudah chatting selama beberapa
waktu. Beberapa waktu itu bahkan bukan hitungan bulan tapi kali... Mereka
begitu yakin akan kemampuan mereka di atas ranjang, sehingga sangat penting
untuk membuat perempuan ini merasakannya. Dalam bahasa mereka, “Baby, the moment you feel me and I
feel you, it is a token of intimacy. It is like a declaration of love between
you and I.” Ha ha ha.. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tapi lelaki ini berbeda, dia terus memandangku lekat-lekat.
Ada sorotan heran dan ragu di matanya, tapi dia terus menatapku lekat. Membuat
wajahku memerah. Aku yang sudah terbiasa dengan bujuk rayu para lelaki penggoda
berkulit hitam ini merasa jengah dengan kecerdasan, ketampanan dan pandangan
matanya yang lembut menusuk. Dua jam berlalu dengan cepat dan kami berjanji
untuk bertemu kembali minggu depan di Starbcuk yang lain, karena hari itu aku
ada pertemuan di blok M sehingga lebih mudah bagiku untuk bertemu dia di sana.
Jonah menyanggupi. Ah, anganku melayang membayangkan pertemuan kedua kami yang
akan lebih private, karena hanya kami berdua tanpa teman-temanku yang kebetulan
ada di stabuck untuk menantikan pertemuan kami.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Malamnya, Jonah mengirim pesan singkat ke teleponku. Lelaki
ini benar-benar unik. Dia tidak memakai BBM, tidak memakai YM, dan lebih
memilih menelepon atau mengirim SMS. Lebih privat katanya, dia lebih suka
menelepon dan mendengar suaraku langsung, karena suaraku indah aaaaaahhhhhhh...
meleleh hati perempuan baja ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hi, Baby.. I was so happy to see you today. You look as
beautiful as I thought you would be. Even more. Thank you ya.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hi, Jonah.. you too.. I am also very happy to see you. You
too look so handsome. Even much better than your picture. And I love the
conversation that we had. I also appreciate your kind gesture by not touching
nor talking naughty with me. That was such refreshing.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Ha ha ha.. how can I do such thing, Baby. I respect you. You
seems to be such a nice lady, how can I do such thing to you. I cannot wait to
see you again, Baby. Meanwhile, please take care of your self. If I may, I want
to call to kiss you good night.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Sure, Jonah. I am home and not actually doing anything right
now. I am preparing my self to sleep. I have to sleep by 11.30 or else I am
going to have difficulty to sleep.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lalu teleponku berdering..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hi, Baby..”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oh hatiku melayang..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ini adalah awal rutinitas kami untuk saling menelepon saat
Jonah sudah tiba di rumah. Di masa awal pertemuan kami, aku tidak tahu bisnis
apa yang dia kerjakan, meski aku punya dugaan tapi seperti biasa, aku tidak
suka berasumsi, aku biarkan Jonah merasa aman dan nyaman denganku dan kemudian
mengungkapkan apa yang dia kerjakan di sini. Bagiku pertemuan pertama ini
sangat mengesankan. Dan hatiku melayang.. Malam itu aku tertidur dengan senyum
mengembang..<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tuhan, terima kasih..</span><o:p></o:p></span></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-46452131785226987112014-12-29T06:59:00.000-08:002014-12-29T08:10:52.534-08:00Kelukaan 1<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Udara di dalam kamar ukuran 3X5 ku terasa dingin. AC di ujung
ruangan berhembus kencang. Apartemen dua kamarku ini memang hanya menggunakan
satu AC jadi meski kedinginan, aku tidak bisa mematikan AC karena anak-anak di
kamar sebelah akan kepanasan. Aku tarik lagi selimutku sembari meniupkan
kecupan selamat malam ke kekasihku yang berbaring lelah di kamarnya sendiri. “I
love you, Baby.. Have a nice rest..”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Waktu sudah menunjukkan pukul 5.45 pagi, namun aku tidak ada
janji apa pun di pagi Natal ini, setelah kemarin seharian berkutat dengan
persiapan misa malam natal di gereja, kurasa hari ini aku bisa agak
bermalas-malasan sedikit. Aku tarik lagi selimutku dan bersiap kembali berenang
ke alam mimpi.. tiba-tiba Bbku berbunyi, tanda ada BBM masuk. Hmm siapakah yang
mengirimkan pesan sepagi ini? Biasanya Pendetaku yang mengirimkan BBM untuk
memberitahukan sesuatu. Dengan malas aku ambil BB-ku dan membuka pesan di
dalamnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Oh ternyata dari perempuan yang pernah menjadi pacar gelap
Jonah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Apa kabar, Kak? Selamat Natal.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hi, Dik. Terima kasih, selamat natal untukmu juga.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Aduh, aku suka pp (picture profile) kakak, cantik..”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Awww, terima kasih.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Kak, aku sudah baca kisah kakak di blog dan aku jadi malu dan menyesal. Aku mau minta maaf. Kakak
sungguh baik dan penuh kasih dengan Jonah, aku merasa sangat bersalah.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Oh, terima kasih tapi itu kan sudah berlalu, aku gak tahu
apa aku pantas mendapatkan maafmu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Kakak, dia beruntung bertemu dan mendapatkan cinta kakak.
Kakak sangat baik dan penuh perhatian. Kakak benar-benar mencintai dia. Kak,
boleh aku cerita?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Tentu, Dik. Silakan.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Aku sebenarnya gak mau cerita tapi aku terharu membaca kisah
kakak dengan dia. Aku gak tahu apa kisahku ini lebih sedih dibanding kisah
kakak. Tapi aku cuma ingin cerita.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Silakan Dik, biar jadi lega.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Kakak, kapan kakak ketemu Jonah?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Tiga tahun lalu, sekitar tahun 2005 bulan November. Tapi
kami baru pacaran Januari 2006. Kenapa?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Tuhan, berarti saat denganku, dia sudah mengenal kakak (hmm
pernyataan yang aneh, bukankah itu sudah kita ketahui berdua?). Maafkan aku ya
Kak, sebenarnya saat aku mencoba menghubungi kakak dulu, aku sedang dalam
keadaan hamil 4 bulan. Setiap kali aku memeriksa ponsel dia, aku sangat terluka
melihat foto kakak sementara fotoku sama sekali tidak ada. Dia menuliskan nama
kakak dengan nama My Love sementara nomorku disimpan dengan nama lelaki.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Setiap kami bertengkar, dia selalu memuji-muji Kakak dan
menyebut kakak sebagai perempuan yang baik dan bisa dia percaya. Kakak, aku
memang hanya pelacur di bar jalanan tapi aku juga punya harga diri. Aku sangat
mencintai Jonah dan menganggapnya lelaki yang baik, yang sangat perhatian
dengan ketiga anak dari pernikahanku dulu. Dan aku sedang hamil anaknya. Tega
sekali dia memuji perempuan lain dan menyebutnya sebagai perempuan terbaik. Siapakah
aku di hadapannya? Hanya pelacur bayaran? Sumpah aku tidak pernah menerima uang
dia, Kak. Hanya sesekali jika ada uang, Jonah akan memberiku sedikit uang untuk
membeli susu dan membayar uang sekolah anak-anak.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Semua temannya tahu aku kekasihnya, Kak. Setiap dia datang
ke bar tempatku bekerja, dia selalu mengumumkan bahwa aku kekasihnya sehingga
tidak ada lelaki sebangsanya yang berani menyentuh atau menggangguku. Aku
merasa bangga, Kak.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Karena itu dulu aku memberanikan diri untuk menghubungi
Kakak. Aku ingin Kakak tahu tentang kami dan meninggalkan kami berdua. Sudah
lama aku mengambil nomor telepon kakak dari ponsel Jonah tapi aku tidak berani
menghubungi Kakak. Aku hanya menyimpannya saja.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Nafasku sesak. Hatiku tercekat. Mengapa perempuan ini
tiba-tiba ingin membagikan kisahnya denganku? Apa yang sedang dia rasakan? Apa
yang dia bayangkan? Jika dia berteriak tentang kesakitan dan kelukaan, tidakkah
dia juga memahami bahwa aku pun mengalami sakit yang sama? Bahwa di saat yang
bersamaan, dulu, aku harus menelan pil pahit menyadari bahwa lelaki yang aku
hormati telah menduakanku dengan perempuan yang bahkan tidak berada di
kedudukanku sekarang. Dan aku diam saja, terus menyebut nama TUHAN dan
membiarkan perempuan ini mengeluarkan uneg-unegnya.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Akhirnya aku memberanikan diri untuk menghubungi kakak lewat
whatsapp tapi Kakak tidak merespon. Saat akhirnya kakak merespon, aku sangat
takut dan malu karena Kakak berbicara denganku dengan penuh kelembutan. Kakak
tidak memaki atau mengancamku. Kakak memberiku wejangan dan memberiku tuntunan.
Kakak begitu santun dan begitu lembut, begitu sangat mencintai Jonah. Dan aku
merasa sangat malu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Satu jam setelah kita bertukar kata di WA, Jonah meneleponku
dengan sangat marah. Dia bertanya kenapa aku menghubungi Kakak, istrinya. Dia
mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, dia tidak akan meninggalkan Kakak. Karena
hanya Kakak yang dia percayai di negara ini dan bodoh apa bila dia meninggalkan
Kakak demi perempuan seperti aku. Duh, rasanya runtuh duniaku, Kak.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Akhirnya aku memutuskan untuk menggugurkan kandunganku. Aku
tidak mau mempertahankan anak di saat hubungan kami ternyata tidak punya masa
depan. Aku tidak mau harus menanggung anak lagi, anakku sendiri sudah banyak,
Kak. Aku menggugurkannya secara diam-diam tapi salah satu temanku memberitahu
Jonah tentang hal ini dan Jonah sangat amat marah. Dia mendatangiku, memaki dan
memukulku. Sambil marah dia melemparkan uang 3 juta ke mukaku dan memintaku
untuk tidak pernah menghubunginya lagi karena aku telah membunuh anaknya. Tiga
juta! Mana cukup, Kak! Dana pengguguran kandunganku yang sudah 4 bulan mencapai
10 juta! Ah biarlah.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku makin tercekat.. Tuhanku, sampai hari ini aku terus
berdoa agar Engkau menganugerahiku seorang anak, agar bisa kupersembahkan kepada-Mu.
Agar bisa kuajarkan untuk setiap hari bermasmur bagi-Mu dan perempuan ini
membunuh anaknya hanya karena cemburu..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Kenapa kau gugurkan? Andaikan saat itu kau teruskan
kehamilanmu lalu kau serahkan kepada kami, aku akan dengan senang hati
memeliharanya. Dia adalah anak dari lelaki yang sangat aku cintai, dan
karenanya dia juga adalah anakku. Jonah pernah bertanya, seandainya dia berbuat
kesalahan dan membuat perempuan lain hamil, apakah aku sanggup mengurus
anaknya? Dan aku sudah berkata, ya. Bagiku anak adalah anak dan aku sangat
bahagia menjadi ibu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Benarkah, Kak? Oh sunggung mulia hatimu. Anak itu lelaki,
Kak. Setiap aku datang ke kuburannya aku menangis dan memohon ampun. Aku beri
nama Jonah, Kak, seperti nama ayahnya.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Dik, ini bukan tentang Jonah. Kau telah melakukan sesuatu
yang sangat salah. Kembalilah ke TUHAN dan mohon ampunan. Lepaskan marahmu dan
maafkan kesalahan Jonah agar TUHAN bisa memaafkan kesalahanmu. Anakmu tidak
berdosa dan dia tidak minta dijadikan, tapi kau telah membuatnya menanggung
deritamu. Kau jadikan dia tumbal untuk menyakiti ayahnya meski dia tidak
menganggung salah itu. Mohon ampunlah, Dik.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Entah apa aku bisa, Kak. Maaf aku jadi curhat.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Tiada hal kebetulan di dunia ini. TUHAN memang ingin aku
mendengar ini. TUHAN ingin aku memahami siapa lelaki yang aku cintai juga TUHAN
ingin aku membantumu bernapas lega. Aku cuma berharap kau bisa lebih bijak dan
kembali ke TUHAN.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sepanjang pagi aku cuma bisa terdiam. Semua cerita perempuan
itu benar-benar menyesakkan dadaku. Perutku bergolak. Entah apa yang harus aku
lakukan. Marahkah aku? Entahlah.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah sering menyebutkan perempuan naif, perempuan rumahan
yang tidak tahu kehidupan di jalan. Dia sering menasihatiku untuk tidak terlalu
baik, untuk tidak selalu menganggap manusia baik karena tidak demikian adanya.
Aku sering tidak bisa memahami kecurigaan Jonah pada apa pun yang terjadi di
hidupnya. Tidak ada satu orang pun yang bisa mendapatkan kepercayaannya,
baginya semua orang berpotensi berkhianat. Tidak terkecuali!!<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan kali ini aku harus mengakui bahwa Jonah benar. Bukan,
bukan bahwa semua orang tidak baik, tapi bahwa aku memang naif...<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku sama sekali tidak menduga ada ibu yang tega membunuh
anaknya hanya karena cemburu. Aku tahu sejak awal Jonah tidak akan mungkin
menjanjikan sebuah pernikahan, tidak akan mungkin menjanjikan sebuah hubungan
jangka panjang.. Lalu mengapa dia harus cemburu? Kenapa marah? Kenapa mengancam
dan akhirnya membunuh? Bukankah selama mereka bersama, aku tidak pernah
menyentuh mereka? Bukankah Jonah tidak pernah meminta dia untuk menggugurkan
kandungannya? <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jika dia memang ingin mempertahankan Jonah, seharusnya dia
tahu, pria Afrika tidak akan pernah meninggalkan anak-anak mereka. Dan
perempuan yang memberikan anak selalu akan mendapat tempat istimewa. Itu
sebabnya banyak perempuan Indonesia, terutama para pekerja seksual yang
merelakan dirinya hamil. Dengan begitu dia akan menjadi peliharaan tetap para
pria Afrika ini. Mereka tidak perlu lagi menjajakan tubuh dan akan mendapatkan uang
jajan lumayan tiap bulannya. Juga dana untuk diberikan pada keluarga mereka di
kampung. Mereka juga bisa ikut merasakan kehidupan “mewah” tiap malam, duduk di
bar, minum bir dan memakai baju-baju bagus dengan biaya pria pemeliharanya ini.
Sayangnya, banyak dari perempuan ini yang harus membayar mahal “kemewahan” ini.
Sebagian besar dari mereka menjadi “tahanan rumah” sementara si lelaki
meneruskan kebiasaan mereka untuk berburu perempuan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ketakutan akan kehilangan sumber penghasilan sering kali
membuat perempuan-perempuan ini nekad. Mereka cenderung menjadi kasar pada
perempuan lain yang mereka anggap ancaman. Tidak peduli siapa perempuan itu.
Bahasa mereka hanya satu.. UANG. Ini sumber pendapatanku dan keluargaku, berani
kau menyentuhnya, aku akan menghabisimu.. dan aku menghela napas sedih..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tangisku perlahan turun..<o:p></o:p></span></span><br />
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku tidak tahu mengapa perempuan ini memutuskan untuk
menceritakan kisah yang terjadi dua tahun lalu ini padaku. Sama sekali aku
tidak bisa memikirkan alasan dibaliknya. Terutama saat dia tahu bahwa aku tahu
tentang hubungan mereka berdua dan memutuskan untuk diam, tidak memukul
(meminjam istilah perempuan ini). Tidak cukupkah baginya aku diam dan terluka,
ataukah menurutnya aku tidak punya hak untuk menangis karena penderitaannya
lebih dalam dari penderitaanku? Apakah tidak terpikir padanya betapa hancur
hatiku mendengar kisah ini. Betapa sakit hatiku mendengar bagaimana kekasihku
berbagi tubuhnya dengan perempuan lain, perempuan yang bahkan menjajakan
tubuhnya untuk mencari makan. Aku tidak pernah punya masalah dengan para
pekerja seksual dan menghormati mereka selayaknya manusia, tapi apakah kemudian
membuatku pantas untuk dihina dan dinirmanusiakan?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Perutku mendadak mual, seperti biasa jika ada sesuatu yang
menggangguku, penyakit magku langsung kambuh. Aku mual dan pusing berat.
Badanku terasa ringan.. air mataku tidak berhenti turun. Aku gagal paham..<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sejak lama aku selalu curiga Jonah membawa perempuan itu ke
kamar kami. Aku tahu perempuan ini masih terus mengubungi kekasihku untuk
meminta uang. Aku tahu mereka masih berhubungan bahkan sampai tahun lalu. Tapi aku
diam saja. Aku tahu aku tidak bisa berebut lelaki, bagiku semua manusia
memiliki hak yang sama untuk bahagia. Aku tidak punya hak untuk berteriak dan
memutuskan kebahagiaan perempuan lain. Aku tidak bisa berteriak dan menganggap
diriku lebih pantas menerima kebahagiaan. Aku seperti perempuan lain tentu
ingin menjadi yang utama, yang pertama, satu-satunya... Tapi hidup memang tidak
sempurna, hidup memang tidak selalu seperti yang kita inginkan. Aku sudah diam
saja. Aku biarkan alam yang bekerja, apabila memang perempuan itu lebih penting
di mata Jonah, maka alam akan membawaku pergi, apabila aku lebih berharga di
mata Jonah maka alam juga akan membawanya pergi. Tidak perlu aku turut campur,
menyelidik, menerjang dan menyerang seperti yang dilakukan banyak perempuan di
sekitar pria Afrika. Aku tidak membutuhkan bantuan finansial, bukan karena aku
kaya tapi karena aku tahu aku mampu, aku tahu TUHAN akan selalu melindungi dan
mencukupiku. Aku tidak perlu bergantung pada satu pria untuk itu. Dua anakku
akan lebih berharga dan bermartabat apabila ibunya menggunakan dua tangannya
dengan baik untuk mencari penghidupan yang disukai TUHAN. Dan aku sudah bekerja
keras untuk itu. Aku tidak perlu takut ditinggalkan karena aku tahu TUHAN tidak akan pernah membiarkanku sendirian. Aku tahu aku bisa hidup sendiri dan cukup mampu untuk mandiri. Jadi tidak perlu bagiku untuk menyerang dan mempertahankan pelindungku. Tapi juga tidak membuatku merasa angkuh dan bisa melangkah pergi. Aku melakukannya dulu, pada mantan suamiku, pada kekasih-kekasihku dulu. Tapi sekarang tidak.Aku tidak menyerang tapi juga tidak pergi. Aku hanya diam dan belajar menyerahkan semua ke tangan TUHAN. Menyibukkan diriku lebih ke hal-hal yang aku tahu membangun diriku dan tidak menjadikan hubungaku sebagai pusat kehidupanku. Dan segalanya jadi lebih mudah. Aku tidak pergi, aku ada dan terus memberi tanpa aku tahu apa akhirnya nanti. Aku mencintai Jonah dan melayaninya selayaknya lelaki yang aku hormati dan aku cintai. Oh TUHAN, apa yang sedang terjadi.. hadiah Natal apa yang
sedang KAU berikan padaku?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Perempuan itu juga menyebutkan beberapa hadiah yang diberikan
Jonah selama mereka bersama, salah satunya Blackberry yang dulu dia pakai. Dia
juga mengaku menerima uang dari Jonah yang katanya untuk membiayai hidup
anak-anaknya. Oh TUHAN, apa sebenarnya yang diinginkan perempuan ini? Untuk apa
dia menyebutkan bahwa sampai beberapa bulan lalu pun Jonah masih menghubunginya
dan memberi uang untuk anak-anaknya. Perempuan itu sempat bertanya mengapa aku
tidak mau menikah saja dengan Jonah. Aku katakan bahwa pekerjaan yang dia
kerjakan kini tidak bisa aku terima sebagai pekerjaan suamiku. Aku tidak bisa
membiarkan anak-anakku dibiayai dengan uang yang tidak diperoleh dari jalan
TUHAN. Aku tidak akan mampu menahan duka dan derita yang aku tahu akan terus
aku rasakan selama dia masih di dalam permainan ini. Selama itu dia akan terus
terlibat dengan perempuan dan alkohol, dua hal yang menjadi mimpi buruk bagi
pernikahan mana pun. Aku nyatakan bahwa sampai hari ini aku hanya bisa berdoa,
menanti TUHAN menjamah hati kekasihku dan membawanya ke perubahan. Aku tidak
akan mampu mengubahnya, tidak akan mampu menyediakan jalan baginya untuk
keluar. Jonah sudah sangat lama berada di permainan ini, dan sudah begitu
nyaman dengan permainan ini, perlu kekuatan dan kemauan yang luar biasa kuat baginya
untuk bisa keluar. Dan dalam semua kasus, keinginan ini selalu terdesak oleh
kebutuhan keluarga mereka di Afrika. Kebutuhan yang tidak akan mungkin bisa
dipenuhi dengan melakukan pekerjaan yang “normal”.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Ah, Kakak. Jangan begitu dong, kan aku menerima uang dari
dia, juga HP.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Ah aku kan sedang berbicara tentang diriku, Dik, bukan
dirimu. Apa yang kau anggap baik, lakukan lah dan aku tahu Jonah akan dengan
senang hati membagikan berkatnya apalagi untuk ibu dan anak-anak. Aku paham
benar sifat kekasihku yang satu ini. Terimalah uang itu dan gunakanlah untuk
kebaikan anak-anakmu.”<o:p></o:p></span></span></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">
</span><br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku bergerak gelisah di atas tempat tidurku. Perutku sakit
tiada terkira, hatiku perih, otakku terbakar karena gagal melogikakan apa yang
baru aku baca. Di mana garis merahnya? Apa yang sedang terjadi? Pesan apa yang
hendak disampaikan perempuan ini? Apa yang seharusnya aku rasakan? Marahkah
pada Jonah? Atau pada perempuan ini? Atau pada diriku sendiri? Aku yang sudah
tua namun selalu berada di kenyamanan rumah sungguh tidak mampu memahami apa
yang sedang terjadi. Hanya mulutku yang terus menyebut nama TUHAN, telingaku
terus mendengarkan lagu-lagu pujian, mataku terus mengalirkan air mata.. Oh TUHAN, beri aku kekuatan, apa yang harus
aku lakukan? Apa yang harus aku rasakan?<o:p></o:p></span></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku memutuskan untuk membagikan keterkejutanku ini dengan
istri pendetaku, aku berharap meski usianya masih jauh lebih muda dariku tapi
pemahamannya akan Alkitab bisa memberinya lebih kebijakan dan mau memberiku
kesejukan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Leona, kau sudah bangun?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Sudah, Kak. Kakak baik-baik saja?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Leona, ingat pelacur yang pernah aku ceritakan dulu? Yang
pernah menjadi simpanan Jonah?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Ya, Kak? Kenapa dia?”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Dia baru bercerita kalau dia pernah hamil dengan Jonah dan
digugurkan di usia 4 bulan.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span>
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dengan singkat sambil mataku dipenuhi air mata aku
menceritakan ulang semua yang dikatakan perempuan itu. Sulit sekali buatku
menekan tuts BB saat mataku dipenuhi air mata dan dadaku sesak tidak terkira.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Kak, untuk apa perempuan itu menceritakan semua ini padamu?
Toh itu sudah terjadi begitu lama? Mengapa dia memutuskan untuk menggugurkan
kandungannya sementara Jonah tidak pernah memintanya melakukan itu? Maaf, Kak,
aku sangsi dengan kisahnya. Setahuku Jonah lelaki yang sangat berhati-hati dan
tidak sembrono. Membiarkan perempuan pelacur mengandung anaknya saja sudah
mengejutkan buatku, apalagi membiarkan perempuan itu membunuhnya. Kakak, kau
gak usah sedih. Kalau pun cerita dia benar, itu sudah lama berlalu dan kakak
sudah melewati begitu banyak kisah dengan dia. Kakak sudah bertahan sejauh ini.
Jangan dengarkan perkataan dia.”<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku terus menangis..<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">(bersambung)</span><o:p></o:p></span></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-91027415414160652372014-12-22T01:41:00.001-08:002014-12-22T01:41:24.215-08:00Dan Aku pun runtuh<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Malam itu Jonah menelepon
memberitahukan bahwa dia akan pergi sampai pagi untuk menemani salah satu
kliennya minum. Aku tahu itu berarti aku tidak boleh menghubungi dia sampai dia
selesai dan menghubungiku. Jonah tidak suka aku menghubunginya saat dia masih berada
di luar rumah. Alasannya, dia tidak mau harus berteriak untuk berbicara
denganku atau pun terpecah konsentrasinya saat berbicara dengan teman atau
kliennya. Terutama kliennya. Penting bagiku untuk tidak menghubungi saat dia
bersama klien, kerena kepada si klien dikatakan bahwa dia baru tiba di negara
ini dan tidak mengenal siapa pun. Yah, memang menjadi kekasih seorang Jonah
sangatlah sulit...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah berjanji
akan menghubungiku seperti biasa di saat dia sudah berada di rumah, seperti
biasa..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Malam itu aku
tidur dengan nyenyak di kamar kecilku sendiri, memasang jam beker tepat pukul 4
pagi karena ada beberapa tulisan yang harus aku selesaikan untuk gereja. Aku
kirimkan sms selamat malam ke kekasihku tersayang yang tengah bersenang-senang
dengan kliennya itu. Mengucapkan doa untuknya agar Tuhan senantiasa melindungi
diri dan hatinya. Dan aku tertidur dengan hati damai..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tepat pukul 4
pagi wekerku berbunyi dan aku tersentak dari tidurku.. Secara reflek kuraih
ponsel yang selalu aku letakkan di samping bantal dan diset dengan dering
normal agar aku bisa terbangun saat Jonah menelepon. Bagiku berbicara dengannya
di malam hari, meski hanya selamat malam, adalah sesuatu yang selalu ditunggu.
Tanpanya malamku gelisah dan tidak nyaman. Hubungan kami sudah berlangsung
selama 2,5 tahun dan kebiasaan ini kami lakukan tiap malam. Jonah tidak pernah
lalai menghubungiku setiap malam, di mana pun dia berada. Meski saat dia harus bepergian
baik untuk visa maupun bisnis, Jonah tidak akan melupakan jam tidurku dan tahu bahwa
kekasihnya ini tidak akan dapat tidur sebelum mendengarkan kata selamat malam
dan i love you darinya. Hari ke hari berlalu dan itu menjadi sebuah kebiasaan
manis kami. Sesuatu yang aku nantikan dan aku syukuri. Setiap malam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku menarik BB-ku
dari samping bantal dan melihat belum ada telepon maupun pesan masuk ke
ponselku itu. Seperti kebanyakan perempuan Indonesia, aku punya lebih dari satu
ponsel, dan Jonah tahu kedua nomorku dan tahu dia bisa menghubungiku di nomor
mana pun. Aku cek ponsel kedua dan tetap tidak ada telepon maupun pesan masuk.
Oh, di mana kah kau, Jonah? Apakah kau baik-baik saja? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah selalu
mengira ritual telepon itu adalah salah satu cara bagiku untuk mengendalikan dia.
Dia selalu mengira bahwa dengan membuatnya meneleponku, aku bisa mengecek
apakah dia bersama perempuan atau tidak. Sebuah pemahaman yang sangat salah. Aku
bukan anak kecil maupun anak kemarin sore. Aku tahu bahkan dalam kondisi
memeluk perempuan pun, Jonah bisa dengan mudah meneleponku dan memanggilku
sayang serta menyatakan cinta. Aku tahu bahwa beberapa perempuan sudah tahu “aturan
main” sesama pencinta kesenangan. Atau bahkan dalam beberapa kasus, mereka diam
karena tahu perempuan yang tengah dihubungi itu adalah calon korban. Sehingga
si lelaki perlu untuk mengumbar kata-kata manis demi untuk meyakinkan si calon
korban akan perasaannya. Maka teleponnya bukanlah jaminan bahwa Jonahku tidak
sedang memeluk perempuan lain, tidak sedang bersama perempuan lain, tidak
sedang berkhianat.. Bagiku telepon itu menandakan bahwa lelaki yang sangat aku
cintai ini selamat, sehat dan tidak dalam masalah. Mengapa aku begitu cemas?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah bukanlah
lelaki dengan pekerjaan normal, dia bukan lelaki yang pergi ke satu kantor di
pagi hari dan pulang di sore hari. Pekerjaan yang dia lakukan di negaraku dan
juga di negara lain yang sudah dia kunjungi, merupakan sebuah permainan yang
membutuhkan konsentrasi besar karena apabila terjadi kesalahan, akan berakibat
pada nyawanya. Kapan pun, di mana pun, salah satu korbannya bisa mengenali
kekasihku dan menyeretnya ke kantor polisi. Well, diseret ke kantor polisi
adalah sesuatu yang lebih ringan, kebanyakan teman Jonah akan dipukuli lebih
dulu sampai babak belur sebelum diserahkan ke polisi. Acap kali polisi akan
menerapkan “teknik interograsi” yang sama, meski di ujungnya selalu bertumpu
pada kemampuan kita untuk membayar sejumlah dana. Dan Jonah sendirian di sini.
Dia punya teman senegara tapi aku tidak yakin mereka akan mau melakuan apa yang
perlu dilakukan untuk menyelamatkan Jonah apa bila terjadi sesuatu. Meski beberapa
kali aku melihat kelompok ini berkumpul dan mencoba untuk membantu
saudara-saudaranya yang tertimpa masalah hukum. Tapi tetap, aku melihat diriku
sebagai satu-satunya keluarga Jonah. Aku yang bertanggung jawab atas
keselamatan dan kesehatannya di sini. Karena itu, telepon malamnya sangat penting
bagiku. Namun aku tak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada Jonah. Lelaki
yang hanya memahami bahasa uang. Baginya, kepercayaan sama dengan uang. Mereka
mempercayaiku, itu karena secara finasial mereka bergantung pada kekasihku ini.
Dia tidak bisa memahami ketidakpedulianku pada kondisi keuangan dia, miskin
atau kaya aku tetap melihatnya sebagai Jonah. Dia tidak bisa melihat
kepedulianku ini sebagai bentuk kasih sayang.. Jonah adalah lelaki Afrika,
begitu selalu dia katakan. Bangsa Afrika tidak hidup dalam romantisme. Kami
hidup di dunia nyata, dunia yang keras dan penuh dengan tipu daya. Sementara
aku, aku tidak mengenal semua itu. Bagiku hidup hanyalah satu, berbuat baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Well..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah mandi
dan menyiapkan laptop untuk memulai pekerjaanku, aku memberanikan diri untuk
menghubungi Jonah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me : Hello?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : I am online, let me call
you back...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lalu dia lupa
mematikan teleponnya denganku dan aku bisa mendengar perbincangannya di sana..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah :
This is exactly what make me angry at them. I don’t know why my mother asked
for that kind of thing. I am here working, and I am not risking my life for
someone who only want to flex and don’t have any plan for their future.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"> You
are my girlfriend, my fiancee, I will also put an X on you if you behave the
same. Please understand, Love..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lalu aku matikan teleponku....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku kirimkan pesan ke BBM Jonah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hi, you don’t
need to call me back. All I need to know is you are safe, and I know you are. I
woke up not because of I wanted to check on you but I need to do some works for
the church. I am sorry I have disturbed your conversation with your fiancee.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hatiku tiba-tiba
kosong. Sudah beberapa bulan ini Jonah bersikap sangat aneh. Dia tiba-tiba
menjadi kasar dan sering sekali menghina. Berkali-kali aku bertanya apakah dia
kembali dengan ibu anaknya di Afrika, apakah mereka kembali merajut tali cinta.
Dan Jonah selalu menolak. Dia selalu berkata bahwa dia ada di sini dan aku
tidak perlu mencemaskan apa pun. Bahwa semua kecemburuanku tidak berasalan. Toh
selama 10 bulan dalam setahun dia berada di pelukanku dan bukan bersama
perempuan yang jauh di Afrika. Berbulan pula aku selalu menanyakan hal yang
sama, dan makin lama Jonah makin kasar menolak dan mengelak. Dan malam ini
semua sudah terbongkar, dia memanggil seseorang dengan panggilan Cinta, sesuatu
yang hanya dia lakukan untukku. Untuk semua mainan dan korbannya, Jonah akan
memakai kata Sweety, Sweetheart, Honey tapi tidak Love. Dan malam ini dia menyebut
seseorang sebagai tunangannya, mendiskusikan masalah yang dihadapi ibunya
dengan perempuan itu. Aku belum sempat merasa marah atau kecewa, hanya dingin..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lalu pesan masuk
ke BBMku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hi Love, I am
home now, please call me.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 150%;">“What do you
mean? What fiancee?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mataku membelalak,
apa?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 150%;">“How many
fiancee do you have?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan Jonah meledak..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“You are full of
shit. What do you mean by that? I have the right to do anything I want. You are
not my wife. Do you think I can marry some old woman like you? You have slept
with many of my friends, do you think I can marry you and introduce you as my
wife? You must be totally crazy.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Who said I want
you to marry me? A scammer like you? It would be a total shame to have you as my
husband. I am a bitch? Well you bitch over there is worst than me. She is full
of shit. All she knows is money money money and you are stupid to think that
she loves you for real. Just becoz she has your son? Stupid man. I am a mother
too and I never use my children for anything!!! So stop giving me those shits
and crawl to your stupid woman. Obviously stupid man can only be a stupid </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">woman”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hey You!! She
is 10 times better than you. She is beautiful and intelligent. She is kind and
a good Christian. And she loves me very much. I have done so many bad things
but she stayed and waited. This is her prayer come true!! I love her, you
stupid bitch!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Then go to her.
What are you doing with me? Or do you think you can use me to reach what ever
evil goal you have? Hey you, you said she is a good Christian? What kind of a
woman allow her man to use women in order to bring money home? What kind of
woman allow any body to give her son the devil money? You are both evil!! And more over, you are more stupid than I
thought!! Evil to the core!!!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hey Fuck you!!
You stupid bitch!! You are worst than a prostitute!! At least they fuck for
money, you!! You are giving it for free!! All this time I am just put up with
you coz I want to help you. I want to change your life. I want to put you in a
different level.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lalu sepi..
Jonah rupanya tertidur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Apakah aku
menangis? Kata-kata kasar itu sudah dia ucapkan berkali-kali, sejak dia pulang
dari negaranya dan kembali bersama ibu anaknya di sana. Sedikit saja aku
berbuat salah, atau menunjukkan tuntutan, Jonah akan segera memborbadirku
dengan kata-kata kasar yang hanya biasa aku dengar di film-film gangster. Aku
sudah pernah meminta agar kita berhenti saja menjadi pasangan karena aku merasa
tidak pantas mendapatkan perkataan seperti itu. Aku memang bukan perempuan
suci, tapi bahkan pelacur pun tidak pantas mendapatkan cacian dan makian
seperti itu. Aku perempuan mandiri yang selama 20 tahun hidupku, aku sudah
berjuang untuk mengurus kedua anakku sendiri. Ya, aku pernah menikah selama 14
tahun, tapi di dalam pernikahan itu aku lah yang harus mengambil semua tanggung
jawab di keluarga, baik secara finansial maupun mental. Aku tidak pantas
mendengar semua itu..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah selalu
saja meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Selalu saja memeluk
dan memohon agar aku memahami tekanan yang dia hadapi saat ini. Aku diam saja
biasanya. Aku tahu betapa sulit hidup yang harus dia hadapi di kotaku ini.
Sebagai orang asing yang pekerjaannya tidak tetap, dengan segunung kewajiban
yang harus dia selesaikan, hidup tidaklah mudah bagi Jonahku tercinta ini. Dan
biasanya aku mengalah..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Segera aku
lupakan sms yang entah kesekian ribu aku terima selama beberapa bulan
belakangan ini. Meski begitu, aku tidak bisa lagi menuliskan artikel-artikel
yang seharusnya aku kerjakan untuk gereja hari ini. Hatiku begitu panas,
kepalaku serasa hendak meledak.. Bagaimana mungkin dia menghinaku sementara dia
yang tertangkap basah sudah berbohong. Begitu tidak berharganyakah aku? Aku
memutuskan untuk membereskan rumah dan kemudian menyiapkan diri untuk gereja
hari ini. Aku pilih baju oranye untuk menutupi kegalauan dan sakit hatiku, agar
di mata orang, mereka melihat kebahagiaanku bertemu dan melayani Tuhan hari
itu. Aku kenakan sandal tinggiku dan berdandan untuk memastikan semua sempurna.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Waktu sudah
menunjukkan pukul 11.30 siang saat tiba-tiba BBMku berbunyi tanda ada pesan
masuk:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“You Bitch! Get
out my life...”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan aku pun
meledak.. Aku kirimkan sms ke teleponnya karena kecepatan BBM kami melamban
akibat sinyal yang memburuk di siang itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Hey You! Stop insulting
me!! Just go! If you keep on sendig me message, I will come to your house.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah dan aku
memang tidak tinggal bersama. Namun biasanya dia akan datang ke rumah beberapa
hari dalam seminggu untuk berbicara dengan anak-anak dan menghabiskan waktu
sebagai sebuah keluarga, sesuatu yang sangat aku syukuri tadinya, tapi dia
berubah.. semua berubah..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan Jonah terus
melancarkan sms penuh dengan hinaan dan perkataan kotor. Memuji-muji
perempuannya di Afrika, membandingkan dengan ketuaan dan kenaifanku dalam
berhubungan. Termasuk ketidakmampuanku memberinya anak meski kami sudah tiga
tahun bersama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Darahku
mendidih, aku ambil tas tanganku dan bergegas turun dari unitku di lantai 6.
Sambil terus mengirimkan sms meminta Jonah untuk menghentikan hinaannya, aku
menaiki ojek menuju ke rumah Jonah. Di jalan aku terus merasa bahwa aku akan
terjatih, bahwa aku akan terluka, entah bagaimana. Apa aku akan terjatuh dari
ojek ini, karena motor ini melaju cukup kencang. Entah kenapa tapi perasaan
bahwa hari ini aku akan celaka begitu kuat.. dan aku terus mengirimkan sms demi
sms membalas hinaan dan cacian Jonah. Emosi kami berdua makin tinggi, makin
memuncak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Unit Jonah
terletak di lantai 9 sebuah apartemen yang cukup ramai di bagian barat kotaku.
Jarak antara apartemenku dan apartemen dia tidak jauh, hanya dengan 20 ribu aku
bisa tiba di sana dengan menggunakan ojek. Apartemen ini banyak dihuni oleh
warga asing, hal ini yang membuat Jonah betah, tidak ada pertanyaan dan
pandangan aneh yang biasa dia dapatkan jika berada di tempat umum. Para satpam
di tempat ini sudah terbisa dengan tingkah polah pria Afrika yang
berteriak-teriak keras saat mabuk atau membawa berganti-ganti perempuan ke
rumah mereka. Mereka juga terbiasa melihat perempuan keluar menangis atau pun
mabuk. Meski tidak terlalu mewah, tapi kenyamanan dan kesunyian ini
menjadikannya sebuah tempat persembunyian yang sangat pas. Para Afrika selalu
melakukan kegiatannya di dalam rumah, jarang kita bisa melihat mereka
bergerombol di luar atau bergaul dengan para penghuni yang non Afrika lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setibaku di
apartemen Jonah, tidak seperti biasanya aku bisa naik tanpa perlu bantuannya
membukakan pintu. Aku bergegas ke unitnya dan mulai menggedor pintunya. Aku
bisa mendengar Jonah mondar mandir di balik pintu sambil terus berteriak-teriak
memakiku. Dan aku terus menggedor. Siang itu, suasana sangat sepi dan senyap.
Semua pintu tertutup dan tidak terdengar suara di baliknya. Dan hanya suara
teriakanku dan gedoran tanganku ke pintu unit Jonah yang menggema.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Open the door,
you coward!! Face me! Say those nasty things in my face!! Don’t be like a
sissy!!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah terus
menyanyi-nyanyi keras di balik pintu Bak orang gila dan aku pun terus menggedor
pintunya seperti orang gila.. Dan dua orang gila ini mengaku saling mencintai L<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Akhirnya aku
berteriak, “Forget about everything! Open the door, let me take my laptop that you
used and also my phone!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tiba-tiba
senyap..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lalu terdengar
Jonah membuka kunci pintu..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku bersiap
untuk masuk dan mengambil barang-barang itu. Hatiku sudah sangat panas,
kepalaku serasa terbakar.. Emosiku sudah tiba di puncaknya, semua gelap..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah membuka pintu,
dan aku pun melangkah masuk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tanpa aku
sangka, dia mendorongku dengan sekuat tenaga.. Aku terhuyung ke belakang tapi
tidak jatuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kembali aku
mencoba melangkah masuk.. ya, logikaku sudah hilang.. Tidak! Aku tidak akan
mengalah! Cukup!!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan Jonah
mendorongku lagi dengan sekuat tenaganya, dan aku roboh terjengkang..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam jatuhku
aku bisa mendengar suara “krek” di lututku, pertanda ada yang bergeser.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 150%;">Tubuh
besarku terjengkang dan menabrak dinding di belakangku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lututku terasa
lemas, tak bertenaga, perlahan aku mencoba untuk duduk dan kemudian berdiri,
namun setengah jalan aku duduk, Jonah melayangkan tinjunya tepat ke wajahku dan
mendarat di bibir kananku dan darah pun muncrat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku palingkan
wajahku ke lantai dan melihat merahnya darahku, aku tercekat.. Aku hanya bisa
menyebut nama Tuhan dan menutup kepalaku. Di atasku, lelaki yang aku cintai itu
sibuk memaki, menendang dan menginjak pantat dan pahaku. Dan aku hanya diam...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku memegang
sabuk hitam Karate, dan tahu bagaimana melawan dan membela diri, namun saat
itu, di saat aku melihat darah yang disebabkan oleh tangan yang sangat aku puja
keindahannya, segala ajaran itu sirna. Aku hanya merasakan sedih yang luar
biasa, sakit yang tiada tara dan harga diriku jatuh, ke tempat paling rendah.
Aku diinjak dan ditendang dengan penuh kemarahan oleh sosok yang sangat aku
sayangi, sosok yang selama ini berkata akan melindungiku. Aku mendongak
memandang wajah kekasihku itu dan meski aku tahu dia Afrika, berkulit hitam.
Belum pernah aku melihatnya sehitam itu, matanya menyala merah...Aku bak
melihat setan sendiri.. Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi? Bagaimana ini bisa
terjadi padaku? Aku perempuan yang kuat, yang selalu berusaha mandiri. Aku
menghormati semua makhluk, berusaha selalu baik meski banyak sudah melukaiku,
kenapa KAU biarkan ini terjadi padaku? Apa salahku? Apa yang sudah salah aku
lakukan? Tuhan, apalagi yang ingin KAU katakan padaku? Tuhan!!!!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Lalu beberapa
tetangga Afrika kami keluar, mendorong kekasihku masuk ke dalam rumahnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Are you crazy!!
She is a mother! What are you doing!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“You are all
full of shit!! Where are you before!! She was knocking like crazy and none of
you came out!!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Seorang
perempuan yang biasa membersihkan rumah Jonah memelukku dan tangisku pecah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“Ibu, Ibu, apa
yang terjadi? Kenapa ibu diam saja? Kenapa ibu diperlakukan seperti ini? Ibu
kenapa tidak pergi? Oh Ibu, apa yang terjadi?” katanya berulang-ulang sambil
menangis memelukku. Dan aku hanya bisa terisak. Hancur semuanya.. Harga diriku
terkoyak dan robek.. Siapa aku? Apakah aku masih perempuan terhormat yang tahu
bagaimana membela diri? Perempuan pintar dan cerdas yang tahu bagaimana
melindungi dan merawat dirinya sendiri? Apakah aku masih ibu yang hebat dan
kuat? Lihat diriku sekarang, rambut kusut masai, tubuh memar-memar penuh bekas
injakan dan tendangan, bibirku robek dan penuh darah, lengan kiriku memar berat
dan kaki kananku kehilangan tenaga sama sekali. Aku harus dibopong bahkan
setengah digendong untuk dipindahkan dari tempat jatuhku. Sepanjang waktu
mereka berusaha menenangkanku, takut aku memutuskan untuk memanggil polisi dan
memberi saudaranya masalah. Dan selama itu aku hanya bisa menangis, bingung,
takjub, terkejut dan tak bisa percaya hal ini bisa terjadi padaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selama ini aku
bekerja sebagai konselor perempuan dan anak yang teraniaya, selama itu pula
meski aku penuh empati pada mereka tapi aku tidak bisa sepenuhnya paham. Aku
selalu berkata mengapa mereka bisa begitu bodoh dan membiarkan hal seperti ini
terjadi? I mean, mereka bukan perempuan lemah, mereka cukup mandiri, bisa
menghasilkan uang sendiri dan mampu membuat keputusan cerdas sendiri tapi
mengapa mereka jatuh dalam hubungan ini? Mengapa mereka membiarkan lelaki
menyerang dan menghina sedemikian rupa? Apakah karena mereka tidak pernah belajar
bela diri? Huh, berbeda denganku, aku tahu cara membela diri. Aku tahu cara
melawan, aku tahu cara menghajar.. Aku bisa menjaga diri, aku takkan pernah
membiarkan hal itu terjadi padaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dan hari ini aku
disadarkan oleh Tuhan, betapa
kesombonganku itu sangat keliru.. Oh Tuhan, KAU begitu baik..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku tiba-tiba
sadar bahwa aku tidak punya hak untuk menghakimi siapa pun. Sebuah hubungan
bukanlah perhitungan laba rugi dalam berusaha, tidak bisa kita logikakan semua
keputusan di saat ada perasaan yang berbicara. Tidaklah semudah itu mengatakan
para perempuan bahwa mereka sudah begitu bodoh, di saat ada perasaan yang
terlibat. Mudah bagi kita untuk melihat jalan keluar saat kita tidak di dalam
jeratan labirin masalah seperti yang sedang di alami teman atau saudara kita.
Tugas kita bukan menyalahkan atau pun menghakimi karena labirin itu tampak
mudah dari atas, namun bagi yang ada di dalamnya, perlu usaha ekstra keras dan
bahkan sebagian besar mati putus asa saat mencoba keluar. Tidak juga aku bisa
mengatakan bahwa mereka begitu karena tidak tahu cara membela diri, well, aku
tahu.. Tapi sulit membalas pukulan di saat yang memukul adalah sosok yang
sangat kau cintai dan kau hormati. Melihatnya memandangmu dengan penuh
kebencian, memandangmu dengan jijik sembari mengayunkan tangan dan kakinya
untuk menyakitimu, menghancurkan semua logika dan kepandaianmu, di saat itu kau
hanya bisa berkata, “Ya Tuhan, lindungi aku. Ya Tuhan, peluk aku dalam
lindungan-Mu. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; line-height: 150%;">Aku pasrahkan hidupku pada-Mu, Tuhan.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Aku yang semula
begitu bangga dengan kemampuanku membela diri, tiba-tiba di tempatkan di posisi
terendah, posisi di mana aku harus mengakui bahwa aku bukan siapa-siapa. Segala
pengetahun dan kepintaranku tidak berarti apa-apa. Tidak pantas bagiku untuk
menepuk dada dan mengklaimnya sebagai kehebatanku. Aku selamat, aku baik-baik
saja, aku bisa mencapai semua ini bukan karena kekuatanku tapi karena kebaikan
TUHAN. Aku bisa menjadi seperti diriku ini, bisa berada di tempatku ini, bisa menjadi
ibu seperti ini, menjadi pasangan seperti ini, bukan karena kekuatanku, bukan
karena kepandaianku, bukan karena otakku tapi semata karena TUHAN. Karena DIA
melindungiku, DIA menuntunku. Dan DIA menunjukkan bahwa sekali DIA melepaskan
perlindungan-Nya, maka aku akan jatuh ke dalam luka, dan duka..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tuhan, ampuni
kesombonganku.. Aku mengerti dan aku bersyukur..<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">(bersambung)</span><o:p></o:p></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-71626047565534405752014-12-16T17:45:00.002-08:002014-12-16T17:45:19.843-08:00Pertemuan kami<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 107%; text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Bertemu dan berinteraksi dengan lelaki Afrika bukan hal baru
buatku, tapi sejak setahun belakangan, sejak begitu banyak kekecewaan dan
pengkhianatan yang aku alami bersama mereka, aku memutuskan untuk membatasi pertemuan
dan pertemanan dengan lelaki Afrika. Tapi lelaki ini, teman chattingku selama
satu tahun, tiba-tiba menghubungi dan mengajak bertemu. Aku bahkan tidak
menyangka dia akan benar-benar mewujudkan janjinya untuk suatu waktu nanti
datang ke negara indahku ini.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Perkenalan kami terjadi dari Facebook (seperti kebanyakan
perkenalan mereka dengan perempuan di dunia, lewat media sosial, terutama media
kencan), kemudian kami mulai berbincang selama setahun. Dalam masa itu,
beberapa kali dia mengutarakan niatnya untuk menjadi kekasihku, yang selalu aku
jawab “tidak”. Tidak sebelum kau datang dan memperkenalkan dirimu. Setelah itu
terjadi dan kita duduk bersama serta sepakat menjalin hubungan, baru aku
bersedia menunggu meski kau berada jauh dariku. Aku mempercayai hubungan jarak
jauh namun tidak hubungan online.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Awalnya lelaki ini mengaku mantan militer yang sekarang
berjuang untuk melanjutkan hidupnya sebagai warga sipil. Dikatakan saat ini dia
berada di Jamaika dan beberapa kali melakukan perjalanan ke Asia untuk
keperluan bisnisnya. Sebagai perempuan yang banyak berinteraksi dengan Afrika,
aku hapal benar dengan tahapan pembicaraan ini.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Si lelaki akan menyatakan kekagumannya pada si perempuan, dan
sebagai perempuan Asia yang tidak terbiasa menerima sanjungan dan pujian, kita
akan menanggapinya dengan sangat antusias. Panggilan normal para pria barat
(dalam hal ini termasuk kaum Afrika yang sudah melanglang buana ke banyak
negara dan sebagai benua yang banyak dijajah oleh peradaban barat juga menyerap
kebudayaan penjajahnya) pada perempuan yang dia kenal, seperti Love, Sweety,
Sweetheart, Baby dsb, bagi perempuan kita menjadi sebuah sapaan yang membuat
hati melayang ke langit porsi ketujuh. Para predator ini rupanya sangat
memahami kelemahan kaum perempuan utamanya di Asia. Juga fakta bahwa secara
budaya kita dilarang untuk memegahkan diri, dilarang untuk menempatkan diri
kita sebagi yang utama. Memahami fakta ini, mereka melambungkan hati kita
dengan menempatkan kita sebagai pusat perhatiannya. Saat kita chatting atau
berbicara dengannya, kita merasa cinta dan perhatiannya hanya tertuju pada kita
seorang. Dan itu memabukkan, membutakan dan akhirnya membuat kita cenderung
berbuat irasional dengan mengatasnamakan cinta.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tidak terkecuali lelaki ini. Dalam setiap perbincangan kami,
dia selalu menyempatkan diri untuk mengungkapkan kekagumannya pada kecantikanku
hari ini, fotoku, kegiatanku dan pemikiranku. Baginya semua luar biasa dan
memabukkan.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : Good
morning, Baby or should I say, Good evening to you there.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"> How is everything with you, Beautiful?<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me :
Hi, Jonah. All is well, thank you. Yeah, its already night time here.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"> How are you this morning? I hope all is well
with you there.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : Yes, Baby. I am well, Praise be
to GOD. Even though it was difficult for me to sleep last night. I cannot stop
thinking about you, Baby. I mean, our chat yesterday really inspired me. You
have been through a lot, Love. But I promise, if you gave me a chance, I will
make you the happiest woman on earth for the rest of our life together.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me : Ah thank you, Jonah. How
sweet for you to do that. I also been thinking about you a lot. Its not every
time I can find a man who understand and can keep up with the way I am thinking
(aku menjulurkan lidah saat mengetik ini di laman FB-ku. Hah, kamu, kau pikir
aku anak kemarin sore... Kau mau bermanis-manis, mari kita saling
bermanis-manis.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jonah : Please be mine, Baby... Give me
that honor.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -70.9pt;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Me : Well, Jonah, as I said times
and times again, I don’t believe in online relationship. You need to come and
see me before we can decide on anything. It is ok for me if you flew out again,
I will still be here and be your woman. Waiting faithfully for you (Yea yea
yea.. aku akan jadi kekasihmu tapi tubuhku akan tetap menikmati kemesraan dan
kehangatan lelaki Afrika lainnya. Apa kau pikir aku bodoh, kesetiaan buatmu
juga hanya sebatas mulut, karena paling juga sore ini kau sudah ada janji
kencan dengan seseorang di sana untuk bersenang-senang.)<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ah kamu, kenapa tidak mencoba pendekatan lain (melenguh
pelan). Ini alasan kenapa kalian tidak lagi terlalu menarik. Kalian seperti memakai
buku panduan yang sama. Tahapan pendekatan, cara berbicara, sudut memikat,
pilihan profesi, semua sama. Ayo, dong.. amuse me.. challange me.. gunakan cara
berbeda. Lelaki Afrika selalu menggunakan pendekatan pemahaman akan kesulitan
hidup, mengarah pada kerapuhan perempuan-perempuan Asia yang terperangkap dalam
kepura-puraan. Budaya kita melarang perempuan mengungkapkan perasaannya secara
terbuka. Walhasil, kebanyakan dari kita kemudian berlari ke dunia maya. Dunia
di mana kita bisa menjadi siapa pun yang kita inginkan. Dengan makin canggih
dan murahnya ponsel pintar, makin banyak perempuan Asia atau Indonesia yang
terjebak di kehidupan maya. Semata karena kehidupan nyata begitu sulit dan
berat untuk dihadapi.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ah, aku tersentak dari lamunanku.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 107%;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Yang menarik dari Jonah adalah, selama hampir setahun kami
berbincang, tidak sekali pun lelaki ini membicarakan tentang seks. Tidak pernah
dia mengirimkan atau meminta foto-foto seronok atau tidak senonoh padaku. Tidak
pernah dia secara eksplisit maupun implisit mengutarakan keinginannya untuk
menikmati “saat indah” bersamaku. Kebanyakan lelaki Afrika sangat meyakini
kemampuan mereka menggoyang perempuan di ranjang. Didukung dengan pandangan masyarakat
yang percaya mitos kekuatan pria Afrika di ranjang, membuat mereka makin mengandalkan
aspek ini. Dari segala perbincanganku dengan banyak dari mereka, terkesan bahwa
sekali kau menjajalku, sayang, kau tidak akan pernah lupa. Karena aku akan
membuatmu melayang ke langit ketujuh, membuatmu menangis bahagia karena puncak
yang tidak akan pernah kau rasakan dengan lelaki manapun. Dengan keyakinan ini
maka kebanyakan pria Afrika akan menggiring perempuan Indonesia, yang
kebanyakan tidak memahami bahwa kepuasan seksual adalah hak mereka, Bahwa
hubungan seksual adalah kegiatan setara di mana kedua pihak saling memuaskan
dan bukan hanya perempuan yang memuaskan pria, ke arah janji pemuasan seksual.
Alat kelamin mereka yang rata-rata (hmm ada juga kok yang kecil dan membuatku
sangat kecewa karena membatalkan mitos hahahaha) berukuran besar, acap kali
menjadi barang andalan dan percaya atau tidak, banyak perempuan yang jatuh dan
sanggup melakukan apa pun demi mencicipi barang indah yang dijanjikan hanya untuknya
seorang (yeah yeah yeah) Tapi Jonah berbeda. Seolah pemain yang sangat ahli,
dia melihat betapa aku akan lebih mudah dijatuhkan dengan pameran kecerdasan.
Bahwa dengan terus membombardirku dengan diskusi diskusi cerdas maka aku akan
jatuh cinta npadanya. Dan itu tujuan utamanya untuk saat ini, membuatku jatuh
cinta.</span><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></span></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-76066430420351046052014-11-18T22:40:00.000-08:002014-11-18T22:40:54.022-08:00Bersyukur atas apa yang kita miliki..<div class="MsoNormal">
Malam sudah beranjak pagi, meski kami terbungkus aman di dalam mobil, ditemani negung AC dan suara lirih musik, tetap saja aku bisa merasakan nyamuk nakal yang ingin juga berbagi nyaman dengan kami. Aku dudukmendengarkan lelaki ini berbicara panjang lebar dengan penuh
emosional tentang kekasihku yang menurutnya begitu bodoh. Membandingkan
hubunganku dengannya, dengan hubungannya sendiri dengan kekasihnya. Betapa
inginnya dia memiliki perempuan sepertiku di sampingnya, betapa akan luar biasa
hidupnya apabila berkat TUHAN dalam bentuk perempuan sepertiku ada di sisinya.
Membuatku berpikir, pasti di saat yang sama, di waktu yang berbeda, kekasihku
juga mengatakan hal yang sama. Betapa rindunya dia memiliki perempuan yang
seperti sosok lain, yang lebih supportive, lebih memahami, lebih cantik, lebih
bisa dipamerkan, lebih.. lebih.. lebih<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan anganku melayang...<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku mengalami hal yang sama..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku yang menurut mulut lelaki ini nyaris sempurna sebagai
perempuan dan sebagai kekasih, namun pada nyatanya kekasihku pun mengeluhkan
hal yang sama. Dia dengan terbuka mengungkapkan ketidakmungkinan kami untuk
menikah karena aku dianggapnya tidak cukup baik untuk dijadikan istri. Dia
sampaikan bahwa segala yang ada pada diriku sangat dia sukai tapi untuk menjadi
istri adalah sebuah ketidakmungkinan. Aku adalah perempuan luar biasa dalam
hidupnya namun tidak cukup layak untuk dibawa ke hadapan TUHAN dan dijadikan
pendamping dalam cinta TUHAN.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bagi perempuan mana pun kurasa, bahkan bagiku yang sampai
saat ini belum berpikir untuk kembali mengikatkan diri ke dalam tali
pernikahan, pernyataan ini sangat menyakitkan. Sebuah pernyataan yang langsung
membuat perempuan manapun memandang ke kaca dan mencoba melihat apa yang salah
dalam dirinya. Mengapa dia begitu kotor dan buruk hingga tidak layak untuk
digenggam di depan TUHAN? Acap kali pertanyaan itu membuatku tenggelam ke dalam
perasaan-perasaan tidak berharga yang susah payah aku kikis pasca perceraianku.
Mana mungkin dia mengatakan itu, di saat banyak orang lain, tak hanya lelaki,
yang dengan tegas menyatakan kekaguman dan pengharapannya atas hubungan kami.
Atas segala yang aku kerjakan untuk dirinya, demi membuatnya nyaman dan tenang
dalam hubungan kami. Apa yang salah? Apa karena mereka punya maksud tersembunyi
sehingga mengatakan hal yang ingin aku dengar? Tapi bagaimana dengan para
perempuan yang juga mengatakan hal yang sama?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu aku tersentak, bukankah aku juga mempertanyakan hal
yang sama? Saat aku melihat dua kekasih bercengkrama dan bercanda. Berjalan berduaan,
duduk di bar bersama, saling pandang, saling kagum. Saat lelakinya
memperkenalkan perempuannya dengan bangga, aku juga mengajukan doa yang sama. Andaikan aku memiliki kekasih seperti dia, betapa bahagianya. Mengapa aku
tidak layak mendapatkan kekasih sebaik itu, pandangan kagum seperti itu. Cinta
sedalam itu, apa salahku, apa dosaku? Mengapa aku tidak bisa mendapatkan apa
yang dia dapatkan, sementara aku tahu, aku lebih baik bahkan lebih segalanya
dari orang itu. Apa yang salah dengan diriku? Kenapa dia yang aku tahu bodoh,
menuntut dan tidak tulus mencintai, bisa mendapatkan lelaki yang memujanya.
Lalu aku tersentak lagi, hmm kemungkinan besar, perempuan itu dan lelakinya
sedang sibuk mengatakan hal yang sama pada dirinya sendiri atau pun pada orang
lain.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pertanyaan demi pertanyaan tentang ketidaksempurnaan
pasangan maupun hidup kita acap kali membawa kita pada pergumulan yang
sebenarnya tidak perlu ada. Pertanyaan apakah kita tidak cukup baik untuk
kehidupan yang dimiliki orang lain yang dalam pandangan kita indah dan luar biasa,
hanya akan membawa kita terpuruk dan mempersalahkan diri bahkan TUHAN. Kita
lupa melihat betapa TUHAN memiliki rencana besar dalam hidup kita, betapa TUHAN
sedang membentuk kita dan menyiapkan kita untuk berkat besar yang akan datang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Apa pun luka yang dilemparkan kekasih hatiku padaku, tiap
kali aku renungan, semua itu bak suara TUHAN yang mengingatkanku atas kesombonganku,
atas keyakinanku bahwa segalanya terjadi karena kekuatanku, keyakinan bahwa aku
kuat dan mampu hadapi semua, hanya AKU. Bahkan saat kekasih hatiku menghajarku,
memukul dan menghancurkan segala martabatku sebagai perempuan mandiri yang
sampai di usianya yang ke-40 masih berdiri di dua kakinya sendiri dan melindungi
dirinya dengan sekuat tenaga. Aku dihadapkan pada perasaan tidak berdaya akut,
yang aku tidak pernah tahu bisa ada dalam diri kita. Aku tahu teori membela
diri, aku tahu teori melawan dan mengalahkan, tapi saat tangan indah itu dia
gunakan untuk menghantam wajahku, saat kaki yang aku puja bentuknya itu dia
gunakan untuk menginjak dan menendang tubuhku, aku terpuruk, aku hanya bisa
diam dan menyebut nama TUHAN, aku bahkan tidak mampu menangis. Saat itu aku
sadar, betapa lemah aku ini, bukan di depan manusia tapi di depan TUHAN. Betapa
selama ini aku salah sudah begitu sombong dan menepuk dada berkata aku mampu menghadapi
dunia ini sendiri. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Aku salah..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
TUHAN terus membentuk kita lewat orang-orang yang kita
temui, lewat kejadian-kejadian yang kita alami, pertanyaannya hanya apakah kita
meluangkan waktu untuk berdiam dan memikirkan semuanya. Menarik pembelajaran
dari segala yang kita alami. Merenung dan menurunkan ego kita untuk benar-benar
melihat, apa sebenarnya yang sedang TUHAN coba ajarkan dari peristiwa ini. Bukan memikirkan rencana apa yang sedang TUHAN jalankan, tidak perlu kita
tahu itu, cukup percaya bahwa rencana DIA pasti indah. Namun kita perlu tahu
dan belajar, apa yang sedang diajarkan TUHAN pada kita. Bagian mana dari sifat
manusia kita yang perlu diubah. Bagian mana dari sisa kesombongan kita yang
perlu dikikis. Hanya dengan pemahaman itu maka kita bisa melihat dan bersyukur
atas segala yang kita alami dan kita miliki. Karena mereka adalah bagian dari
rancangan besar TUHAN atas diri kita dan rancangan itu pasti indah..<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan aku memandang kekasih hatiku dengan penuh kasih..<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sayangku, kau adalah anugerah yang indah. Dengan segala marahmu,
segala cacimu, segala usahamu untuk menghancurkanku. TUHAN mengizinkanmu
tinggal dalam hidupku untuk membentukku menjadi lebih baik, menyiapkanku untuk
berkat besar di ujung pelangi. Seperti juga, DIA izinkan aku tetap ada dalam
hidupmu untuk membentukmu, menyiapkanmu untuk berkat besar di ujung pelangi.
Doaku adalah kau lah ujung pelangiku, dan aku lah ujung pelangimu..<o:p></o:p></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-25616936013450537962014-11-14T19:14:00.002-08:002014-11-14T19:14:55.884-08:00Renungan hari iniHari ini hatiku dipenuhi dengan kasih dan karunia.<br />
<br />
Sembari mengetik mengerjakan tugas terjemahan yang tenggatnya besok pagi, aku tak bisa berhenti menangis dan merangkup tangan berterima kasih pada TUHAN. Terasa benar kehadiran-NYA dalam hidupku beberapa tahun ini.<br />
<br />
Meski secara duniawi kehidupanku memburuk..<br />
<br />
Aku dibuang oleh keluarga inti maupun keluarga besarku. Tidak ada satu pun dari mereka yang mau berbicara dan bahkan peduli dengan kami sekeluarga, karena pilihan jalan hidup kami yang berseberangan dengan mereka. Aku hidup di negaraku sendiri tapi sejatinya aku sendirian. Aku hanya punya teman-teman yang datang silih berganti dan tanpa satu pun keluarga yang menemani. Persis sama seperti yang kita alami dan rasakan jika kita berada di negara orang.<br />
Hari-hari besar kami lalui bertiga, tanpa siapa pun yang bisa dikunjungi atau pun berbagi bahagia. Hanya kami dan TUHAN, hanya kami dan kemandirian kami, hanya kami dan ketegaran kami.<br />
Aku tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Meski aku tengah melangkah maju dengan mendirikan perusahaanku sendiri. Berjuang untuk mendirikannya dan menyerahkannya pada TUHAN, namun secara duniawi, di usiaku yang ke-41 ini, aku tidak berada di zona yang seharusnya. Banyak teman yang sudah mencapai angka pendapatan tertentu, sudah berada di posisi nyaman tertentu, sudah melengkapi diri dengan perangkat indikator sukses duniawi tertentu.<br />
Sedang aku? Aku masih di rumah kontrakan, masih merintis pendapatan, masih hidup dari satu pemasukan kecil ke pemasukan kecil yang lain, tidak bisa dengan pasti menujukkan ruang kantor atau pun ruang bekerja. Setiap hari berkelana dan berkelana.<br />
<br />
Aku tidak memiliki suami. Ya, aku punya kekasih yang sudah menemaniku selama 3 tahun ini. Tapi kekasihku ini berulang kali menegaskan ketidakinginannya untuk menikahiku. Terus membombardirku dengan kalimat yang mengingatkanku pada masa-masaku menikah. Rasa tidak berharga, rasa bukan pilihan terbaik, rasa semua hanya karena terpaksa.. Rasa-rasa yang menghancurkan semua relung jiwa. Rasa yang aku putuskan untuk tinggalkan dan membuka lembaran yang baru.<br />
Bagi duniaku, aku bukanlah perempuan panutan. Aku tidak memiliki keluarga yang utuh. Tidak tinggal di sebuah "rumah" yang dilengkapi dengan ayah, ibu dan anak. Tidak atau belum berpikir untuk hidup tenang dan mengabdi saja pada seorang pria. Sering kali ditanyakan apa yang aku cari sebenarnya, di saat semua indikator itu sudah aku miliki, aku malah melepaskannya. Memilih untuk hidup seolah aku masih muda. Ditanyakan apakah semua ini aku lakukan karena ketakutanku dan bahkan penolakanku atas masa tua ataukah hanya sekedar kebodohanku semata.<br />
<br />
Tapi, air mataku sejak pagi tidak bisa berhenti. Dadaku terasa penuh dan hendak meledak. Penuh dengan rasa syukur dan terima kasih atas penyertaan TUHAN padaku yang tidak henti. TUHAN sudah begitu baik dan begitu kuat menopangku.<br />
<br />
Meski keluarga meninggalkanku, DIA terus mengingatkan bahwa bukan mereka tonggak hidupku tapi DIA. Selama aku hidup di jalan-NYA, DIA akan terus kirimkan keluarga baru.Orang-orang yang datang dan pergi adalah utusan-NYA. Sebagian diutus untuk aku layani dan sebagian diutus untuk melayaniku. Karena fokusnya adalah TUHAN, maka sosok di depanku tidak lagi menjadi masalah. Tidak lagi timbul tangisku atau raguku apabila salah satu teman pergi dan datang teman baru lagi. Tidak lagi aku habiskan waktu bertanya apakah aku tidak cukup baik untuk menjadi teman, karena TUHAN tidak pernah pergi. Karena DIA menjadikanku teman-NYA, lewat kedatangan beragam orang yang membantuku bertumbuh, membantuku berkembang. Yang lewat kata dan tindakan, menunjukkan padaku kasih-NYA yang tiada banding.<br />
<br />
Meski tidak ada pemasukan yang pasti, TUHAN nyatanya selalu mencukupi. DIA perpelan langkah hidupku agar aku punya lebih banyak waktu untuk beristirahat dan berpikir. Untuk mendengar dan merenung. Untuk punya waktu mendengar dan melayani mereka yang dikirimkan TUHAN padaku. TUHAN ingin aku mengatur kembali langkahku dan menjadikan DIA pusat dari segalanya.<br />
Semula sulit sekali bagiku menyesuaikan diri dari putaran kehidupan yang cepat dan tiba-tiba aku punya banyak waktu luang untuk puasa, berdoa dan belajar. Tiba-tiba aku bisa bangun lebih siang, dan tidur lebih malam. Pertanyaannya untuk apakah kemewahan ini aku lakukan? Untuk kehidupan duniawi atau TUHAN.<br />
Kini aku bisa lebih sering hadir di pelayanan, meluangkan lebih banyak waktu bersama orang-orang yang menginspirasiku akan TUHAN. Belajar, berpikir dan merenungkan hal-hal baik yang aku lihat di sekitarku.<br />
<br />
TUHAN mengubahku<br />
DIA sentuh aku dengan lembut<br />
DIA ingatkan perlunya aku meluangkan waktu untukNYA<br />
DIA peluk aku dalam cinta-NYA sembari mengingatkanku untuk kembali ke cinta sejatiku..<br />
TUHAN YESUS-ku<br />
<br />
Meski tidak sempurna standar, hubungan kami yang sudah kami jalin selama 3 tahun mengalami kemajuan pendewasaan luar biasa. Terutama dari sisiku. Lewat lelaki ini aku belajar tentang kesabaran dan penerimaan. Belajar tentang tidak memaksakan kehendak diri melainkan memasrahkan diri dan membiarkan kehendak TUHAN yang berlaku dalam hidup kami.<br />
<br />
Percayalah, ini sangat sulit.<br />
<br />
Membiarkan dan melepaskan hubungan dengan dunia atas pekerjaan, pertemanan, perkeluargaan dan benda lebih mudah dilakukan. Aku sudah bisa tenang dan melihat semua kejadian atasnya sebagai arahan TUHAN, sebagai cara TUHAN membelokanku ke arah yang seharusnya, saat langkahku sudah melenceng atau fokusku sudah keliru.<br />
<br />
Tapi membiarkan TUHAN beracara dalam cinta kita, itu sangat sulit. Sulit mengatakan TUHAN biar kuasa-MU yang bekerja dalam hubungan kami di saat hati kita berteriak ingin bertahan. Sulit mengatakan TUHAN, KAU tahu apa yang terbaik bagi kami, saat hati kita begitu menginginkan sosok yang kita cintai ini. Sulit mendoakan saingan kita dengan kebaikan dan berkat, di saat hati ingin menyumpah dan mengutuk.<br />
<br />
Karena itu aku kembali menangis atas anugerah TUHAN yang dibentukkan dari sosoknya. Dari hubungan inilah aku tahu bagaimana benar-benar melepaskan diri dari segala belenggu dan benar-benar memberi dalam nama TUHAN. Memberi yang tidak mengharapkan menerima, memberi hanya karena TUHAN sudah begitu banyak memberi. Menyerahkan segalanya ke tangan TUHAN dan mendoakan kebahagiaan serta kebaikan bagi perempuan yang selalu jadi sumber cemburuku. Berdiam dan bertahan pada sisi sabar di saat kekasih hati kita menggedor dan mendobrak, terus berkata lembut di saat usahanya untuk menyakiti makin kuat.<br />
<br />
Semua karena TUHAN...<br />
Karena tidak ada lagi yang penting dalam hidup ini selain memuaskan TUHAN<br />
Karena tidak ada lagi yang sanggup menjadi penopangku selain TUHAN<br />
Karena tidak ada lagi pengisi kekosongan selain ruh TUHAN<br />
<br />
Kembali aku katubkan kedua tanganku dan menangis..<br />
Oh TUHAN begitu besar setia-Mu padaku<br />
KAU selalu hadir dalam hidupku<br />
KAU selalu menopangku<br />
KAU selalu melindungiku<br />
<br />
Aku berpasrah, TUHAN<br />
Hidupku hanya untuk-MU<br />
<br />Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-74463717114457778852014-11-04T00:54:00.004-08:002014-11-04T00:54:58.525-08:00HARI ITU<div class="MsoNormal">
Jonah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Wajah
tampan kekasih hatiku itu tampak bersinar dan bahagia. Tak berapa lama
terdengar suara air dari dalam kamar mandi. Kekasihku mandi rupanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Baby”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Yes”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Please fix me a tea.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Ok, Sayang.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan malas aku bangun dan mulai mengisi air ke dalam pot pemanas
air listrik. Sambil menyiapkan mug yang biasa dia pakai untuk minum teh hangat
di pagi hari, aku bergerak membersihkan lantai. Mengumpulkan sisa tisyu dan
rambutku yang memang selalu rontok.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan mataku tertumbuk pada satu potongan plastik perak di
lantai. Aku ambil dan aku balik.. Tuhan!! Ini potongan pembungkus kondom. Merek
yang biasa dia gunakan untuk “bermain-main”. Hatiku tercekat. Kenapa ada
potongan kondom baru di kamar? Aku tahu semalam dia pulang pagi dan tidak
mengizinkanku menelepon untuk mengucapkan selamat malam. Hatiku berdebar,
kepalaku berputar. Satu sisi berteriak agar aku menyelesaikan ini dengan
garang. Ini dia, saatnya untuk benar-benar menyelesaikan semua tapi di sisi yang
lain ada suara yang melembutkan hati, mengingatkanku akan komitmen baruku atas
kehidupan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Baby,” panggilku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Yes?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Who used your room?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“What?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Did someone use your room
before?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“What do you mean?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Did someone have sex in your
room?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“No! What make you say that?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Cause I found this piece of
condom wrapper on the floor. Who used it here? You?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
“Baby, please. I don’t have sex
with other woman. I don’t. Stop telling me that. Where did you find it? Under
the bed?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“No, on the floor.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
“I did not do anything. I don’t know
how it got there. I don’t sleep with other woman. If I did, I will not be stupid to throw it on the floor, knowing that
you are coming over,” kata Jonah sambil keluar dari kamar mandi tanpa selembar
kain pun.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kekasihku ini selalu tampak indah. Badannya yang hitam pekat
bak langit malam selalu berkilat. Tubuhnya yang tidak besar tapi juga tidak
kurus, selalu menjadi pemandangan yang indah. Dan dia tahu benar itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“I don’t care if you sleep with
other woman, but please do not do it here. This is my place.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“But Baby..!”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
“I don’t want to argue nor fight,
just please, do not bring your toys into our room. I don’t care about other
women out side. But please, don’t bring other woman here.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku bergerak mematikan air panas dan menyiapkan mug untuk
tehnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Are you trying to pick a fight
with me this morning?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“No.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku berusaha agar suaraku tetap datar tapi tegas. Dan bukan
suara kesakitan atau marah.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Ok, Baby, I understand.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku memandang wajahnya dengan sedih dan berusaha keras untuk
tetap tampak tenang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
“Sayang, do you want me to put
half cold water to the mug, so that the tea will not be to hot? I know you want
to drink it right away.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Yes, please. Pour cold water,
ya.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Ok, Sayang,” dan selesailah
pertengkaran kami.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
The TV showed the image of an Indonesian sex worker who got killed
in HongKong recently. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Indonesian sex workers are look
alike all over the world,” kataku sambil lalu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“What do you mean?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
“I mean look at her. She was a
sex worker in Hong Kong and she looked exactly like your Nur.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Nur? What? You really want us to
fight?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“No, I am just saying. She looked
just like her. See?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“So she did not resamble you?”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“No. Look at her. They are really
look a like.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku tahu aku punya tujuan menyebutkan nama itu lagi. Jonah
tahu benar bagaimana perempuan itu menghubungiku dan menyatakan cintanya kepada
Jonah. Dan aku saat itu dengan tenang meminta Nur untuk tidak menghubungi aku.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Benar, aku berhasil. Jonah terdiam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku meneruskan kegiatanku membereskan tempat tidur.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Baby, I think its better for you
to change the sheets. It has stayed to long.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
“Oh ok,” aku kembali menarik
seprei yang sudah setengah selesai aku bereskan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah selesai, Jonah duduk di tepi tempat tidur dan kami berbicara
tentang lagu yang baru kami dengarkan. Jonah tampak lega karena aku tidak mengungkit
kembali masalah sobekan kondom tadi. Dia tersenyum dan membentangkan tangan
pertanda akan memelukku.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dan aku memeluknya, kepalanya tersembunyi di dadaku. Bak ibu
yang memeluk anaknya. Aku cium keningnya dan kubisikkan, “Baby, I love you.” Dan
Jonah pun menjawab, “I love you too.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dilepaskannya wajahnya dari pelukanku sambil tersenyum, “Your
smell will stay in my nose the whole day.” <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt;">
“That is good, cause I can smell
you any where, even when we have not meet for some days. Every time I pray, I
can smell your parfume. Every time I ask GOD to call you, you will call in a
matter of minute. So My Love, I will never leave. No matter what happen, I will
be here for you, to love you.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jonah tersenyum dan kami pun bergegas menyiapkan diri untuk
melanjutkan kegiatan kami hari itu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Meski hatiku masih sangat sakit, tapi kini aku melihat Jonah
bak anak kecil nakal. Makin keras aku menyudutkan kenakalannya, makin keras dia
akan membuktikan kekuatannya. Aku belajar bahwa lebih baik bagiku untuk diam
dan berdoa, lebih baik aku berkata tegas tapi tidak mengulang-ulang. Aku sudah
sampaikan pesanku bahwa aku tidak mau dia melakukan itu di kamar kami.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kenapa aku berkata demikian? Jonah adalah lelaki Afrika yang
datang ke negara ini demi uang. Tidak ada dalam kamusnya penghargaan terhadap
perempuan yang ada di sampingnya, bagi dia semua ditujukan untuk anak dan
keluarganya di Afrika. Di sini, perempuan baginya hanya alat untuk mencapai
tujuannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Fakta bahwa kami masih bersama selama 3 tahun ini juga hal
baru baginya. Kami melalui banyak aral dan melintang tapi masih tetap bersama.
Dia mengira hubungan kami hanya akan bertahan beberapa bulan saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Darinya aku banyak belajar tentang kesJonaharan, tentang
penerimaan, tentang kepasrahan. Belajar tentang menghilangkan kesombongan dan
perasaan bahwa aku lebih berharga dari ini. Padanya aku ajarkan tentang cinta
yang tidak menuntut. Selama tiga tahun, aku hanya memberi dan memberi, tidak
sekali pun menanyakan balasannya. Aku disebut bodoh dan dungu tapi dalam tiap
hubungan yang aku baca di status teman-temanku atau pun di kisah mereka, aku
melihat kebodohan yang sama meski dalam derajat berbeda. Maka itu bukanlah
kebodohan, itu hanya cinta.. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Apakah lelaki yang kita cintai itu pantas menerimanya? Bukan
aku atau kalian yang bisa menilainya,
melainkan TUHAN. DIA akan melihat dan mencatat semua kasih sayang kita dan
ketulusan kita, dan DIA yang akan menyentuh hati lelaki kita atau membawa kita
ke hati yang lebih suci. <o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saat ini yang aku lakukan hanya diam dan berdoa, aku
curahkan waktu dan tenagaku untuk melayani TUHAN. Aku berhenti membela diri dan
berhenti menepuk dada. Sekarang aku membiarkan TUHAN menuntun hidupku dan
memberikan tameng pelindung ke tangan-NYA. Dan aku tahu TUHAN bekerja dalam
hidupku dan dalam hidup Jonah.<o:p></o:p></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-66066379180708706992014-07-04T03:28:00.000-07:002014-07-04T03:28:14.571-07:00MENGGAPAI CINTA YANG BARU<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Semoga Anda bisa menangkap makna dari kisah kali ini..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dalam suatu masa, baju yang melingkupiku terasa menyesakkan. Begitu banyak atribut yang diberikan dan dipaksakan dalam baju ini. Untuk kemudian dijadikan ukuran untuk menilai, memeriksa dan pada akhirnya menghakimi. Bagi mereka yang sudah lama mengikuti alur berpikirku, mungkin sudah bisa menebak betapa aku bukanlah perempuan dengan pemikiran yang "normal" (jika normal itu memang ada). Maka makin banyak atribut diberikan, makin besar peluangmu untuk melihat betapa tak sesuainya aku dengan lingkunganku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dan pada satu titik, aku gerah, lelah dan marah lalu kutanggalkan bajuku. Aku biarkan diriku telanjang dan menjadi hanya diriku sendiri dihadapan YANG SUCI. Meski aku tak melihat ada kedamaian, tak melihat ada keutuhan dalam kondisi telanjangku. Namun setidaknya aku bebas dari penilaian dan penghakiman. Dan ketelanjangan itu berlangsung cukup lama. Di masa itu aku terlindungi dari segala rasa, karena memang tidak berasa. Bukan damai tapi kebas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Lalu dipertemukan aku pada sosok kelam yang begitu indah. Kelam ini menjalani hari-hari yang terkadang begitu menyulitkan dengan senyum dan ketenangan. Semua karena keyakinan luar biasanya pada satu dzat. Dan aku cemburu.. Tuhan mana yang membuat dia terus menunduk dalam doa, dalam kepasrahan meski kesulitan menghimpit. Tuhan apa yang bahkan dalam mabuknya pun dia ingat dan tidak ingin dia tinggalkan? Aku merindukan kedekatan itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dan aku pun bergerak mengenali TUHAN ini. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Perkenalan kami luar biasa. TUHAN ini seolah memahami semua keluh kesahku. Bahasa kami sama, DIA memahami semua air mataku. Tidak ada sedikit pun penghakiman dalam kata-kata-NYA. Tidak ada perajaman dalam ajaran-NYA.Dan aku bersimpuh dan menangis. Tertarik makin dalam ke dalam pusaran kasih dan cinta-NYA. Ke dalam kehangatan yang aku rindukan. Di dalamnya kutemukan cara, kutemukan jalan untuk melepaskan semua amarah dan kecewa yang menggelayuti jiwaku selama ini. Kecewa pada orang-orang di sekitarku, terutama kecewa pada diriku sendiri atas kegagalan demi kegagalan yang aku alami dalam hidupku. Di dalamnya kutemukan cara untuk berdiam dan menerima segala caci dan maki yang selama ini jadi duri dalam hatiku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dan aku berpasrah...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Meski aku tahu apa yang akan aku hadapi saat menyatakan diri menerima cinta yang sejak kecil diajarkan untuk dijauhi. Apa yang akan terjadi dan bagaimana orang-orang di sekitarku akan bereaksi apabila cinta ini aku kabarkan. Apabila kebahagiaan ini aku pancarkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tapi TUHANku sudah begitu baik, sudah begitu luar biasa... dan aku memutuskan mengabarkannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hari ini, hampir setahun setelah kabar itu aku sampaikan. Aku sudah ditinggalkan banyak hal. Aku ditinggalkan oleh ayah yang begitu aku sayangi. Beliau menolak menerima fakta bahwa aku lebih damai saat ini. Beliau ingin aku menunduk dan mengangguk menyatakan pilihanku keliru. Beliau tegas menolak untuk bahkan mencoba memahami, apa yang menjadi gelisahku, mengapa TUHAN ini begitu mengagumkan bagiku. Beliau begitu yakin aku telah disesatkan oleh kelamku, oleh hasratku.. Oh sedihnya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku kehilangan banyak teman. Teman yang dengan yakin menuduhku telah dibutakan dan dibodohkan. Yang dalam ketakutan mereka untuk melihat kebenaran di mataku, telah menolak untuk bahkan mengenalku. Bagi mereka aku adalah perempuan pintar yang terjerumus dalam kebodohan. Hanya karena aku membuka diri dan menyatakan menerima cinta yang berbeda dari cinta yang mereka kenal. Mereka menantang untuk membuktikan kebodohanku, sementara aku tidak tertarik untuk membuktikan kepandaianku. Oh, pedihnya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku kehilangan pendar cinta kekasihku yang dulu begitu menyala. Sungguh ironis, di tengah prejudis orang yang menyatakan cintaku ini hanya karena dia, sang dia pun mempertanyakan penerimaanku atas cinta ini. Berkali-kali dia merasa tak nyaman dan tak aman, karena berbagai pertanyaan duniawi terkait cintaku ini. Apakah aku begitu ingin dia nikahi? Apakah ini pembuktian bahwa aku lebih baik dari wanitanya di seberang sana? Apakah aku cuma mencoba untuk menunjukkan kesalahan dan kesalahannya? Dan di tengah ketakutannya sendiri, dia menjauh dan menjadi kasar. Sampai suatu waktu kekesalannya dia tumpahkan sejadinya padaku dan aku tersurut.. Aku menakut.. Dan aku menciut..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Dan kemudian pekerjaan yang begitu aku cintai, perusahaan yang begitu aku banggakan, tiba-tiba melihatku dengan mata yang bahkan tidak pernah aku kenal sebelumnya. Sampai di fakta bahwa aku harus meninggalkan entiti yang aku cintai dan aku banggakan. Dan aku dihempas dengan hempasan penolakan yang luar biasa menyakitkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Sangat mudah bagi manusia untuk melihat betapa semua kejadian itu adalah bukti bahwa pilihan cintaku sudah salah.. keliru.. menyesatkan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Tapi dalam kesakitanku, aku menemukan kedamaian dan kepasrahan luar biasa. Sesuatu yang belum pernah aku alami sebelumnya. Sakitku lebih pada sedih dan bukan marah. Sakitku lebih pada rindu dan bukan dendam. Aku menerima segala sakit ini sebagai konsekuensi penerimaan CINTA yang jauh lebih indah dan luar biasa dibandingkan cinta mana pun. CINTA itu sudah mengorbankan segalanya, demi membebaskanku dari rasa sakit dan dosa. CINTA itu sudah begitu suci menempatkan dirinya sebagai martir, membiarkan diri sucinya disiksa dan dihinakan, demi aku yang bahkan belum dilahirkan di masa itu. DIA mengingatku dan memikirkanku, di saat tubuh suci-NYA dihancurkan dan dipermalukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Bila mengenang itu semua, segala derita dan penghinaan ini serasa tiada apa-apanya. Cinta duniawi tidak akan memberiku bahagia kekal abadi, maka kehilangannya bukanlah sesuatu yang fatal. Udaraku tengah dibersihkan, jiwaku tengah dimurnikan. TUHANku ingin aku bertumbuh dalam kasih-NYA dan benar-benar menjadi alat-NYA. Benar-benar menjadi kekasih-NYA. Dan benar-benar mati dalam kehidupanku yang dulu dan bangkit kembali dalam kehidupanku yang baru. Aku tengah DIA baptis.. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Aku merindukan kalian semua... tapi kalian semua bagian dari masa lalu, dari hidupku sebelum CINTA ini datang. Sebelum TUHAN ini menjadi kekasih jiwaku. </span></div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-81222702859415955332013-03-04T03:54:00.000-08:002013-03-04T03:54:35.315-08:00Bangun dari dunia sempurnaku..<div style="text-align: justify;">
Belahan jiwaku menemukan hidupnya yang baru. Kabar itu datang dari anak sulungku yang terkejut dibawa ayahnya melamar pujaan hatinya. Anak kecilku tidak berkata apa pun dan hanya bersikap acuh seperti biasanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tinggal ibunya yang tercenung lalu menangis..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan aku bingung..</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa asal rasa tersayat ini? Rasa kehilangan kah? Rasa sesal kah? Mungkinkah itu yang aku rasakan? Sedang bagiku rasa itu sudah menyurut dua tahun sebelum kami berpisah dan menyurut sampai titik batas hampir pupus..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu mengapa air mata ini tidak mau dihentikan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sahabat konselorku membantuku menganalisa perasaanku sendiri, dari mana asal rasa itu? Dari belakang punggungmu? Terasa nyeri menusuk ataukah dari luka di dada? Menganga dan berdarah?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh itu aku tahu, rasa nyeri itu ada di dada depan, menganga, berdarah :( </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu dikatakan bahwa bukan, bukan karena merasa dikhianati tapi merasa diremehkan..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, benar...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagiku, dalam benakku yang masih ketakutan membayangkan sebuah pernikahan, jika suatu saat nanti TUHAN menggerakkan hatiku untuk menikah kembali, aku melihat begitu banyak langkah yang perlu aku lakukan, terutama untuk menjaga hubungan baik dengan ayah anak-anak dan menjamin hati anak-anak bahwa perceraian bukan berarti akhir dari hubungan orangtua antara kami dengan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seharusnya ada diskusi antara kami dengan anak-anak, mempersiapkan dan membicarakan perasaan serta ketakutan mereka. Karena hidup ini bukan lagi milik kami sendiri, melainkan juga milik anak-anak. Ketakutan mereka lebih penting dibanding ketakutan kita. Begitu kita memutuskan untuk menikah, berarti kita udah memahami dan siap menghadapi ketakutan kita tapi bagaimana dengan anak-anak? Mereka yang masih terluka dan tersakiti oleh perceraian dan perpisahan kami, jelas membutuhkan lebih banyak persiapan. Berapa banyak dari mereka yang beruntung bisa memahami alasan perpisahan kedua orangtuanya? Kebanyakan dari mereka berada pada tahap menerima, karena merasa itu bukan hidup mereka. Karena melihat itu di luar kuasa mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seharusnya ada diskusi antara kami dan calon keluarga baru tersebut, karena kami akan menjadi satu keluarga besar, terikat oleh anak-anak. Karena masih-masing dari kami akan menerima tanggung jawab besar, menjadi bagian penting dari kehidupan anak-anak yang bukan berasal dari mani atau rahim kami. Perlu ada perkenalan secara dewasa untuk menunjukkan pada ibu atau ayah kandung (mantan istri/suami) bahwa kita tak hanya datang dan merengguk hidup dengan sang mantan tapi menerima seutuhnya kehidupan pasangan kita di masa lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian perlu ada pertemuan antara sang calon dengan anak-anak. Pendekatan yang sangat rapuh dan hati-hati. Memahamkan bahwa kehadiran kita bukan hendak menggantikan ibu atau ayah kandungnya, melainkan menjadi ibu tambahan, teman, saudara dan segala yang indah yang akan membuat keluarga kecil unik kami menjadi lebih kaya, Bahwa kehadiran kita bukan ancaman tapi memperkaya. Lalu dibuatlah diskusi kecil menyatukan dua keluarga baru, acara menyenangkan dan santai yang mudah dipahami kedua anak kami</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan aku melenguh..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konselorku mengajakku bangun dari hidup sempurnaku. Bahwa sudah saatnya aku berhenti berusaha membuat segalanya sempurna karena sebuah hubungan berlaku dua arah. Tidak bisa dan tidak akan bisa aku berjuang sendiri mendekatkan anak-anak dengan ayahnya apabila sang ayah tidak memahami pentingnya semua bentuk komunikasi ini dan juga tidak mampu melihat dampak dari semua masalah itu bagi anak-anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan aku merunduk pilu..</div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-30943886510488450822012-04-17T17:26:00.001-07:002012-04-17T17:26:49.250-07:00Aku Perempuan yang Baik<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Orang selalu menyarankan kita untuk melangkah ke depan dan melupakan masa lalu. Namun mereka tidak menyadari betapa masa lalu itu menggelayut dan merenggut sebagian besar energi kehidupan justru karena hal-hal yang mereka lakukan. Meski berkali disebutkan untuk berjalan lurus dan melangkah tegap, tetap saja kita terus dibenturkan pada masa lalu, pada kesalahan, pada ketidaksempurnaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Bagiku yang terluka dan cacat akibat perceraian yang pernah aku jalani, gayutan terbesar adalah asumsi umum yang menyebutkan diriku bukanlah perempuan terbaik, karena aku menyerah, karena aku kalah. Aku tidak bertahan dan berdiri kukuh di samping lelaki yang dihadapan Tuhan kukatakan akan kujaga dan kucinta. Karena aku tidak lagi menggenggam tangan seorang pria yang menjadi ayah dari anak-anakku. Karena aku menyendiri, mandiri dan berdiri garang menyambut semua tantangan kehidupan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Selalu saja dipertanyakan mengapa aku tidak bertahan dan menjadi perempuan kesayangan Tuhan. Perempuan yang bertahan, yang menggenggam dan terus berjuang di tengah badai yang mendera. Selalu saja dipertanyakan sudahkah aku merenungi hal-hal yang luput aku perhatikan, yang belum aku perjuangkan, yang lupa aku pertahankan dalam perjalananku mencintai pasangan hidupku. Kembali, pasangan yang dihadapan Tuhan pernah aku katakan akan aku cintai dan dukung seumur hidupku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Selalu saja mereka memandang heran dengan raut riang dan langkah ringanku. Hei, Perempuan, sudahkah kau merenung dan melihat ke belakang. Sudahkah kau memohon ampunan dan kembali menjadi perempuan yang baik. Sudahkah?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu. Tidak mungkinkah bahwa pada setiap perempuan yang memilih untuk berpisah, padanya telah dicobakan segala daya dan upaya. Tidak mungkinkah bagimu bahwa dia sudah mencoba segala yang dipikirnya bisa dilakukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Jika ditanya apa yang belum aku lakukan untuk pernikahanku, sering kali aku tercenung. Aku tahu, jawabannya adalah aku tidak mencintai diriku sendiri. Aku membiarkan segala tuntutan budaya dan dunia membuatku hilang dan mengabur. Aku melakukan segalanya dengan ketakutan akan kesendirian, ketakutan akan ditinggalkan, ketakutan akan dicap perempuan tidak baik. Dan akhirnya aku berusaha, berusaha, berjuang, berjuang, menghilang, mengabur, mengada, mendobrak, menjadi martir, menjadi tumbal, melupakan jiwa, melupakan asa.. Aku melakukan segalanya dengan pemahaman bahwa aku bukan perempuan baik jika suamiku memilih untuk pergi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Tidak terpikirkah olehmu saat kenyataan itu menghantam, saat semua daya upaya membentur tembok baja, saat semua ketakutan makin menjadi segala yang melemahkan, maka tiba saat bagi perempuan untuk membuat pilihan. Sebuah pilihan pilu dan menyakitkan, pilihan yang berat bukan kepalang, pilihan yang menyeretku ke dalam lubang depresi. Segala ketakutan, segala ketiadaan, segala yang aku percayai runtuh dan hancur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Tidak terpikirkankah olehmu bahwa keputusan itu begitu berat? Aku yang telah mengusahakan segala cara, menyerahkan segala hidup bagi pria yang begitu aku cintai selama hampir setengah waktu usiaku, tiba-tiba harus sendiri. Harus belajar menerima fakta bahwa segalanya sudah berakhir, bahwa usaha ini tidak mengarah ke mana pun. Bahwa aku membentur karang dan harus segera berbalik dan menuju arahan yang baru. Tidak terpikirkankah olehmu betapa sakit dan berat bagi seorang perempuan untuk bangkit dari keterpurukan dan rasa gagal akibat perceraian.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Tapi aku belajar, aku menegar, aku menguat.. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Apakah itu kemudian menjadikanku perempuan tidak baik? Apakah itu berarti aku tidak melaukan segalanya demi mempertahankan mahligai yang begitu aku banggakan? Apakah keputusan untuk berhenti mengusahakan sesuatu yang sia-sia akan terus menjadikanku perempuan gagal dan tidak disayang Tuhan?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Sahabatku, aku perempuan yang baik.. Banyak kesalahan pernah aku buat, banyak kemarahan telah aku lontarkan, banyak angkara pernah aku biarkan, banyak kebodohan pernah aku lakukan.. Tapi, <b>AKU PEREMPUAN YANG BAIK..</b> </span></div>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-12893237308747367072012-01-09T00:22:00.000-08:002012-01-09T00:22:23.701-08:00Genggam tanganku, jadikanku bagian darimu..<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Sambil mendengarkan Christina Perri berulang kali melantunkan lagunya tentang kebahagiaan dua makhluk yang menyingkirkan ketakutan dan keraguan demi bersatu menyatukan ikatan dalam sebuah pernikahan, pikiranku melayang pada ketakutanku sendiri akan sebuah hubungan. Sebuah kedekatan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Hati yang pernah terluka dan masuk dalam lorong gelap ini ketakutan dan memilih untuk menjaga jarak dari semua kedekatan dan hubungan. Berharap bisa sama sekali melepaskan diri dari kebutuhan akan adanya hubungan batin erat bersama seseorang dan mengarahkannya menjadi sebuah hubungan pertemanan yang tidak mengenal kata kecewa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Dalam perjalanan pencarian makna hubunganku, aku bertemu dengan banyak pribadi yang memaknai dan melindungi hatinya dengan cara-cara unik mereka. Salah satu yang menarik bagiku adalah pemuda tampan yang kukenal tak berapa lama lalu. Dalam kehidupannya yang terbilang sukses untuk usianya, berada jauh di negara orang namun telah berhasil memenangkan satu sisi peperangan. Hidup nyaman dan aman dengan segala kemudahan berkat kerja keras dan disiplin dirinya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Padanya kutemukan cara perlindungan diri dari luka dan duka akibat sebuah hubungan. Disampaikan bahwa dia tidak pernah meletakkan harapan pada manusia, bahkan tidak pada ayah dan ibunya. Tidak dia lekatkan hatinya lebih dekat dari Tuhannya agar tidak pernah dia merasakan kecewa. Manusia dipandang sesuai dengan keinginannya. Sebagai makhluk yang keberadaannya di dunia ini adalah sebagai pemberi bahagia. Tidak ingin dia melihat sisi menyebalkan atau negatif dari sosok manusia. Baginya itu bukan porsinya. Dilindunginya hatinya dengan menjauhkannya dari segala kedekatan cinta. Ditolaknya makna dan keberadaan cinta karena baginya tak masuk akal, mana mungkin cinta yang disebut sebagai sebuah keindahan dapat menghasilkan luka. Tak tepat rasanya saat sebuah rasa indah juga memiliki sisi buruk dan mengerikan yang bisa menyayat dan membuatmu jatuh ke dalam lubang kedukaan dan kenestapaan. Karena itu, katanya, dia akan selalu bahagia. Karena itu, katanya, manusia tidak akan membuatnya kecewa.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku juga menemukan cara perlindungan dari kegagalan hubungan dari teman-temanku yang masih berada dalam pernikahan. Banyak dari mereka yang menjauhkan diri dari kekecewaan dengan membagikan cintanya pada sosok yang lain. Dikatakan bahwa dengan demikian mereka mendapatkan cinta ekstra, perhatian ekstra dan kebahagiaan ekstra. Tidak diperkenankan salah satu dari kedua lelaki atau perempuan dalam hidupnya itu memberikannya duka. Saat kuangkat masalah kesetiaan, dikatakan bahwa pada kedua sosok itulah diberikan kesetiaan hatinya. Meski tidak juga mereka bersedia menerima sisi buruk dari kedua cintanya. Mereka hanya mengambil sisi baik dan kebahagiaan yang diberikan keduanya dan berlarian mencari kebahagiaan demi kebahagiaan hingga si selingkuhan berhenti memberikan kebahagiaan dan lebih banyak menawarkan kerumitan, maka dia akan digantikan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Lelaki yang tengah dekat di hatiku pun menawarkan bentuk lain tentang sebuah hubungan. Dimintanya aku menghargai waktu pribadinya untuk bekerja dan berjejaring dengan teman dan keluarganya. Di waktu-waktu itu adalah waktu di mana kami tidak muncul. Kami ada saat kami bersama dan hanya saat kami bersama. Tidak diperkenankannya aku menelepon sering, mengirim pesan singkat sering, atau lebih tepatnya tidak diperkenankannya aku menjadi lekat dengan hatinya. Dimintanya aku berdiri tegak di atas kedua kakiku dan hanya menjadi kami saat segala waktu dan perasaan memungkinkan. Satu sisi kebebasan itu memberiku banyak ruang untuk bekerja dan mengembangkan diri sebagai teman. Namun saat hati kita dilarang untuk melekat, saat dia begitu sibuk melindungi dirinya dari kemungkinan sakit yang bisa kuberikan, di saat aku pun sibuk menjaga hati agar tak terlalu lekat padanya. Apakah dapat dikatakan kami berhubungan? Dapatkan disebutkan akan adanya KAMI?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Bagiku ketiga cara itu hanyalah sebuah pengalihan. Tidak kita bisa merasakan kebahagiaan sejati sebuah hubungan di saat hati kita terlindungi di dalam sebuah balon dan tak tersentuh. Kurasa takkan pernah bahagia sejati itu kita dapatkan dari seseorang di saat kita menolak untuk mengambil resiko terluka. Melindungi diri dan memilih kebahagiaan semu dengan mengandalkan pikiran kita, tidak akan membawa kita ke pantai yang kita dambakan. Keinginan untuk mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan dari sebuah hubungan adalah juga menyatakan diri menerima resiko kedukaan dan kesakitan yang dapat ditimbulkan dari hubungan itu. Hanya pada sosok yang memiliki peluang untuk memberi kita sebuah kedukaan mendalam, dialah yang memiliki potensi luar biasa besar untuk memberikan kita rasa nyaman dan kebahagiaan yang mewakili kebahagiaan Illahiah. Sosok yang menggantikan kenyamanan peluk ibu, menggantikan keamanan peluk ayah dan keyakinan yang disorotkan Allah. Sosok yang sanggup membawa kita terbang menembus segala batas potensi kita, karena cintanya memancarkan keyakinan dan kepastian hingga membangun yakin dan percaya dalam diri kita akan potensi kita namun juga sosok yang sanggup menghunjamkan pisau perpisahaan dan membancarkan darah yang berujung pada kematian sementara jiwa kita.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Aku bak hendak menerjunkan diriku ke dalam lautan luas, di mana segala kemungkinan bisa terjadi. Di mana segala kebahagiaan bisa teraih namun juga segala bencana mengintai. Dan aku masih ketakutan..</span></span></div>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-51180086166140798682011-11-12T03:15:00.001-08:002011-11-12T06:58:37.629-08:00Aku dan Sebagian kecil sahabat terkasihku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaedPwukVmmNaikAT9WWcShmZ9y6otyB9BHacEvOMwoSVahChUAOdqD8Hi4_UryIibht9jZjdSXFMX8r88yIhce-z_qg6vjuOMUjWHXQi3qNyw8qhMxLOiUL1h-VqToIiQ2588PQs17kj5/s1600/Me+and+G.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaedPwukVmmNaikAT9WWcShmZ9y6otyB9BHacEvOMwoSVahChUAOdqD8Hi4_UryIibht9jZjdSXFMX8r88yIhce-z_qg6vjuOMUjWHXQi3qNyw8qhMxLOiUL1h-VqToIiQ2588PQs17kj5/s320/Me+and+G.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue", "Arial", "Helvetica", sans-serif;"><strong>Sahabat yang sangat melek fesyen.</strong></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue", "Arial", "Helvetica", sans-serif;"><strong>Dia yang mengajarkanku melihat kelebihan dan menonjolkannya.</strong></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue", "Arial", "Helvetica", sans-serif;"><strong>Terima kasih, Fajri Muslim. </strong></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXqDjptcxUWN6Y8mhZ3hcRLaPlMp6gIufl5DGlRu6JCab6xQY4NUJYfAZw1HfRek1DRpWn4iu_jKQty7ph_6wshDioT4LW0MqnkQxKBR1zuHdwj0vxR085UjFvVEBCLJHb-t9xcr9t9AMX/s1600/Me+and+Titis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXqDjptcxUWN6Y8mhZ3hcRLaPlMp6gIufl5DGlRu6JCab6xQY4NUJYfAZw1HfRek1DRpWn4iu_jKQty7ph_6wshDioT4LW0MqnkQxKBR1zuHdwj0vxR085UjFvVEBCLJHb-t9xcr9t9AMX/s320/Me+and+Titis.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<strong><span style="font-family: "Helvetica Neue", "Arial", "Helvetica", sans-serif;">Perempuan muda ini selalu membuatku kagum dengan kemandiriannya.</span></strong></div>
<div style="text-align: center;">
<strong><span style="font-family: "Helvetica Neue", "Arial", "Helvetica", sans-serif;">Masih sering terlarut dengan ketidakpercayaan dirinya namun kukuh</span></strong></div>
<div style="text-align: center;">
<strong><span style="font-family: "Helvetica Neue", "Arial", "Helvetica", sans-serif;">dan tahu apa yang diinginkannya.</span></strong></div>
<div style="text-align: center;">
<strong><span style="font-family: "Helvetica Neue", "Arial", "Helvetica", sans-serif;">I love you, Titis.</span></strong></div>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-83732144640440718322011-11-09T20:04:00.000-08:002011-11-09T20:04:18.885-08:00Aku dan hak reproduksiku<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Pagi ini ada sms menarik yang masuk ke nomor HP-ku. SMS dari rekan dosen Bimbingan Konseling. Teman cantikku ini mendapatkan pertanyaan dari salah satu mahasiswanya yang sedang Belajar Mengajar di salah satu SMA. Si mahasiswa mendapatkan laporan dari salah satu siswinya bahwa dia hamil. Baru satu bulan dan si siswi kebingungan harus bagaimana. Kutanyakan apa saran dia pada si mahasiswa, jawaban yang diberikan sangat melegakan, dia menyarankan untuk tidak membawa masalah ini ke guru lebih dulu, tapi membantu si anak membuat keputusan sadar atas janin di rahimnya, kemudian membantunya berbicara dengan pacar, orangtua dan kemudian gurunya. Sebuah jawaban normatif memang, tapi indah..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Dan anganku melayang ke perbincangan dengan Hana minggu lalu, gadis belia dengan otak dewasa ini dengan menggebu menceritakan kegiatannya yang tengah melakukan advokasi hak reproduktif pada anak-anak perempuan. Dalam kalimatnya disebutkan hak untuk mendapatkan kenikmatan seksual (hmmm)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Dua perbincangan ini memicu khayal dan pikirku, apa sebenarnya tindakan tepat jika kita sebagai orang dewasa dihadapkan pada situasi ini. Bagaimana menjawab dan melindungi mata ketakutan anak yang tiba-tiba dihadapkan pada pilihan kedewasaan. Betapa sulit dan berat pilihan yang harus dia lakukan dan betapa besar sesal dan takut yang terbeban di wajah muda itu. secara normatif, atau normalnya, kita akan memperlakukan situasi ini bak kriminalitas, di mana perlu diberikan hukuman berat baik secara fisik maupun lingkungan agar menjadi contoh mengerikan bagi pelaku atau calon pelaku lainnya. Biasanya akan dilakukan pemaksaan aborsi atau pernikahan yang berujung pada berhentinya siklus kemajuan si perempuan karena tidak lagi diperbolehkan meneruskan pendidikannya. Tinggallah dia dalam keterpurukan, sedih tak terkira, sesal tak terbayang dan keterkucilan yang menyakitkan. Di dalam semua kegelapan dan kengerian itu, si perempuan disudutkan dan dihentakkan pada tanggung jawab mengasuh bayi yang menjadi sumber segala keputus asaannya itu. Dan siklus sedih dan kecewa dan luka pun berlanjut dan kekal pada si anak..</span></div>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Ya, aku melihat wajah berkerutmu. Mempertanyakan sudut pandangku yang seolah menjadikan mereka korban dan bukan pelaku dari kesalahan mereka sendiri. "Kalau gak mau susah ya jangan dilakukan," henyakmu. "Itu akibat tidak mau mematuhi aturan masyarakat dan agama," teriakmu lantang.. Benarkah? Tepatkah?</span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Bagiku menyalahkan adalah sebuah hak istimewa yang bisa aku dapatkan saat semua syarat pencegahannya sudah aku lakukan dengan baik dan benar. Dalam kasus remaja SMA ini, apakah kita sebagai orang dewasa sudah membekalinya dengan segala pemahaman akan hak reproduksinya? Sudahkah kita menunjukkan padanya segala fakta dan konsekuensi fakta atas pilihannya terkait hak reproduksinya? Ataukan kita ajari dia dengan jargon dan bahasa abstrak tentang kenikmatan surgawi dan kengerian neraka?</span><br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Agama memang sangat penting, tapi keabstrakan agama sebagai dampak dari unsur kepercayaan dan keyakinannya tidak akan mampu membendung derasnya informasi dan rangsangan media modern yang kini menjadi asupan harian anak-anak kita. Ada jurang yang cukup lebar dan dalam antara ide-ide agama dan fakta informasi di kehidupan nyata. Diperlukan sebuah jembatan yang bisa membuat anak mudah memahami pesan dan kemudian menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan hidupnya, termasuk di dalamnya keputusan akan hak reproduksinya. Keputusan menggugurkan kandungan? Matamu terbelalak membaca, hatimu mengkerut menebak arah pikiranku..</span></div>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebuah hak reproduksi tidak berhenti dan berfokus pada dilanjutkan atau digugurkannya sebuah kandungan. Lebih awal dan lebih jauh, hak ini membantu manusia memahami dirinya dan memiliki kehidupannya. Tidak lagi seorang anak perempuan merasa perlu menyerahkan kegadisannya demi cinta anak lelaki atau anak lelaki menggauli perempuannya demi keperkasaan dan ketenaran atau bahkan cinta. Pada penerapannya, pemahaman akan hak reproduksi lewat pendidikan dan penyepahaman adalah tentang definisi, dampak dan juga konsekuensi logis dari setiap keputusan yang diambil. Tidak ditakuti atau dialun si anak dengan ancaman neraka maupun janji surga, melainkan ditunjukkan padanya fakta-fakta hidup yang akan mereka hadapi, diajak si anak berpikir dan menimbang untuk kemudian mengambil keputusan sadar terkait haknya atas reproduksi. Fokus perbincangan dan pendidikannya bukan pada kenikmatan seperti yang kini dipaparkan oleh media, tapi pada alur berpikir, logika pengambilan keputusan dan informasi faktual dan dapat dipertanggung jawabkan. Padanya kemudian bisa kita bebankan tuntutan untuk bepikir logis dan membuat pilihan cerdas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu bagaimana jika setelah semua itu kesalahan tetap dilakukan? Maka penghormatan dan penghargaan perlu kita berikan pada hal-hal yang sudah kita ajarkan. Serahkan keputusan kembali kepada si pemilik reproduksi, biarkan kembali dia menjalankan haknya dan tugasnya sebagai manusia dengan segala kebaikannya, kemudian pusatkan pikiran kita bukan pada si remaja yang sudah tergelincir tapi pada anak yang kini ada di dalam kandungannya. Dia lah yang menjadi pertimbangan kita. Saat kita memutuskan untuk mengucilkan, dibayangkanlah si bayi dalam kandungan, siapa yang akan memastikan segala gizi terpenuhi agar dia terlahir sebagai individu kuat yang akan membantu memperbaiki dunia ini. Saat kita memutuskan untuk menghentikan langkah berkembang sang Ibu, pikirkan bagaimana kemudian kelak, ibu yang putus asa, sedih dan penuh marah itu bisa membesarkan anak yang sehat, kuat dan cerdas? Hentikan lingkaran kesalahan dan kedukaan itu dengan mengubah paradigma kita dan melihat anak yang kemudian ada di dalam rahimnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Mari selamatkan anak-anak kita dengan menyadarkannya akan hak reproduksinya..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Anak-anakku, aku mencintaimu..</span></div>
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-70963563993063276622011-10-28T00:15:00.000-07:002011-10-28T00:15:12.286-07:00Aku dan dukaku..<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Hari ini cukup berat, setelah dengan tenang berpikir sejak semalam, akhirnya aku memutuskan menghentikan langkah cinta, selagi masih pagi hari dan masih pucuk bunganya. Tapi tentu sebagai perempuan, hatiku terusik dan terkulik. Sakit dan perih bukan buatan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu sahabat kecilku mengingatkanku untuk mengalihkan pikiranku agar tak terasa sedihku. Hmmm..jadi teringat diri lamaku, 2-3 tahun lalu. Aku yang begitu naif dan mudah terlarut. Air mataku begitu mudah jatuh dan membenamkan semua pikir dan nalarku. Di masa itu, setiap kali hatiku diusik, setiap kali ketenanganku digoyah, maka runtuhlah duniaku, runtuhlah dindingku. Tidak lagi aku bisa berfungsi dan berkarya seperti sejatinya diriku. Aku hanya bisa menangis dan membenamkan diri ke dalam luka dan dukaku, jatuh mengasihani diriku.. Itu dulu....</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Perlahan aku melihat betapa kejatuhan itu tiada berguna, betapa tangis kita tidak berarti apa-apa, tidak menghasilkan apa-apa. Tidak juga membuatku merasa lebih lega atau seperti kata pujangga, tidak juga aku merasa hatiku terbasuh dan menjadi bersih. Yang kurasakan hanya duka dan luka.. Terbenam dan terseret. Aku melihat dukaku itu juga tidak memiliki pengaruh pada dia yang melukai dan mengoyakku. Tidak lalu tangisku membuatnya menyesali atau bahkan mengubah apa yang sudah dilakukannya. Tidak juga dukaku itu membuatnya berpikir dan melihat dalamnya kasih dan peduliku padanya... Alih-alih, aku melihat senyum kebencian atau bahkan kepuasan..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Belahan hati yang kini pergi pernah berkata bahwa dia adalah pribadi utuh dan bahagia, karena itu tiada satu manusia yang bisa menyakitinya. Dia akan menilai semua hubungan yang terjadi, lalu pergi jika dirasa hubungan itu hanya membawa keburukan. Sebuah pendapat yang dingin, tapi banyak mengandung kebenaran. Di saat kita tahu bahwa diri kita adalah cukup, bahwa kita adalah kebaikan dan keberkahan, maka kehadiran orang lain hanyalah pelengkap. Dia menjadi tidak mempengaruhi kebahagiaan dan keutuhan kita. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Intinya sebenarnya pengendalian diri. Kapan kita bisa dengan cantik melebur perasaan dan logika ke dalam kehidupan kita. Kita bisa menyalakan dan mematikan sekelar perasaan dan menggunakan sisi yang paling tepat. Menjadi sosok yang sangat profesional di pekerjaan, dingin dan penuh logika namun berubah hangat dan penuh cinta saat bersama dengan kekasih-kekasih jiwa kita... Aku hampir berada di titik itu.. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Saat jiwa ini diperas dan diiris, aku sudah bisa menutupnya dan mengesampingkannya, untuk kemudian kugunakan logikaku untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada di depanku. Sayangnya, ini juga belum menjadi jawaban tepat dari kedewasaan yang kupertanyakan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Hidup ini tidak hitam dan putih, tidak pula bisa dimati dan nyalakan sesuai kebutuhan kita. Hidup kita terjalin dengan kehidupan banyak orang lain dan dalam kehidupan mereka itu terjalin pula hitam putih masing-masing. Sering kali, dalam perjalanan hubungan, posisi mati dan nyala itu tidak sesuai.. Saat aku menyalakan sisi cintaku, belahanku mematikan sisinya..maka timbullah masalah..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Lalu apa sebenarnya solusinya.. Nampaknya, seperti kata temanku dari India, bahwa kebahagiaan adalah pilihan. Sejatinya, latihan yang kita lakukan adalah untuk terus memilih menjadi bahagia. Lalu perlahan definisi kebahagiaan akan berubah, seiring usia dan pengalaman. Tidak lagi kebahagiaan itu menyangkut materi atau pun sosok manusia.. Bahagia kemudian bergeser pada pemahaman dan rasa syukur luar biasa atas kesendirian dan keutuhan diri kita pribadi. Bahagia bergeser pada kesempatan yang diberikan untuk diam di dalam kamar, merenungkan semua perjalanan dan membiarkan inspirasi baru merasuki relung. Seperti kata Rumi, mengosongkan jiwa dan memberi jalan bagi cahaya Ilahiah untuk masuk dan menerangi relung jiwa kita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Teruslah memilih untuk bahagia, memilih untuk membiarkan cahaya Ilahi itu menerangi dan menghanagatkan kalbu kita. Teruslah untuk memilih tersenyum dan menyingkirkan semua beban yang membuat senyum itu tidak terkembang..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Teruslah memilih bahagia dan menemukan definisi bahagiamu..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">Teruslah menjadi diri sejatimu..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-39342343100927274812011-10-22T22:10:00.000-07:002011-10-22T22:11:01.238-07:00Bertahan demi kalian, Anak-anakku..<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Setiap berbicara tentang pilihan untuk berpisah, perbincangan selalu mengarah ke anak-anak. Bahwa di tengah porak porandanya hati, terbelahnya jiwa, teralihnya rasa, sangatlah tidak tepat untuk mengambil pilihan berpisah. Terasa egois katanya.. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku jadi ingin terbang dan berandai menjadi anak.. Apa sebenarnya yang lebih nyaman bagiku, berada di lingkungan yang bagaimana? Ada di setting yang mana?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Sosok indah yang baru tiba dalam hidupku berkata, bahwa hal terpenting dalam hidup ini adalah membuat dirimu bahagia, hanya setelah kau bahagia maka kau bisa menularkan kebahagiaan itu pada mereka di sekelilingnmu... Pernyataan menarik yang masuk dalam logikaku kini..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu pikiranku melayang ke masa aku kecil.. Saat kedua orangtuaku mengambil pilihan normatif yang sama. Bertahan demi kami, anak-anak mereka, buah cinta mereka, kehidupan mereka.. Dan bagaimana aku sebagai anak, bagaimana aku berpikir, apa yag kurasakan di saat itu?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebagai putri kesayangan ayah, kemanjaan nenek dan kakek dan tumpuan kehidupan semua pihak, aku kebingungan. Aku yang sejak awal tidak diajarkan untuk merasa nyaman dengan kebohongan, dengan kemunafikan, begitu tersiksa melihat kedua orang yang paling dekat dengan hatiku, paling dekat dengan anganku memilih untuk menjadi dua makhluk tersiksa dalam panggung sandiwara tanpa penonton itu..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Semula aku tak paham saat pelantun berlagu "hidup adalah panggung sandiwara".. bagiku hidupku bukanlah sandiwara, dia adalah manifestasi dari perasaan, pikiran dan ide-ideku. Dia adalah wujud dari kesadaran dan kebanggaanku sebagai manusia, sebagai perempuan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi melihat mereka.. Bertahan di satu atap, bertahan di situasi menyakitkan, situasi memalukan, situasi memilukan.. untuk apa? Untuk kami? Apa yang kalian pikir kami, anak-anak pikir dan rasakan, saat melihat, merasa dan meraba luka di wajah ibu, lelah di paras ayah, luka di suara dan lantun keduanya? Apa yang menurut kalian kami rasakan, pikir dan bayangkan, saat melihat kedua orangtuanya menyunggingkan senyum palsu di depan orang asing, melantunkan kata cinta masa lalu, mendengungkan kekaguman masa dulu yang semua itu langsung pudar begitu keduanya menginjakkan kaki di rumah?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Ataukah kalian lebih mampu menyembunyikan perasaan kalian di depan kami anak-anak dibanding orangtuaku dulu? Ataukah kalian begitu yakin, kami anak-anak tidak bisa merasakan? Dari mana? Dari tatapan "bahagia" kami? Dari teriakan kanak-kanak kami? Kami memang anak-anak tapi tidak berarti kami tubuh kecil yang kosong.. Yakinkah kau bahwa kami tidak tahu? Yakinkah kau adalah tawa bahagia yang kami suarkan? Yakinkah kau adalah tatapan mata bahagia yang kami sorotkan? Ataukah hanya cara kami bertahan? Ataukah hanya cara kami memanifestasikan pemahaman kami akan hubungan kalian? Bahwa kami "tidak peduli"? Bahwa kami menafikkan luka dan duka yang berselimutm menafikkan kebingungan yang bergejolak?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Sampai usiaku menginjak remaja akhir, aku tetap bingung dan kebingungan itu membuatku kehilangan panduan dan arahan tentang apa sebenarnya sebuah "hubungan". Apa yang menjadikan sesuatu itu pantas dipertahankan? Mengapa aku perlu menjadi bagian dari sebuah hubungan? Dan sampai kini aku masih terus berlari dan mencari..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Lihat kembali anak-anak kalian, Sahabatku.. Bercerminlah di bening mata mereka.. Kejujuran kaliankah yang tampak atau ketidakpedulian mereka pada kebohongan kalian.. terutama pada hati nurani kalian..</span></div>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-65142194393111258472011-10-19T02:25:00.000-07:002011-10-19T02:25:18.972-07:00Aku adalah ibu..<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Banyak yang bertanya padaku tentang peranku sebagai ibu. Bagaimana aku memandang diriku dalam peranku sebagai ibu. Apa yang aku harapkan anakku akan lakukan di hari tuaku nanti. Ibuku pun sering berkata bahwa aku akan lebih memahami apa yang dilakukannya saat nanti aku sudah menjadi seorang ibu.</span><div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Kini aku seorang ibu, dari dua anak yang sangat aku sayangi dan aku banggakan tapi tetap, aku tak paham bagaimana seorang ibu bisa melakukan tugasnya dengan harapan anaknya akan membalas budi dan melayaninya di hari tuanya nanti. Bagiku hidupku adalah pengabdian.</span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam urusanku dengan kedua anakku, bagiku aku lah yang berutang budi pada mereka. Berkat merekalah peluangku menuju surga diperbesar. Berkat melahirkan mereka, aku diberi peluang untuk mencium wangi surga saat kumati. Bila aku berhasil membesarkan mereka menjadi manusia berguna, maka wangi budi mereka akan menghantarkanku ke gerbang keindahan.</span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagiku semua yang kulakukan adalah karena aku.. Karena aku merindukan kasih sayang Allah SWT. Karena aku merindukan surga, merindukan keindahan itu. Jika itu yang jadi niatku, apakah pantas aku menuntut balas budi mereka?</span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Mereka adalah bukti cinta Allah padaku, mereka adalah anugerah yang tiada henti aku syukuri. Apakah kemudian aku menuntut anugerah itu membalas jasaku? Karena mereka adalah kebaikan maka aku menghargai dan menghormati kedua anakku dengan sepenuh-penuhnya penghargaan. Aku memandang mereka dengan penuh kasih dan kebanggaan.</span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mencintai mereka dengan segala daya dan upayaku. Kebahagiaan mereka yang utama, keberadaan mereka yang terpenting. Aku tidak membesarkan mereka untuk tabungan hidupku di hari tua tapi untuk tabunganku di hari matiku nanti. Sangat sayang jika semua keindahan itu aku habiskan di dunia. Aku tidak melihat mereka sebagai investasi hari tua tapi investasi di kematianku.</span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagiku, selama senyum mereka masih terkembang, selama mata mereka memancarkan cinta, maka itulah senyuman dan cinta Allah padaku. </span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;">Bagiku hidupku adalah pengabdian.. Menjadi ibu adalah pengabdian terbesar dan teragung.. dan tak ingin kunodai keagungannya dengan nila kenikmatan dunia di hari tua. Aku menghargai dan mencintai mereka karena mereka sumber surgaku..</span></div>Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-13615307656901992452011-10-02T17:36:00.000-07:002011-10-02T17:47:57.511-07:00Hidupku.. Bahagiaku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Kehidupan yang sudah Allah berikan, kebahagiaan yang sudah diliputkan, kenyamanan yang sudah dihadiahkan..namun masih saja hati ini bertanya dan berlari. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
Kalianlah Inersia hidupku..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFD2gMetCrTKjecJNFsrbHCctFHz0YB7GwqiKMf1T-3sO9DDNdOm68yK0I9PuQS4Qu5O8maY5-GxTwFSI6XTTP_YjE_pEUgFYADWo23uqr8HumGhnOVSZBNyFSSsXcbSf_MAzAVEOkV7hb/s1600/194629_2425766365391_1288474736_32932385_154441115_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFD2gMetCrTKjecJNFsrbHCctFHz0YB7GwqiKMf1T-3sO9DDNdOm68yK0I9PuQS4Qu5O8maY5-GxTwFSI6XTTP_YjE_pEUgFYADWo23uqr8HumGhnOVSZBNyFSSsXcbSf_MAzAVEOkV7hb/s320/194629_2425766365391_1288474736_32932385_154441115_o.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBmIh79GSXl8unrZ0gto2cSidcXzrHo2qcFOJ8WdtedbGp_0s3O61cQiVmctLLmQatO3sQ59Zn1DjafmQZW12ZDRoSEKb_v6Hr3gV0Y1318cz7oPKNzd78V0_YqofANZnlSAGItakdMA_R/s1600/289530_2426000171236_1288474736_32932841_1669541767_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBmIh79GSXl8unrZ0gto2cSidcXzrHo2qcFOJ8WdtedbGp_0s3O61cQiVmctLLmQatO3sQ59Zn1DjafmQZW12ZDRoSEKb_v6Hr3gV0Y1318cz7oPKNzd78V0_YqofANZnlSAGItakdMA_R/s320/289530_2426000171236_1288474736_32932841_1669541767_o.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_F8Eci0OAF0xkTKdB11Os8DqqJPDNaxHLUmhSjTgNiUchDOJmqA2npDxjQY0QsTSZM5-Jv4jrZlgXHXubWMUbGoQ-EaNSuCmNguh3ALIhAY56LarkGNFQUsMsRTW_p-koO3N1bGcmMVd4/s1600/299429_2415419426724_1288474736_32923499_154374991_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_F8Eci0OAF0xkTKdB11Os8DqqJPDNaxHLUmhSjTgNiUchDOJmqA2npDxjQY0QsTSZM5-Jv4jrZlgXHXubWMUbGoQ-EaNSuCmNguh3ALIhAY56LarkGNFQUsMsRTW_p-koO3N1bGcmMVd4/s320/299429_2415419426724_1288474736_32923499_154374991_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLn7Pnm7OkcbfIllSHa7_Qb34STaROZNeLhdCFKzC79jvCTcbkFUyvAi4HfYEkZlcm3GSa_3PaMQSUC_2zTIMn6huISK6mfLKjdwAH9XMIYQULfjcz3YEGVDTPg78225NaOe57wWnJzpzI/s1600/325314_2347645492418_1288474736_32860793_2699931_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLn7Pnm7OkcbfIllSHa7_Qb34STaROZNeLhdCFKzC79jvCTcbkFUyvAi4HfYEkZlcm3GSa_3PaMQSUC_2zTIMn6huISK6mfLKjdwAH9XMIYQULfjcz3YEGVDTPg78225NaOe57wWnJzpzI/s320/325314_2347645492418_1288474736_32860793_2699931_o.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSkPTb4sA7a78d5kvuTrrTm72DC_flOqJaJJac6AFHr2Bcyztik6F2brSyhzznntVt7DJp07qhj_FRu3uupJIpxFX7FBQHG5TU8JDLuHEIfVbig2cM3eOOi9rongz3Yfln1NHV3hAharNS/s1600/329029_2449612121520_1288474736_32950397_1087610196_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSkPTb4sA7a78d5kvuTrrTm72DC_flOqJaJJac6AFHr2Bcyztik6F2brSyhzznntVt7DJp07qhj_FRu3uupJIpxFX7FBQHG5TU8JDLuHEIfVbig2cM3eOOi9rongz3Yfln1NHV3hAharNS/s320/329029_2449612121520_1288474736_32950397_1087610196_o.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw8gjPsrVEjvj81_SrUIZf3UnepN8c4p_Rs8iirDUakl9Qq7gKhGVwleK8Rzwm2JxbwfTXN2W2SVznn7-LR-Y-LocPgdfUbnIus5vuMwiyojK1ABfhRQ3F560CzbqHk2yKUT2g5PyZwUom/s1600/330291_2339300043787_1288474736_32851818_2666852_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw8gjPsrVEjvj81_SrUIZf3UnepN8c4p_Rs8iirDUakl9Qq7gKhGVwleK8Rzwm2JxbwfTXN2W2SVznn7-LR-Y-LocPgdfUbnIus5vuMwiyojK1ABfhRQ3F560CzbqHk2yKUT2g5PyZwUom/s320/330291_2339300043787_1288474736_32851818_2666852_o.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcFUbHwVYf3bNZStF-4-AsBdYnsBPtaD5xKhiyuBwX3pFwkl6wGL9q52b18O6XEUDSzlfoXn_YnKZML1VSbqSSlmxrW3zXCa-5MQ6fTEdhiM4U-gd4DT838zJ6ACVoMwyh6JyjVhnyzIZT/s1600/336769_2315722014351_1288474736_32816771_708521_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcFUbHwVYf3bNZStF-4-AsBdYnsBPtaD5xKhiyuBwX3pFwkl6wGL9q52b18O6XEUDSzlfoXn_YnKZML1VSbqSSlmxrW3zXCa-5MQ6fTEdhiM4U-gd4DT838zJ6ACVoMwyh6JyjVhnyzIZT/s320/336769_2315722014351_1288474736_32816771_708521_o.jpg" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN1mWzqyWfb0tJHP7MLdSc7dbcknEIvafWGvL5uuiAEdloRtf1nc7ImNpHIJl_kHZO3HK1-y4ALpNolZrBDfIVgs_HzdPABtYU6Mb6sxHgDButx4wMcDexLIA7iJSkoYK2cHYETRqpiIMS/s1600/Lovely.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN1mWzqyWfb0tJHP7MLdSc7dbcknEIvafWGvL5uuiAEdloRtf1nc7ImNpHIJl_kHZO3HK1-y4ALpNolZrBDfIVgs_HzdPABtYU6Mb6sxHgDButx4wMcDexLIA7iJSkoYK2cHYETRqpiIMS/s320/Lovely.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2px2Ec-pT1-lO4NsWPqBG-0guMMxoKlX62-JdLj2lUWF78mt3K7VnJ9oA-S2KH-WYmFNfDPkMwAUYSvqLS7sbtkpYT95PiRnzEqhcxgV2qZ7YYNkc2ZWjVT-HItEbJrp0jNj3q9YAgtoj/s1600/318351_268957866462346_267532949938171_1021265_1973919515_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2px2Ec-pT1-lO4NsWPqBG-0guMMxoKlX62-JdLj2lUWF78mt3K7VnJ9oA-S2KH-WYmFNfDPkMwAUYSvqLS7sbtkpYT95PiRnzEqhcxgV2qZ7YYNkc2ZWjVT-HItEbJrp0jNj3q9YAgtoj/s320/318351_268957866462346_267532949938171_1021265_1973919515_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3162929602786554338.post-38976286993914635482011-10-02T16:54:00.000-07:002011-10-02T16:54:40.886-07:00Aku adalah cinta<div style="text-align: justify;">
Di ujung nmalam yang hangat aku mengirimkan pesan ke seorang kawan yang sudah lama tidak bersua namun selalu ada di jiwaku. Kebetulan aku akan singgah ke kotanya dan timbul inginku untuk bersua. Kawanku kemudian memberiku kabar yang mengejutkan, dia akan menjalin hidup dengan seseorang yang dia temui di jejaring internet, minggu depan. Wow!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu dia bertanya, apa yang kulakukan saat ini dan kujawab bahwa saat ini aku lebih memforkuskan diri pada karier dan kehidupanku. Menyisakan sedikit sekali ruang untuk kisah cinta, apa pun itu bentuknya. Dan cantikku itu berkata bahwa karier dan kehidupan itu tidak menjamin kebahagiaan. Bahwa dia sudah menerima fakta akan kebutuhannya pada kepemilikan seseorang. Aku membutuhkan memiliki dan dimiliki, Mbak, begitu ujarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Temanku ini mengalami pernikahan yang buruk dan sejak menyadari kebutuhannya untuk keluar dari pernikahan itu, dia sudah berusaha keras mencari dan mencari pengganti sang suami yang bisa "tampak" lebih baik. Dicarinya sosok yang lebih muda, lebih kaya, lebih sayang. Dan dari pencarian demi pencarian itu, Cantikku ini terus berusaha, satu tangisan berganti dengan harapan yang lain.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu apa sebenarnya yang harus dilakukan? Belahan jiwaku (yang tidak berarti kekasihku) mengatakan, bahwa ada orang yang memang membutuhkan kehadiran "seseorang" dalam hidupnya tapi ada juga yang telah merasa nyaman dalam kesendiriannya. Dan pada kehadiran, tidak berarti kita mencari dan mencari tapi membiarkan diri kita dicari. Membiarkan cinta itu datang. Hmmm.. agak bingung awalnya tapi kemudian agak terkuak..</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konsep ini terasa nyaman di kepalaku, dengan pemahamanku tentang bahagia. Bahwa bahagia berada sebesar-besarnya pada tangan kita sendiri. Dan menyerahkannya pada manusia lain hanya akan membawa duka dan nestapa. Dengan membiarkan orang mencarimu dan membutuhkanmu, berarti fokusmu bukan pada sosok di luarmu. Tapi terus menggali dan memfokuskan diri pada dirimu, pada kebahagiaanmu. Bukan menjadi egois tapi menjadi memahami, menjadi dewasa. Fokus pada bahagia.. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tahu.. sejak dulu kita diajarkan bahwa fokus pada diri sendiri adalah egois. Dan keegoisan akan berujung pada kesepian. Pemahaman itu membuat kita sibuk untuk terus mencoba membahagiakan orang lain, melupakan diri kita dan bahkan pada akhirnya mengorbankannya. Pada titik itu yang datang hanyalah mereka yang akan terus dan terus memanfaatkanmu. Menindasmu dengan dalih kebutuhan, cinta dan kasih sayang. Sudah lama aku meninggalkan pemahaman bahwa cinta itu berkorban. Bagiku, cinta bukan berkorban tapi memberi. Beri apa yang bisa diberi lalu kembali menjadi bahagia (menjadi dirimu sendiri).. Bila sudah terpancar cintamu pada diri sendiri, sudah terpancar pemahamanmu akan apa yang benar-benar penting dalam hidupmu.. Maka akan hadir sosok yang mencintai dirinya sendiri dan kemudian memahami makna memberi tanpa menuntut perubahan. Maka tidak akan ada yang bisa menggemingkan hatimu dengan luka dan air mata. Karena meski pun dia menjadi bagian hidupmu, ada dalam keseharianmu.. Dia tetap bukan penggenggam bahagiamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian teman mengambil jalan singkat dengan membagikan cinta dan perasaannya pada beberapa orang. Menemukan kehangatan dan kebahagiaan serta kenyamanan di pelukan madunya. Banyak di antara mereka tampak bahagia dalam pernikahannya. Bagiku itu juga bukan jawaban. Saat kau masih membagikan cinta, maka sebenarnya kau belum menemukan esensi dari sebuah cinta namun hanya berlari, berputar dan menghindar. Kau belum menemukan kesejatian dirimu, cinta yang berharga. Ya, kau adalah cinta..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bahagia adalah kondisi bukan tujuan. Tidak ada fakta bahagia selamanya seperti di dongeng, hanya ada bahagia saat ini untuk sedih di esok hari. Kuncinya adalah menempatkan cinta itu pada porsinya. Tidak menjadikannya begitu penting bahka melebihi kepentingannya sendiri. Tidak menjadikannya satu-satunya faktor pembahagiamu, melainkan hanya bagian dari proses hidupmu. Faktornya hanya dirimu. Bahagialah dengan dirimu.. Bahagialah dengan keadaanmu.. Bahagialah dengan hidupmu..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pernah di sudut itu. Mengira menyadari bahwa aku membutuhkan sosok seseorang, menjadi milik dan memiliki. Dan dari sana aku memulai perjalanan pencarian yang terus berakhir dengan air mata. Sampai akhirnya memutuskan untuk lebih fokus pada kehidupan indah yang sudah Allah berikan selama ini. Pada karier, anak, keluarga dan teman-teman. Apakah aku menyerah? Cinta itu masih terus singgah di hatiku. Godaan untuk memiliki dongeng itu masih kuat melekat dan aku masih terus tertatih dalam usahaku memahami bagaimana sebenarnya kau mencintai. Aku masih terus mencari dan melihat, membongkar dan mendobrak. Aku adalah cinta.. Aku adalah berharga.. Aku dobrak semua penghalang yang membuatku tak bisa merasakan cinta.. Cinta sejati yang tak pernah pudar.. Cinta Allah padaku di dunia ini.. Dan perlahan aku melihatnya, pada kedua anakku, pada kedua adikku, pada kalian sahabatku dan pada kehidupanku..</div>
Lovely Bhttp://www.blogger.com/profile/02740353451036776047noreply@blogger.com0