Lia :
Who can stand this, ya? When money banyak, you go and chase pussy all over
Jakarta. Indonesia, Afrika, all kind. You enjoy, pay for her everything but
when things gone bad. Sudah sakit begini, no body wants to take care of him.
All call me. Enak aja.
Kau
mungkin tahu, Ariana, Jonah juga pasti tahu. Itu pelacur Sierra Leon, dia juga
sering dibawa ke gerejamu kok. Ada kok fotonya sama Jonah dan latar belakangnya
gerejamu. Masa kau gak tahu, Ariana? Coba kau lihat chat mereka di FB. Kau lihat,
tuh cewek selalu manggil duluan (sambil membuka lama FB kekasihnya). Lihat, dia
bilang “apa adikmu tidur?” ini ngomongin barang dia, Ariana. Tuh lihat, dia bilang
“I love you” segala. Maaf ya, Ariana. Tapi sampai
hari ini, sudah tiga hari Andy tergeletak seperti ini dan dia sama sekali gak
muncul. Adiknya kemarin muncul dan waktu aku berikan resep dokter yang kudu
ditebus, dia langsung ngibrit hahahaha Takut dia, Dik. Takut kudu ikut biayai
kali. Padahal resep yang aku kasih murah banget, paling cuma seratus ribu
rupiah.
Aku hanya
bisa tersenyum kecil sembari memandangi kekasihku yang dengan wajah kuyu lelah
dan prihatin memegang tangan teman senegaranya itu. Andy, kekasih mbak Lia,
adalah satu teman dekat Jonah di negara ini. Mereka sering beroperasi berdua.
Aku sendiri kurang suka dengan pertemanan mereka, karena Andy memang sangat
doyan minum dan juga perempuan. Setiap kali Jonah beroperasi dengan Andy,
hampir bisa dipastikan akan terdengar suara kikik perempuan di latar belakang.
Mereka akan beroperasi dengan seks dan merayakan keberhasilan dengan minuman keras
dan seks lagi.
Sekitar 8 bulan yang
lalu, aku mengirimkan pesan singkat ke Andy dan kekasihnya. Meminta mereka
untuk berhenti berbicara denganku. Aku lelah mendengarkan kata-kata terlalu
positif dari Andy tentang kekasihku dan kemudian semua keburukan tentang
kekasihku dari kekasihnya. Semua suara itu membuatku bingung dan membuat
hubungan kami memburuk hingga Jonah menghajarku. Sejak itu Andy menolak berbicara
denganku, Lia bahkan memaki-maki aku di depan Jonah. Dan hubungan kami pun
berhenti.
Saat ini
Andy tengah terbaring lemah, stroke melanda dan melumpuhkan tubuh kirinya.
Lelaki bertubuh besar ini berbaring gelisah. Mulutnya terus menceracau akibat
tekanan darah di otaknya. Lelaki ini tampak lusuh, kotor dan lemah. Segala
marahku sirna. Aku hanya melihat lelaki lemah, sendiri, tak berdaya dan dia berada
di kotaku, di negaraku. Tangan kirinya yang
tak bisa digerakkan, ditusuk jarum infus yang bahkan pacarnya pun tidak bisa
menjelaskan untuk apa. Aku yang terbiasa bertanya tentang segala hal, sama
sekali tak bisa memahami, mengapa dia bisa membiarkan begitu banyak benda masuk
ke tubuh pria yang dia cintai tanpa dia tahu apa nama dan bahkan guna apa lagi
dampaknya.
Kak Lia tampak
sangat tua, sangat lelah. Sudah tiga hari tiga malam dia ada di rumah sakit
ini, menemani kekasihnya. Kekasihnya ini terjatuh dalam diam ,setelah beberapa
hari sibuk bersenang-senang, mabuk sampai pagi dan tidak mengindahkan perasaan sang
perempuan. Dia baru selesai melakukan perjalanan ke Malaysia bersama perempuan
Afrikanya (entah bagaimana aku harus mendefinisikan perempuan ini) menikmati
seminggu penuh kemesraan sambil membiarkan perempuan yang mendampinginya selama
3 tahun di Indonesia dalam kegelapan. Dan perempuan ini hanya bisa diam dan
menangis, seperti kebanyakan perempuan lain yang ada di sisi para pria Afrika.
Lia :
Dua hari setelah Natal, anak-anakku menunggu Andy untuk datang. Tapi Andy tidak
datang dan tidak menelepon. Waktu aku telepon, dia malah memaki-makiku dan
kemudian mematikan teleponnya. Aku sakit, Dik. Aku gak peduli kalau dia hanya
menyakiti hatiku, tapi ini menyangkut anak-anakku. Mereka tidak berhak
disakiti. Mereka tidak pantas dilukai. Mereka gak tahu apa-apa, Dik dan mereka
sudah diabaikan oleh ayah kandung mereka. Tapi aku diam saja, Dik. Aku jemput
dia saat tengah mabuk berat. Semua bilang aku harus datang karena Andy
bertingkah aneh.
Dia selalu bilang gak punya duit, tapi semua foto perempuan
brengsek itu selalu nampak mereka sedang bersenang-senang. DI pantai lah, di
restoran lah. Semua hanya menghamburkan duit.
Cewek Sierra Leon tuh, Ariana, kalau di sini gak ada kerjaan.
Mereka gak ikut bisnis seperti para lelaki ini. Gak jualan di Tanah Abang, apa
lagi coba yang mereka kerjakan, selain jual pussy-nya. Mereka ini kan cuma cari
lelaki Afrika yang cukup goblok untuk mau ngurusin mereka. Gimana gak goblok,
Dik. Punya cewek Afrika di luar negeri berarti kudu ngurusin juga kan? Emang
kita, Ariana. Bisa urus diri sendiri? Mereka mah kudu dibayarin VISA, belum sewa
rumah di sini, makan, kirim uang ke Afrika. Andy aja bego. Ariana cuma mau cari
pussy aja. Padahal juga apa bagusnya kan?
Ariana : Lalu kenapa Andy melakukannya, Kak? Untuk apa dia mencari cewek Afrika? Kenapa
gak cari cewek lokal aja kalau memang mau main-main?
Lia :
Karena membanggakan buat mereka, Dik. Punya cewek Afrika itu membanggakan.
Sekarang coba? Kita kan yang kelimpungan? Kenapa coba saat senang dia ingatnya
nomor cewek-cewek lain? Kalau susah, kenapa nomor kita yang dia putar?
Teriakan
perempuan ini sebenarnya mewakili begitu banyak perempuan lain yang tengah
berhubungan dengan pria Afrika di Indonesia. Siapakah sebenarnya kami ini di
mata mereka? Siapakah sebenarnya kami ini di dalam hubungan dengan mereka?
Selama di
Indonesia dan di negara mana pun di dunia, mereka membutuhkan perempuan untuk
menjadi teman tidur, untuk menemani dan mengurus keperluan fisik mereka selama
mereka jauh dari keluarga. Tidak hanya
seks, namun banyak kebutuhan lainnya.
Kebanyakan, di awal hubungan akan dijanjikan pernikahan di ujung
hubugan. Sesuatu yang masih sangat didambakan oleh kebanyakan perempuan di
dunia. Dengan berbekal mimpi akan dinikahi, akan diajak menemui keluarga di
Afrika, para pria ini menjerat perempuan-perempuan di dunia. Bagaimana jeratan
ditabur? Tergantung bagaimana ikan yang akan dijerat. Mereka bisa berubah
menjadi apa pun yang diinginkan perempuan ini, ya, karena mereka menebarkan
ilusi, mimpi dan bukan sejatinya dirinya.
Tapi apakah mimpi itu ada?
Beberapa
teman Afrika sebangsa Jonah pernah berkata bahwa pria Afrika akan menikahi
perempuan Indonesia yang membantunya dalam bisnis. Perempuan yang membantunya
mendapatkan banyak uang. Dan kebanyakan perempuan ini juga menikahi sang pria
karena tidak mau pria ini membagikan uangnya ke perempuan lain. Pria Afrika
kebanyakan hanya akan menikahi perempuan dari negaranya, karena di sini dia
tidak bisa berinvestasi dan menginvestasikan uang atas nama perempuan lokal
sangatlah beresiko. Begitu banyak kisah pria Afrika yang dihabiskan hartanya
oleh perempuan yang sudah menjadi kekasihnya. Namun aku juga tidak bisa
menyalahkan para perempuan ini. Banyak dari kami yang sudah dirusak oleh gaya
hidup dan pemahaman materialistik para pria Afrika ini. Kebanyakan dari mereka
adalah perempuan muda dari keluarga sederhana dan pendidikan yang rendah.
Kepada mereka diperkenalkan kemewahan yang disebutkan didapat dari “permainan”
mereka. Betapa mudah sebenarnya mendapatkan uang dan betapa manisnya kehidupan
saat kita punya uang banyak. Mereka inilah yang “beruntung” dinikahi para pria
Afrika. Keduanya kemudian menjalani kehidupan yang mewah di satu saat dan
kemudian miskin di saat yang lain. Meski sedang miskin, para pria Afrika ini
tetap hidup di atas standar miskin Indonesia. Mereka tinggal di apartemen,
berkeliling menggunakan taksi, minum bir hampir tiap malam, memegang HP mewah
dan berpakaian keren serta wangi.
Aku sudah
menemani Jonah selama 3 tahun, dan tidak sekali pun aku terlibat dalam
permainan-nya. Di awal pertemuan aku sudah menyatakan bahwa aku belum tertarik
untuk menikah dan apabila Jonah memang menginginkan pernikahan, lebih baik kami
tidak memulai apa pun, karena aku tahu aku akan jatuh cinta dan juga akan
terluka. Tapi Jonah tetap meminta kami bersama, dia mengatakan juga tidak
tertarik untuk menikah. Dua tahun berlalu dan Jonah mulai menjejaliku dengan
kebaikan-kebaikan ibu dari anaknya di Afrika dan betapa dia pantas dinikahi sementara
aku tidak. Berulang Jonah menyebutkan betapa dia tidak akan pernah bisa
menikahiku. Selalu saja digunakan fakta bahwa aku pernah bercerai sebagai
alasan. Katanya dia tahu aku akan pergi begitu ada masalah, dia tak peduli
betapa aku memerlukan waktu 14 tahun sebelum memutuskan bahwa aku harus keluar
dari pernikahanku. Dalam setiap pertengkaran kami, dia selalu meyebutkan
kebaikan perempuan itu dan menyatakan cinta luar biasanya kepada perempuan ini
dan aku selalu terpuruk diam dan menangis.
Setiap Jonah
mengalami masa buruk, pikiranku melayang.. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di
kepalaku. Siapakah kami ini? Saat harus dihadapkan pada situasi seberat ini,
bagaimanakah kami harus bersikap? Apakah menjadi pacar sementara, seperti yang
selalu didengungkan oleh Jonah di telingaku? Lalu apakah seorang pacar
sementara akan meluangkan waktu dan tenaganya demi menjaga dan menyelamatkan
lelaki pasangannya? Apakah kami harus mengorbankan segalanya saat bahkan posisi
dan status kami tidak jelas? Saat Jonah mengalami masalah di imigrasi, siapakah
aku hingga aku harus melepaskan semua urusanku demi membantu dia menyelesaikan
masalahnya? Saat Andy terbaring lemah dan sakit, siapakah kak Lia, hingga dia harus mengorbankan segala waktunya
untuk lelaki yang bahkan di saat uang datang, hal pertama yang dia lakukan
adalah pulang ke negaranya, sendiri?
Kami di sini
untuk menemani para lelaki ini berjuang. Kami ada saat mereka tidak punya uang
sama sekali, menemani saat mabuk, menemani saat sakit, menemani saat dia
marah-marah akibat stres tekanan kebutuhan di sini dan di Afrika, menelan ludah
saat dia ketahuan berselingkuh, menelan marah saat kata-kata mereka menjadi
kasar akibat mabuk. Menutup mata melihat semua pesan mesra di FB, Badoo, WA,
LINE dan banyak alat komunikasi lain, karena kita tidak tahu mana klien dan
mana yang dia rencanakan untuk menjadi kekasih berikutnya. Menelan ludah dan
menahan hati saat dengan bangga dia memasang foto perempuan Afrikanya, memuja
bak dewi dan menyebutnya pasangan hidup, sementara semua sakit kami yang
rasakan, kami yang tanggung. Lalu saat uang datang, mereka bergegas pulang,
bersenang-senang di negaranya dan berharap kami menunggu, menghormati dan
setia?
Sampai tahun
ketiga kami bersama, aku tidak pernah bisa memahami konsep hubungan ini. Tiap
tahun Jonah pulang, aku selalu mengatakan bahwa ini adalah akhir hubungan kami.
Bahwa dia sudah menemukan kekasihnya dan aku tahu betapa aku sangat mudah untuk
digantikan, maka aku rela digantikan. Bagiku, aku tidak melihat Jonah sebagai
pasangan sementara. Bagiku dia adalah kekasihku, pasanganku, mitraku, orang
yang sangat aku kasihi, yang sangat aku cintai, aku hanya tahu satu bentuk
cinta. Tapi aku tidak pernah bisa memahami apa yang dia inginkan dalam hubungan
kami. Dia seolah memisahkan kehidupannya di Afrika dengan kehidupannya di
Jakarta. Well itu juga bisa dilakukan, tapi kudu konsisten. Jangan pernah kau
menceritakan kehidupan Jakarta mu kepada dia di Afrika seperti kau putuskan
hubunganku dengan semua keluargamu di Afrika.
Mungkin
memang benar, aku terlalu naif untuk bisa memahami bentuk hubungan seperti ini.
Kebanyakan perempuan yang berhubungan dengan pria Afrika akhirnya beradaptasi.
Mereka melihat si lelaki hanya sebagai sumber kesenangan. Karena itu mereka
melindungi si sumber dengan segenap kekuatan. Mereka akan menendang, mencakar,
menghancurkan perempuan lain yang berusaha merusak sumber ini. Tak peduli
dengan apa yang ada di negara lain, selama “kebutuhan” mereka terpenuhi. Mereka
menerima lelaki lain sebagai teman bermain, karena tekanan hubungan begitu kuat
dan untuk apa setia? Toh hubungan ini tidak akan membentuk apa pun. Kebanyakan
dari mereka kemudian terjebak dalam kehidupan bersenang-senang, melompat dari
satu pelukan ke pelukan yang lain, menikmati kehidupan bebas dan penuh
kesenangan duniawi. Aku pernah hampir terjatuh ke dalam kehidupan itu. Aku
tidak memandang lelaki Afrika sebagai lelaki, melainkan hanya sebagai sumber
kesenangan. Lelaki Afrika menyenangkan, karena mereka membutuhkan perempuan
paling tidak untuk seks. Dalam kebutuhan itu, mereka akan menempatkan diri di
bawah si perempuan, berusaha keras membuatnya bahagia, setidaknya di saat itu.
Berbeda dengan pria Kaukasia, mereka terlalu percaya diri. Terlalu yakin rasnya
tertinggi dan akan selalu didambakan oleh ras yang lebih rendah.
Dan aku
tercenung...
Kakaku yang
baik, kau begitu terberkati. Kau diberi kesempatan untuk menunjukkan baktimu pada
TUHAN. Seperti yang selalu aku katakan pada diriku sendiri, tiap kali aku harus
melalui api demi menemani Jonah di negara ini. Aku melakukannya untuk TUHAN.
Karena hanya DIA yang tidak akan pernah mengecewakanku. DIA melihat semua
usahaku untuk menemani dan berlaku baik pada lelaki yang DIA kirimkan ke
kehidupanku. Aku tahu tiap manusia punya tujuan saat dia hadir dalam hidup
manusia lain. Aku punya tujuan saat hadir di kehidupan Jonah, begitu pula Jonah
punya tujuan saat hadir di kehidupanku. Meski peluangku tampak sangat kecil,
bahkan hampir tak munkin. Meski dalam pikiran logika aku tampak bodoh dan memperjuangkan
sesuatu yang tak mungkin, tapi aku tahu TUHAN bisa mengubah segalanya.
Berkali-kali TUHAN menolongku di saat sempit, berkali pula DIA menunjukkan
kuasa-NYA dalam perkara-perkara kecil. DIA ingin aku mempercayai-NYA untuk
perkara yang lebih besar.
TUHAN, aku
tidak tahu ke mana arah hubungan kami dan kurasa itu bukan bagianku. Bukan
urusanku. Itu adalah pekerjaan-MU. Tugasku hanyalah memastikan semua langkahku
sudah sesuai dengan petunjuk-MU. Bahwa aku memberikan cinta sesuai dengan apa
yang kau inginkan, bahwa aku berbuat baik sesuai dengan kebaikan-MU padaku. TUHAN-ku,
KAU tahu hatiku, KAU tahu tangisku dan KAU akan mengubah segala tangisku
menjadi senyuman.
Demikian juga kau, Kakakku Sayang. TUHAN akan membayar lunas semua peluhmu untuk lelaki yang kau cintai. DIA akan menggantikan semua lukamu dan sakitmu dan DIA akan turun tangan untuk segala perkara dalam hidupmu..
Malam itu, Jonah memelukku erat..
"Ariana, I love you.." Dan aku kembali terhanyut.. TUHAN, aku mencintai lelaki ini.