Dua minggu setelah perpisahanku dengan Jonah, semua terasa
gamang. Meski aku bisa lebih fokus ke pekerjaan karena tidak ada gangguan
permintaan-permintaan, namun tetap hatiku terasa kosong. Aku begitu terbiasa dengan
telepon Jonah, dengan sapaan sayangnya bahkan dengan kemarahannya. Aku berusaha
melupakan Jonah tapi lelaki yang sudah mengisi relung hidupku selama 3 tahun
itu jelas tidak mudah untuk dilupakan. Bukan karena dia begitu luar biasa tapi
aku memberinya ruang yang sangat besar hingga kekosongan itu terasa dengan
sangat, menyergap seluruh rasa dan menyedot semua kebahagiaan. Aku terjebak di
pusaran ketakutan, kesedihan dan perasaan tak berharga. Segala daya dan upaya
aku lakukan untuk melawan pusaran arus itu, kesedihan yang terus berusaha
mengambil alih seluruh pikirku, berusaha aku tepiskan. Dalam benakku aku
membayangkan betapa kata-kata firman TUHAN bak cahaya yang terus berusaha
menghalau kegelapan yang diakibatkan oleh depresiku.
Bahkan kamar baru yang kami tempati bertiga tidak mampu
mengibaskan luka dan kenangan akan kebersamaan kami berdua. Kamar besar dan
bersih berukuran 5x5 ini terasa menyesakkan. Meski tidak ada kenangan akan
Jonah di sudutnya, tapi kotak ini terasa membekapku. Aku tidak lagi bisa tahan
berada di dalam ruangan, aku terus merasa sesak. Helaan napasku terasa berat
dan penuh dengan kesedihan. Tuhan, aku tidak mau depresi itu kembali
melingkupiku. Aku tidak mau aku kembali masuk ke putaran yang sama. Ke
kegelapan yang sangat aku takuti.
Entah seperti sudah ada kode di kepala dan semua saluran
komunikasiku, makin banyak pria Afrika yang mendekat dan menghubungiku. Dengan
gigih mereka berusaha meraih hatiku, kembali dengan kata-kata yang 3 tahun lalu
aku dengar dari mulut Jonah. Kata-kata yang sejalan waktu berubah menjadi
hinaan, bahkan cacian. Mulut yang menyanjung kebaikanku, kecantikanku dan
segala kelebihanku, yang sepengalamanku akan berubah menjadi mulut yang terus
mencercaku, mengkritikku dan menyalahkanku serta menghina. Aku yang dulu, akan
menikmati perhatian berlebihan itu dan memakainya untuk pengalih perhatian,
pelupa dan pengebas. Tapi aku tidak bisa lagi melakukan itu, aku sudah ikut
TUHAN. Aku sudah mendeklarasikan cintaku pada-NYA. Kesetiaanku dan niatku untuk
mengikuti-NYA dan melepaskan apa pun yang membuatku tidak bisa berlari kencang
ke arah-NYA. TUHANku merengkuhku dengan kuat, namun setan terus menarikku
turun, dia kesepian di dalam lubang gelapnya, dia ingin aku ikut, menemaninya.
Malam itu aku baru kembali dari hari keduaku di kantor.
Kantor baruku cukup jauh dari rumah tinggal kami saat ini. Aku harus naik
angkot selama 20 menit ke belakang sebuah mall besar dan berjalan sejauh hampir
500 meter untuk naik bis ke arah Senen. Perjalanan dengan bis ini memakan waktu
sekitar 30 menit. Aku turun di terminal senin dan berjalan kaki sejauh 300
meter ke tempatku bekerja. Malam itu melelahkan, aku hanya berbaring di lantai,
mendengarkan kedua anakku berceloteh dan tetangga baru kami, seorang pria
Afrika kesepian yang mencari keluarga untuk menemani dia. Tiba-tiba teleponku
berdering
Ariana : Halo?
Nena : Hi Ariana, apa kabar?
Ariana : Oh, Kakak, kabar baik, Kak. Ada apa nih, kok tumben
nelepon Ariana?
Nena adalah perempuan yang sudah sangat lama bergaul dengan
para pria Afrika. Pertemuan pertemaku dengan dia adalah saat aku harus mengurus
visa bisnis Jonah untuk pertama kalinya. Pelayanan pertama Nena cukup memuaskan
namun saat aku mengurus visa Jonah untuk tahun kedua, Nena membuatku dicaci
maki Jonah tiap malam, akibat kesalahan yang dia lakukan. Saat pertama bertemu
Nena dan berinteraksi dengannya, aku terkejut. Nena perempuan setengah baya n yang
baik, jauh di dalam hatinya dia sangat baik dan peduli. Tapi seperti
perempuan-perempuan lain yang aku kenal, yang sudah bersama Afrika, Nena juga
sudah tidak lagi memiliki pemikiran perempuan kebanyakan. Aku bahkan tidak bisa
mengidentifikasi pemikirannya. Nena bangga menyebutkan pengalaman-pengalaman
seksualnya dengan lelaki. Saat ini dia dibiayai dan diberi usaha oleh seorang
lelaki Afrika yang sudah menikah di negaranya. Keduanya bekerja bersama,
berhubungan seks, tanpa peluang untuk menikah. Nena juga dikenal banyak
memiliki lelaki Afrika selain lelaki ini, dan sang lelaki tidak peduli karena
Nena bukanlah istri atau pun calon istri, hubungan mereka hanya berlandaskan
kesamaan keuntungan duniawi, tidak ada sedikit pun sisi spiritual di dalamnya.
Meski sudah separuh baya, Nena cukup punya banyak penggemar, bukan karena wajahnya yang luar biasa cantik
atau bentuk tubuhnya yang sangat sangat terawat. Bukan itu yang dicari para
pria Afrika ini, tapi Nena sudah begitu paham seluk beluk kehidupan para pria
Afrika di Jakarta ini, Nena paham pekerjaan ilegal yang mereka lakukan dan
bahkan sesekali terjun ke dalamnya. Nena paham bagaimana diam saat para lelaki
ini menjalankan bisnisnya, bersenang-senang saat diperlukan dan tetap menjaga
penampilan kudus di depan orang banyak. Perempuan seperti Nena adalah surga,
mereka tidak perlu menjelaskan dengan kebohongan tentang alasan mereka datang,
menutupi dengan kebohongan tentang perempuan-perempuan lain yang menjadi
korbannya, tidak perlu menjelaskan dengan panjang lebar tentang apa-apa yang
mereka sukai dan inginkan. Bagi Nena, kebersamaan dengan mereka mengisi
kekosongan masa tuanya yang harus dia lalui tanpa anak maupun keluarga. Mereka
juga memberi Nena kehidupan yang dia inginkan. Perjalanan ke Malaysia, uang
saku yang lumayan besar, HP, Tablet, peluang memiliki perusahaan dengan namanya
sendiri, mobil, minuma keras dan segala yang di usia ini tidak bisa lagi dia
nikmati dengan pria Indonesia. Pertemuan dengan Nena membuatku terhenyak,
tidak, aku tidak bercerai untuk hidup seperti ini. Aku tidak meninggalkan biduk
rumah tangga semuku untuk kehidupan semu seperti ini. Aku tidak diciptakan
TUHAN untuk kehidupan seperti ini. Itu
sebabnya meski banyak dari perilaku, pemikiran dan perkataan Nena yang tidak
aku sukai dan setujui, namun aku menghormati dia karena dia membuatku tersadar
akan mimpi salahku. Nena adalah panutanku, bisa dibilang begitu. Bukan untuk
ditiru, tapi menjadi barometer akan segala yang tidak boleh aku lakukan.
Nena : Cuma
kangen aja. Sudah lama Nena gak ketemu Ariana. Apa kegiatan Ariana sekarang?
Ariana : Puji Tuhan
aku sudah bekerja, Kak.
Nena : Ah luar
biasa. Puji Tuhan, bagus atuh. Apa kabar Jonah?
Ariana : Oh, kami
sudah putus, Kak, tapi kurasa Jonah baik-baik saja.
Nena : Kenapa
putus? Kemarin sepertinya baik-baik saja. Jonah berulah lagi? Bagaimana sikap
dia setelah kembali dari Malaysia?
Ariana : Sikap Jonah
berubah terus, Kak dan aku sudah lelah. Terakhir dia bentak dan hina aku hanya
demi perempuan dia di Afrika. Bagiku itu sudah cukup. Sejak urusan KITAS, aku
sudah kelelahan tapi aku bersaha bertahan, Kak tapi sekarang sudah tidak bisa lagi.
Ariana tidak bisa membiarkan Jonah terus
menghina dan menginjak-injak. Ariana memang mencintai Jonah, Kak tapi Jonah
perlu juga menghargai cinta Ariana.
Nena : Sudahlah,
Ariana, kau tinggal saja si Jonah itu. Dia bukan lelaki yang baik. Aku tidak
pernah berkata apa-apa tapi sebenarnya aku tahu banyak. Ariana tahu Jonah punya
pacar di Malaysia?
Ariana : Setahuku
tidak, Kak. Jonah tidak pernah tinggal di Malaysia tapi kalau di Bangkok ya,
ada perempuan Afrika dan perempuan Bangkok di sana yang menjadi kekasih dia
selama di sana. Keduanya juga tetap Jonah kunjungi apabila dia kembali ke
Bangkok untuk VISA. Tapi setahuku Jonah tidak bersama siapa pun selama di
Malaysia.
Nena : Ah Ariana,
Jonahmu itu sangat buruk kelakuannya. Saya ini sering mondar-mandir ke
Malaysia. Sebenarnya basis saya itu di Malaysia hanya sesekali saja saya
kembali ke Indonesia. Saya tahu perempuan itu sekarang pindah ke Malaysia. Di
FB si perempuan itu ada banyak foto mereka berdua. Aku tahu tapi gak mau kasih
tahu Ariana karena kau tampak sangat cinta dan Jonah baik-baik saja memperlakukan
Ariana. Tapi nanti kalau kita ketemu, aku kan tunjukkan FB-nya.
Ariana : Untuk apa,
Kak? Aku tahu semua kebusukan Jonah dan aku gak merasa perlu untuk mencari
bukti. Aku sudah cukup disakiti, Kak. Dan
Aku sudah memutuskan untuk pergi, tidak perlu lagi aku disakiti dengan
bukti-bukti yang sudah lewat. Biarkan aku mengenang Jonah sebagai lelaki baik
yang aku kenal, hatinya yang aku lihat, Kak.
Nena : Ariana,
jangan buang waktumu. Jonah bukan lelaki baik. Kau terlalu baik dan lugu buat
dia.
Ariana : Terima
kasih, Kak.
Dan aku menangis lagi. Semalaman aku sesenggukan bercerita
di atas balkon gelap kamar kami. Aku bertanya pada TUHAN mengapa aku tidak bisa
lepas dari belenggu kegelapan Jonah. Untuk apa mereka menelepon dan menyampaikan semua berita ini,
buat apa? Aku tidak mau tahu. TUHAN, jauh di dalam hatiku aku masih berharap
dan berdoa, Jonah bisa dijamah, bisa dimenangkan, tapi aku juga tahu saat ini
Jonah tidak ingin dijamah, tidak mau diubah. Jonah masih menikmati hembusan
lembut hangat neraka dan belaian lembut setan. Jonah masih menjadikan dunia
sebagi tuhannya. Setiap minggu dia ke gereja, memimpin doa, bersujud, berpuasa
tapi Jonah gagal memahami apa yang menjadi pesan TUHAN.
Hari lain, sepulang dari kantor, aku berusaha menghubungi
agen KITAS kami untuk menanyakan surat ketenaga kerjaan asli yang akan aku
perlukan untuk mengurus perpanjangan KITAS Jonah. Meski kami tak lagi bersama, aku
merasa Jonah tetap berhak mendapatkan kebaikan. Sayang tiga nomor perempuan itu
tidak bisa dihubungi. Geramku berubah cemas, apakah perempuan ini baik-baik
saja? Lalu aku beranikan diri untuk menghubungi kekasih agen kami yang juga
pria Afrika.
Ariana : Boby, how
are you? I am trying to reach your woman, but all of her phone were off. Is she
ok?
Boby : She is
fine, Darling. I think her battery are off. How are you my Darling?
Ariana : I am doing
fine. Thanks, just got my self a new job.
Boby : Ah
Darling, that is great!! I am happy for you. How is your family? And your
husband?
Ariana : Me and my
boys are fine, thank you. My husband? Oh, you mean Jonah? We broke up, hehehe
Boby : Ah, its
about time, Darling. That man is fucked up. He made to many mistakes. Every
body is talking about him, Darling. They all call him a fool. He has you by his
side but he keeps on playing around. You know how the footballers call you?
They call you A Mugu. You are like his ATM. When they saw you, they said, you
are Jonah’s mugu. And I know how nice you are to him, Darling. It hurts me so
bad to hear those words. That fucking man have so many women in Jakarta. His
girlfriends are all over Jakarta. Not to mention his fucking wife in Africa.
Baby, leave him.
Ariana : Boby, why
are you telling me this? I told you we broke up. I don’t need to know all of
these any more. It is over. Let me remember him as a nice person with a very
good heart as I knew him before. I don’t want to hate him, Boby, even though I
know I will never go back to him again.
Boby : So you
still love him, right?
Ariana : Yes, sure.
He is my man for 3 years, how can I just stop loving him like that.
Boby : Then no
need to call me. Go back to your fucking boy friend. Go and get your self kill
with his dick.
Ariana : Oh my, is
ok, good bye
Dan aku pun menangis sedih.
Aku tahu para pria Afrika ini tidak akan bisa memahami
betapa aku sangat mencintai Jonah, meski begitu aku tahu, aku tidak bisa
menerima dia kembali. Tidak apabila aku masih tetap berada di posisi yang sama.
Aku ingin Jonah hanya jadi milikku, dan bersama kita berjuang meraih hidup.
Jika masih ada perempuan-perempuan lain dalam hidupnya, lebih baik aku
menyingkir dan sendiri. Aku ingin lebih dekat ke TUHAN, ingin benar-benar bisa
bekerja tanpa ada rasa bersalah di dalam hatiku. Rasa bersalah atas dosa itu
lah yang selama ini menjadi belengguku. Sangat sulit bagiku untuk bisa menyanyi
lepas memuja TUHAN. Suaraku seolah tidak mau keluar.
Namun sejak aku deklarasikan keinginanku untuk hidup kudus,
bahkan di depan Jonah dan berjuang sekuat tenaga untuk bertahan kudus, aku bisa
menyanyi dengan lantang, begitu banyak suara TUHAN yang aku dengar. Rhema yang
terus menggema di kepalaku.
Dalam sedihku, aku sempat berdiskusi dengan pendetaku, dan
perkataannya sangat menampar wajahku.
Pendeta
Joshua : Sister, kita bukan
manusia biasa. Sister sendiri yang berkata bahwa sister ingin bekerja untuk
TUHAN. Bahwa Sister ingin menjadi pendeta. Saya tahu sister berkata dengan
tulus dan sungguh, karena saya melihat betapa hidup sister dibersihkan TUHAN.
Sister tidak bisa lagi main-main dan melihat diri dengan standar manusia. TUHAN
menuntut jauh lebih tinggi pada mereka yang ingin melayani-NYA. Hubungan yang
sister lakukan dengan Jonah bukanlah hubungan yang kudus dan apabila sister
terus melakukannya, akan ada lebih banyak keburukan yang terjadi dalam hidup
Sister. Sister harus membuat keputusan dan melangkah menjalankannya. Langkah
pertama memang sangat sulit, namun sister akan melihat begitu banyak mukjizat
di kala sister mengambil langlah itu.
Rhema minggu ini adalah kehidupan yang kudus dan keimanan
yang teguh. Aku tahu TUHAN ingin aku benar-benar mengerjakan itu. Dalam
kehidupanku yang kudus, aku tidak hanya dituntut untuk melepaskan diri dari
dosa perzinahan tapi juga melepaskan diri dari dosa kebencian. Rasa marah luar
biasa yang aku tanggung dalam hati, kebencianku pada perempuan di Afrika dan
perempuan-perempuan lain dalam hidup Jonah, pada mereka yang selama ini tahu
tapi diam saja dan membiarkanku tenggelam dalam kebodohan. Tidak, jika itu
masih ada di dalam hatiku, maka kau bukanlah manusia yang hidup dalam
kekudusan. Aku harus bisa memaafkan dan melepaskan.
Dan kidung Mazmur pun terus menemaniku, memberiku damai yang
luar biasa di tengah tarikan depresi dan godaan bermain nakal yang terus begitu
deras melingkupiku.
Aku seperti terdiam dan membiarkan tangan TUHAN menyelamatkanku.
TUHAN, aku membutuhkan-MU...