Kamis, 29 September 2011

Ubah caramu memandangku..

Perempuan memang luar biasa...

Setiap kali bertemu dengan teman-teman masa lalu yang  berjenis kelamin perempuan, ada satu kesamaan yang aku temukan. Semua selalu peduli bahkan sangat peduli dengan penampilan. Dimulai dari betapa besarnya ukuran tubuhku sekarang, saat itu tidak tampak mempengaruhi kepercayaan diriku, pertanyaan berpindah pada mengaapa hanya lelaki yang bisa kulahirkan di dunia ini. Dan saat itu pun tidak sanggup mengguncangkan kebahagiaanku atas kehidupan yang diberikan padaku ini, dia bergerak ke betapa menyedihkannya aku harus gagal dalam pernikahan dan bercerai.. Oh la la..

Wahai sobatku,
Aku sama sekali tidak merasakan semua kecemasan yang kalian sebutkan itu. Aku tidak lagi merasa terancam dengan ukuran tubuhku dan betapa ini tidak sesuai dengan apa yang dunia sebut cantik. Sederhana, sayangku, aku hidup di duniaku, di kebahagiaankku dan di sana, ukuranku tidak menjadi sesuatu yang mengerikan. Aku tidak juga mengatakan aku bertubuh seksi sebagai bentuk dari penolakanku atas kenyataan. Aku bahagia dengan tubuh gemukku, bangga dengan usiaku, bahagia dengan wajah  bulatku, puas dengan lesung pipiku, aku bahagia dan bangga dengan tubuhku. Karena tubuhku adalah diriku, tidak kutujukan keindahan tubuhku untuk kenikmatan lawan jenis atau bahkan sesama jenis. Di pagi hari saat aku memilih pakaianku, semata hanya untuk mendukung perasaanku di pagi itu. Saat aku merasa malas dan sedih, kukenakan pakaian cerah dan menggoda untuk menggoda semangatku sendiri dan memompa kecintaanku sendiri. Saat diriku merasa menggebu dan sangat percaya diri, kubalutkan pakaian sederhana dan berwarna lembut untuk menurunkan kebangganku akan dirikku. Aku adalah aku dan kupersempahkan diriku untuk diriku sendiri.

Saat aku masih dalam belenggu budaya, sering kali aku dibuat sedih dengan fakta bahwa aku hanya bisa melahirkan dua anak lelaki di dnunia ini. Mengapa aku tidak cukup pintar untuk melahirkan anak perempuan. Astaga, betapa buruknya prasangka itu. Anak adalah milik Allah, DIAlah yang menentukan jenis kelamin dan bukan kita. Begitu banyak teori yang mencoba menjelaskan perilaku pembuahan yang diharapkan dapat menentukan jenis kelamin si anak. Untukku kedua anakku sudah merupakan jawaban dari doaku. Keduanya adalah cerminan dari harapanku. Tidak pernah aku bertanya mengapa aku tidak memiliki anak perempuan. Karena seperti hal lain dalam hidupku, aku tak melihat adanya kelebihan pada salah satu jenis kelamin. Keduanya manusia dan pada keduanya aku memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama.

Menarik melihat bagaimana manusia begitu memperhatikan detail yang  membuatnya berbeda dari orang lain. Dan betapa di tengah perbedaan itu selalu berusaha ditunjukkan dan dijadikan sebuah kelemahan. Perbedaan bukan kelemahan tapi tidak juga menjadikannya sebuah kekuatan. Dia hanya berbeda. Jika kau melihatnya dan merasa itu kelemahan, untuk apa memastikan dia tahu kelemahan dan kekurangannya itu? Untuk apa menekankan betapa tubuh dan kondisi keluarganya berbeda dari kebanyakan? Kenapa tidak bisa menghargainya sebagai sebuah lingkup individu yang tidak pantas kita seberangi?

Sudah saatnya kita mengubah cara melihat sesama dengan pandangan sosial. Bukan mencari dan menghakimi kesalahan atau pun kekurangan tapi mencoba mendukung dan menjadikan semua memiliki peluang yang sama dalam kehidupan. Itu yang dimaksud dengan persamaan. Jika kau bisa melihatkku dengan pandangan positif, menghargai pilihan hidupku dengan semangat membantu, maka dunia akan begitu indah..



1 komentar:

  1. Diperlukan suatu kepercayaan diri yg besar untuk menunjukkan bahwa kecantikan dan bentuk tubuh bukan hal yg utama. Yg jadi masalah banyak istri2 teman sekerja kita yg juga mempunyai karier bahkan pendidikan yg tinggi justru menekankan pd istri2 kita bahwa kl tidak cantik, kaya n seksi (sorry kl kata2nya g pas) akan dilecehkan dan bisa merusak karier suami.

    BalasHapus